Aku bangun pukul 4 subuh, setelah mandi dan sholat, aku langsung membantu ibuku di dapur. Setelah semua selesai, kita berdua makan bersama. Menu pagi ini adalah sayur bening bayam dan oyong, sambal terasi, ikan goreng serta tahu tempe. Menu sederhana kesukaanku, aku bisa tambah sampai tiga kali kalau menunya ini.
"Ndok, mbok kalau makan bismillah dulu, itu udah piring ketigamu Lo" ibu geleng geleng kepala melihatku tambah nasi lagi, porsi makanku memang porsi kuli.
"Hehehe laper buk" Aku cengengesan.
"Ya pelan pelan makannya, kamu tuh perempuan, makan ada aturan dan takarannya ndok"
"Enggeh (iya) Bu"
"Bukannya nggak boleh makan banyak, ibu takut nanti kalau kamu ikut mertua, mereka tau makan mu kayak orang kesurupan gitu gimana, nggak kaget ta kira kira"
"Siapa yang mau ikut mertua, nggak mau aku buk, aku mau sama ibuk aja di rumah ini"
"Loh lak ngawur, kamu tuh kalau sudah nikah ya wajibnya ikut suami, mau suami tinggal dimanapun kamu harus manut (nurut)"
"Enggeh buk" ucapku sambil menikmati makanan di piring ketiga ku.
"Kamu makan banyak juga nggak ada hasilnya ndok, badanmu tetep segitu aja, tetep cungkring hehehe" ledek ibu
Aku hanya bisa meringis mendengarnya, memang benar kata ibu. Badanku kurus dan kecil, di tambah aku juga pendek. Persis seperti anak SMP yang baru lulus. Berbeda dengan adikku yang tinggi semampai, dia terlihat anggun dan cantik, pakai pakaian apa saja juga cocok.
................
Jam 8 pagi aku sudah bersantai di teras depan, melihat lalu lalang orang sambil ngopi adalah suatu kesenangan yang sederhana, ibu baru saja berangkat mengajar setengah jam tadi.
"Mbak put, pagi pagi udah santai aja" Sapa mbak Yanti tetanggaku, usianya baru 25 tahun, sudah di karuniai tiga anak dan tinggal bersama di rumah mertua, sementara suaminya kerja di luar kota sebagai sales kompor.
"Eh mbak Yanti, baru dari pasar ya" tanyaku, ku lihat dia menenteng belanjaan yang sangat banyak di tangan kanannya, tangan kirinya menggandeng si sulung, dia juga menggendong di bungsu.
"Iya mbak, buat stok satu Minggu" jawabnya, ku lihat keringat membasahi kerudungnya yang miring.
"Mbak mampir dulu sini, aku buatin kopi"
"Makasih mbak, di rumah masih banyak kerjaan mbak, aku masih mau cuci baju, masak sama bersih bersih rumah"
"Oh iya mbak"
"Mari mbak"
"Iya mbak"
Ku lihat mbak Yanti pulang, langkahnya terseok Seok seperti keberatan beban.
Mbak Yanti bukan asli kampung sini, dia menikah dengan Bang Arya putra dari Bu Musni, rumahnya dekat dengan rumahku, hanya berjarak dua rumah. Sebenarnya banyak gosip beredar tentang keluarga Bu Musni yang memperlakukan mbak Yanti dengan semena mena. Katanya mbak Yanti lah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai dari cuci baju, bersih bersih rumah hingga memasak. Di rumah mertua mbak Yanti ada empat orang yang tinggal, delapan jika di tambah dengan mbak Yanti serta anak anaknya. Bu Musni masih mempunyai dua anak perempuan kembar bernama Rara dan Rere yang masih berumur 16 tahun.
Awalnya aku tak percaya dengan gosip itu, hingga pada suatu hari aku melihatnya tepat di depan mataku.
Saat itu aku di suruh ibu untuk mengantarkan Ketan duren buatannya kepada para tetangga. Saat aku mengantarkan Ketan duren untuk bu Musni, aku mendengar teriakan Bu Musni yang sangat keras.
"YANTIIII...!!!! INI ANAK KAMU BERAK, CEPAT BERSIHKAN, BAUNYA KEMANA MANA...!!!!! Heran banget, orang kok betah sama bau ta*, meskipun itu ta* anak sendiri tapi mbok ya yang bersih gitu loh jadi orang" Ocehan tersebut masih berlanjut. Baru berhenti saat aku mengetok pintu dan menyebutkan salam.
Saat aku memberi bungkusan ketan duren pada Bu Musni, ku lihat mbak Yanti sedang berjalan menuju kamar mandi dengan menggandeng anak keduanya yang baru berumur tiga tahun. Wajahnya sedih dan seakan ingin menangis, aku sampai tak tega melihatnya. Tapi aku juga tak enak sendiri jika harus berlama lama di rumah Bu Musni, setelah memberi bungkusan, aku pun pamit pulang.
Pernah juga waktu itu, saat di adakan posyandu di rumahku. Mbak Yanti datang dengan ketiga anaknya, yang membuatku gagal fokus adalah luka di pelipis mbak Yanti dan luka di ujung bibirnya, luka itu lebam berwarna keunguan, seperti luka pukulan.
"Mbak Yanti kenapa mukanya kok luka luka" Tanyaku pelan, mbak Yanti tak menjawab, dia hanya diam dan menangis, aku lalu membawa mbak Yanti masuk ke dalam kamarku, sementara ketiga anaknya di bawah ibu untuk melakukan imunisasi.
"Mbak yanti kenapa, mbak Yanti kalau ada masalah bisa kok cerita sama saya" ucapku lembut.
"Nggak papa mbak" Mbak Yanti tetap tak mau menjawab.
"Mbak ini luka pukulan Lo, bukan luka jatuh, siapa yang mukul mbak" tanyaku lagi. Jika mbak Yanti mengalami KDRT, maka aku siap akan melaporkan siapapun kepada pak polisi.
"Saya belum siap mbak ceritanya, nggak tau juga harus mulai dari mana, memang saya yang salah, saya udah nyuri uang suami"
Kata kata mbak Yanti membuatku terdiam.
"Nyuri gimana maksudnya mbak?"
"Saya nggak pernah di kasih uang belanja sama suami mbak, uang belanja ibuk yang megang. Waktu itu si Dafa (anak sulung mbak Yanti) lagi sakit, saya minta uang sama ibuk buat periksain Dafa katanya nggak ada uang, minta ke suami juga nggak di kasih. Jadi saya nekat mbak ambil uang suami yang ada di dompet, saya bawaklah si Dafa ke bidan, tapi saya apes mbak. Waktu pulang dari bidan mas Arya tau kalau saya ambil uangnya, jadilah saya di hajar sama dia"
"Astaghfirullah nggak ada pikirannya tuh suami mbak, mbak kita harus laporkan dia ke polisi mbak, ini udah KDRT namanya"
Bukannya setuju, mbak Yanti malah menggeleng dengan cepat.
"Nggak mbak jangan mbak jangan, saya sudah minta maaf sama dia mbak, kami udah baikan, saya nggak mau masalahnya tambah panjang" Mbak Yanti memohon mohon memegang tanganku, aku sungguh tak tega melihatnya.
"Ya udah kalau itu mau mbak" Hanya itu yang aku ucapkan, ada banyak ketakutan di hati mbak Yanti, ini juga yang menjadi ketakutanku akan sebuah pernikahan, mengapa wanita cenderung tidak bahagia setelah menikah, apakah menikah memang tak sebahagia itu. Lantas mengapa orang orang berlomba lomba untuk cepat menikah, Apa hanya demi sebuah status agar tak di cap sebagai perawan tua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Marii Buratei
Woww! 😍
2023-12-22
0