"Mas, anak mu nangis, bisa tolong bantu jagain sebentar gak? Aku lagi nanggung ini masakan ku nanti gosong." Teriakku dari arah dapur.
Mas Bagas yang sedang asyik dengan ponsel nya masih belum sadar akan teriakan ku dan tangisan anak ku di kamar. Ku tengok ke arah nya.
"Mas, tolong aku. Anak kita nangis, aku sedang masak dulu takut nya gosong." ucapku sedikit memelas.
Dia langsung beranjak dari tempat duduk nya.
"Eh iya sayang maaf. Sebentar ya aku bereskan ini dulu, tanggung." Jawabnya datar, dengan tangan dan pandangan nya tidak lepas dari ponsel yang iya pegang.
Mendengar jawaban nya seperti itu, aku langsung mematikan kompor dan mencuci tanganku dengan bersih, lalu menuju kamar menghampiri anak ku yang sedari tadi menangis. Aku menggendong dia lalu menyusui nya.
Mungkin dia sibuk, kerjaan nya tidak bisa di tunda. Enggak apa-apa ..
"Sayang, kata nya kamu masak, udah sini Raya biar aku jagain."
Tiba-tiba Mas Bagas menghampiri ku di kamar.
"Biarin Mas, aku bisa ko. Tadi nya memang sedang masak, tapi aku matiin kompor dulu. Kamu mau makan ? Sebentar ya aku bobo in dulu Raya."
"Oh ya sudah, Mas tunggu kamu tidurin Raya baru Mas makan."
Aku memang sedikit kecewa atas sikap Mas Bagas tadi, tapi aku berusaha berfikir positif saja mungkin dia benar-benar sedang nanggung sama kerjaan nya.
Selesai menidurkan Raya, aku langsung menyiapkan makanan untuk Mas Bagas. Hampir 15 menit aku menidurkan Raya.
"Sayang kamu lama banget, aku sudah lapar." Teriak Mas Bagas dari arah ruang tengah. Suara nya terdengar sedikit kesal menurutku.
"Ini Mas, aku sudah siapin Makan buat kamu." Jawab ku sambil berjalan ke arah nya.
Kami pun menyantap makanan bersama di meja makan. Suasana begitu hening, hanya sesekali terdengar suara ponsel Mas Bagas berdering tapi Mas Bagas tak mengangkat panggilan masuk ke ponsel nya, entah siapa yang menelpon dia.
Raya nama panggilan puteri pertama kami, usianya baru tiga bulan. Aku dan Mas Bagas sangat bahagia karena ada pelengkap di keluarga kecil kami, yaitu Raya. Orang tua dan mertuaku sangat menyambut hangat cucu pertama mereka. Sesekali mereka datang ke kontrakan kami hanya untuk menjenguk cucu tersayang nya.
"Iya Wan ada apa ?"
Tanya Mas Bagas di panggilan telpon nya. Sepertinya kak Irwan yang sedari tadi telpon dia, tapi tidak dia angkat dan Mas Bagas balik telpon Kak Irwan.
"Bisa ke kantor gak sekarang?"
"Ada apa emang nya ? Ini kan jadwal libur gue." jawab Mas Bagas.
Melihat ekspresi muka nya seperti ada sesuatu.
"Iya maaf, nanti oper sama gue deh asal lo masuk kerja dulu sekarang, nanti gue cerita di kantor."
"Yaelaaah .. Oke gue masuk hari ini."
Mas Bagas menutup telpon nya dengan wajah sedikit kesal. Kalo sama teman nya, cara bicara Mas Bagas memang berbeda ya, dia tetap menyesuaikan.
"Sayang, maaf Mas harus masuk kerja hari ini."
"Loh! Ada apa Mas ?"
"Mas juga gak tau, barusan Mas telpon irwan, dan dia mau Mas masuk kerja hari ini "
Aku hanya mengangguk.
"Ya sudah Mas siap-siap dulu ya."
Tak lama, Mas Bagas pun pamit untuk pergi.
Kalo soal kerjaan Mas Bagas memang tak pernah lalai, selalu berusaha profesional. Namun aku tetap penasaran, kenapa tiba-tiba dia suruh masuk ya, padahal kan ini jadwal nya libur.
Semoga tidak ada apa-apa, dan semuanya baik-baik saja.
...*****...
Hari demi hari , waktu demi waktu aku menjalani peran sebagai istri sekaligus ibu. Aku selalu berusaha menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak dan suamiku. Aku selalu ber do'a semoga keluarga kecilku selalu bahagia dan sehat.
Namun, aku merasa ada yang beda dengan sikap Mas Bagas kali ini. Entah kenapa dia menjadi sangat acuh, apa mungkin ada masalah yang dia hadapi ? tak se perhatian dulu. Jika aku minta bantuan dia selalu membantu tanpa mengoceh, tapi kali ini setiap aku meminta bantuan nya , pasti ada sedikit ocehan di mulutnya, walau tidak banyak tapi rasa nya sakit.
"Masa gitu aja gak bisa"
"Belajar sesekali biar nanti Mas ajarin, kan Mas gak selalu ada di rumah sayang"
"gamau ke warung ah, masa Mas ke warung beli popok, kamu dong yang beli."
Seperti itu mungkin ocehan pendek nya.
Pikiran ku selalu di penuhi rasa penasaran, ada apa dan kenapa dia seperti ini.
"Mas kamu kenapa, ko akhir-akhir ini kamu seperti tidak peduli sama aku dan Raya?" Tanyaku perlahan.
"Tidak peduli bagaimana maksud kamu ?"
"Kamu terlihat cuek, biasanya kalo aku kerepotan kamu selalu bantu, kita saling bekerja sama. Tapi, akhir-akhir ini kamu ko agak cuek ya."
"Ah, itu mah perasaan kamu aja sayang." Jawab Mas Bagas dengan santai. Pandangan nya masih mengarah ke ponsel yang ia pegang sedari tadi. Entah kesibukan apa lagi yang dia lakukan.
"Apa iya cuman perasaan aku aja ? Tapi beneran aku ngerasa kamu beda Mas. Kamu kenapa ? Ada masalah ? Coba cerita ke aku ya." cecar ku pada Mas Bagas.
"Apa sih Yang, aku enggak kenapa-napa loh. Kamu istirahat gih, jangan banyak pikiran, gak baik buat ibu menyusui seperti kamu kalo terlalu banyak pikiran."
Kali ini nada suara Mas Bagas sedikit meninggi, seperti kesal dengan pertanyaan ku.
"Ya sudah kalo Mas gak bisa cerita ke aku, aku cuman minta Mas jujur kalo misalnya Mas ada masalah jangan sampai berdampak kepada anak dan istri Mas. Aku masih butuh perhatian kamu apalagi Raya."
Aku berusaha menenangkan pikiran ku lagi, berusaha untuk tidak memikirkan hal-hal tidak baik.
Melihat raut wajah Mas Bagas, aku semakin yakin ada hal yang ia sembunyikan dari aku. Aku harus mencari tau jangan sampai aku salah menduga-duga.
"Ya sudah Mas, Fatma izin pamit istirahat duluan ya. Fatma tunggu kamu di kamar."
"Iya sayang, kamu duluan saja. Mas masih ada kerjaan ini " Jawabnya tanpa menoleh ke arah ku, ia tetap fokus dengan ponselnya.
Aku pun beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju arah ke kamar dengan sedikit kesal. Astaghfirullah ... gumamku dlaam hati.
...*****...
" Esok hari nya ibu dan adik laki-laki ku datang ke kontrakan.
"Mana cucu nenek yang paling cantik, sini nenek gendong." Puji mamah pada Raya, sembari mengambil Raya dari pangkuanku dengan sangat hati-hati.
"Kak, Kak Bagas mana ? Ko sepi ?"
Tanya Vino soal Mas Bagas, karena di rumah hanya ada aku dan Raya.
"Kerja lah dia mah."
"Oh iya ya , Vino lupa Padahal tadinya mau minta uang jajan nih sama Kak Bagas."
"Hus! Vino, jangan di biasa in enggak baik loh itu." Larang ibu pada Vino.
"Apa sih Bu, aku kan cuman bercanda. Lagian mana berani aku minta uang sama Kak Bagas, kalo sama Kak Fatma sih berani. Hihi ... " Jawab Vino cengengesan.
"Kamu bisa aja sih." Aku menjawab sambil mengelus-elus rambut nya.
Suasana begitu hangat. Aku senang ketika ibu ku ke kontrakan, serasa ada teman yang bisa di ajak bicara. Ibu selalu menceritakan pengalaman dia bersama Ayah selama pernikahan hingga di titik sekarang. Memang benar ujian pernikahan itu pasti akan selalu datang, balik lagi kepada kita bagaimana cara menghadapi dan mengatasi nya, dan aku sedang belajar itu! Semoga Allah lancarkan segalanya. Amiiin ...
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments