Aidan memasukkan motornya ke dalam garasi rumah, ia melihat ada dua motor lain yang sangat ia kenali. Itu milik kedua kakaknya. Dan ia mengingat kalau ini malam Minggu yang pasti kedua kakaknya akan pulang. Wajahnya tampak sedikit khawatir, khawatir ia akan di marah habis-habisan oleh kedua halo dek itu. Pasti mereka sudah dengar berita tentang dia dan Yura kemarin. Papa, mamanya pasti sudah mengadu pada dua putra tertua mereka. Aidan menghembuskan nafasnya berat. Ia harus siap menyiapkan mental untuk menghadapi dua halo dek yang menurutnya cukup membuatnya sedikit takut jika dalam situasi seperti saat ini. Matilah kau Aidan.
Ia mulai berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan "Assalamualaikum." bahkan saat mengucapkan salam saja suaranya seperti tikus kejepit pintu. Padahal biasanya tidak begitu.
"Waalaikumsalam." jawab keempat orang yang ternyata sudah duduk di ruang tamu menunggu kepulangannya.
Kali ini benar-benar tamatlah riwayatnya.
Aidan menelan salivanya susah payah saat ia menangkap dua wajah pria yang usianya tidak jauh berbeda darinya. yang satu berjarak lima tahun, yang satu berjarak tiga tahun.
"Duduk sini dulu dek." perintah sang mama.
Aidan mengangguk menuruti perintah Nada.
Ia duduk di salah satu sofa yang terdapat di ruang tamu. Sementara di hadapannya ada tiga pria menatapnya dengan penuh intimidasi.
Mampus.
Setelah kejadian malam kemarin kedua orangtuanya sudah menelpon kedua kakaknya yang memang tidak tinggal dirumah, mereka tinggal di batalyon kopassus dan lanud tempat dimana kedua pria itu di tugaskan.
"Adikmu itu bang, gak tau papa entah apa isi kepalanya sampai buat malu keluarga kita kayak begini." suara Saga memecah keheningan di ruang keluarga itu. Walaupun sudah berlalu, sepertinya amarahnya belum surut sama sekali. Terbukti dengan suaranya yang masih agak kesal ketika mengingat masalah dua hari lalu.
Pria yang merasa di ajak bicara sang papa nampak menghela nafas, ia kembali menatap sang adik bungsu dengan intens sebelum bersuara. "Jadi benar yang di bilang sama papa, mama dek?" suara bariton yang masih terdengar lembut keluar dari mulut pria berlesung pipi dan tentunya tidak kalah tampan dari Aidan itu yang tadi di ajak bicara oleh sang papa. Dia putra tertua di keluarga Bimantara, namanya Abri.
"Astaga bang, Idan gak ngelakuin itu, sumpah demi Allah." ucap Aidan menggebu-gebu wajahnya tampak lelah, karena ia baru pulang dari kantor sudah di suruh duduk membahas soal insiden kemarin dengan dua kakaknya yang turut pulang hari ini. Dia baru pulang kerja loh, mbok Yo di kasih waktu istirahat dulu gitu.
"Jangan bawa-bawa nama Allah Idan!" bentak Saga yang membuat Aidan tersentak lalu menundukkan kepala dalam, bukan hanya Aidan, tiga orang yang ada disana juga tersentak saat sang papa membentak si bungsu.
"Jelaskan?" kini pria yang sejak tadi memandang Aidan dengan tatapan bagai belatih itu mengeluarkan suaranya penuh penekanannya. Itu kakak kedua Aidan yang bernama Argan.
"Papakan udah cerita bang" ucapnya pelan, masih menunduk, ia takut jika melihat mata kakak keduanya yang terlihat mengerikan jika sedang marah. Sungguh Argan itu sangat menakutkan dengan mata elangnya itu.
Sifat Argan ini sangat berbeda jauh dari dirinya dan Abri. Jika Abri lebih kalem dan Tutur katanya lemah lembut, berbeda dengan Argan yang lebih irit berbicara juga lebih banyak diam, terkesan cuek dan dingin jangan lupakan tatapan mata tajamnya yang seakan-akan mampu menguliti siapa saja yang di tatapnya. Kalau kata Nada sebelas dua belas dengan Saga.
Mata pria itu semakin tajam saja menatap Aidan. seolah-olah matanya itu mampu berbicara dan menggertak Aidan untuk meminta penjelasan, merasa terus ditatap sedemikan rupa oleh Argan mental Aidan semakin ciut saja. Aidan menghela nafasnya. Mau tidak mau ia harus menjelaskan segalanya lagi dari awal, walaupun dia sudah jenuh dengan pernyataan ini, di ulang lagi pun ceritanya tetap tidak bisa merubah takdirnya yang memang mau tak mau harus menikahi Yura si boncel sumbu pendek yang kesabarannya setipis tisu toilet "Aidan cuma numpang berteduh. Badan Idan juga udah basah kuyup karena kehujanan di jalan. Tapi malah sampai rumah papa mama gak ada. Pintu gerbang juga di kunci. Sementara kunci rumah Idan gak Idan bawa, ada di kamar sini." jelasnya melirik sang Mama yang duduk diantara papanya dan Abri, dan sudah sejak kemarin mendiamkannya, wajahnya juga menyiratkan kalau ia sedang kecewa berat pada si bungsu.
"Jadi kenapa bisa kamu cuma pakai handuk doang dan di kamar lagi berdua sama Yura." lagi Abri melemparkan pertanyaannya suaranya masih lembut.
Aidan menunduk, matanya tidak fokus menatap lantai tapi ia coba menjelaskannya "itu... Idan numpang mandi, karenakan baju idan basah. Cuma numpang mandi doang, gak ada apa-apa lagi setelah itu."
"Terus kenapa bisa ada adegan itu" Abri kembali melontarkan pertanyaan penyebab keduanya bisa di tuduh yang tidak-tidak.
"Dia...dia..."
"Dia apa?!" Argan kembali bersuara dan suaranya terdengar meninggi. Terlihat dari sorot matanya kalau ia sedang geram pada sang adik bungsunya ini.
"Dia jatuh..." Aidan menundukkan kepalanya lagi dalam, kali ini ia benar-benar takut jika membuat kedua kakaknya murka.
"Kenapa bisa dia jatuh di atas badan Idan?" tanya sang Mama yang sejak tadi diam, Nada dan Saga juga kemarin tidak tahu sebab akibat Yura bisa berada di atas tubuh anak mereka karena sudah kepalang marah dan malah berdiskusi pada kedua orangtua Yura mencari jalan aman untuk kedua anak mereka.
"Karena...karena liat Idan gak pakai atasan..." ucapnya pelan di akhir.
Kompak keempat orang tersebut memicingkan mata seraya memijat pangkal hidung mereka. Kelakukan si bontot ini memang buat sakit kepala.
"Udah taukan kalau Tante Rita dan Om sandi gak dirumah?" tanya Abri suaranya masih lembut tapi penuh penekanan, bahkan rahangnya terlihat mengeras pertanda ia sedang menahan amarahnya.
Aidan mengangguk tanpa beban.
"Terus kenapa nekat masuk Idan?!" tanya sang papa penuh penekanan tak habis pikir dengan Aidan.
"Dingin" jawabnya enteng dengan intonasi yang sangat pelan, tapi masih mampu didengar oleh keempat orang tersebut.
Kini Nada memegangi keningnya yang benar-benar sudah pusing.
"Kalau dingin kan bisa pinjam selimut atau apalah yang bisa bikin lo anget, bukan malah masuk ke rumah anak perawan yang orangtuanya gak di rumah." akhirnya satu kalimat panjang keluar dari mulut Argan, ia tampak gemas pada sang adik.
Dan itu membuat semua mata menatap pria itu tak percaya. Bagaimana tidak, jarang-jarang loh mereka mendengar pria itu berbicara sepanjang itu, kecuali pada Nada.
"Tapi sumpah bang, Idan gak apa-apain Yura." wajah Aidan tampak sudah lelah menjelaskan.
"Mau gak kamu apa-apain juga kalau udah ayah–bundanya ngeliat kalian sampai seperti itu mau di bagaimanakan lagi? Siapapun yang udah ngeliat kejadian malam itu pasti juga akan mikir yang macem-macem tentang kalian. Dan sebanyak apapun kamu menjelaskan keputusan ini gak akan berubah, kalian akan tetap di nikahkan" ucap Saga pada akhirnya. "Lagian juga kemarin kamu udah setuju." lanjutnya.
"Tapi Idan gak mau pa, Abang-abang Idan aja belum ada yang nikah, masak iya Idan duluan." Aidan menyisir rambutnya kebelakang dengan tangannya, ia agak frustasi dengan keputusan ini, dia belum siap mental untuk menikah, dia masih mau hidup bebas.
"Gue gak masalah." ucap Argan enteng.
"Abang juga gak papa, gak masalah kalau kamu atau Argan duluan yang nikah juga Abang gak masalah. Karena jodoh siapa yang datang lebih dulu di antara kita gak ada yang tau. Ya kayak kamu gini" kini Abri ikut bersuara.
"Jodoh apanya?" gumam Aidan pelan. Ya kali dia berjodoh dengan tetangga boncel jelmaan botol Yakult itu.
"Urus segera pengajuannya besok. Awas aja kalau kamu ngulur waktu." wanti Saga mengambil tangan sang istri, membawa istrinya beranjak dari sana.
Sudah cukup pusing mereka melihat tingkah si bungsu yang membuat malu keluarga besar Bimantara ini.
Abri menepuk pundak adiknya seraya sedikit tersenyum, berharap tepukan itu membuat Aidan kuat menjalani insiden ini.
Sementara Argan langsung naik ke lantai dua tepat dimana keberadaan kamarnya berada tanpa mengatakan apapun pada Aidan.
Akhirnya acara sidang Paripurna di rumah keluarga Bimantara selesai. Di karenakan saat ini malam Minggu kedua kakak Aidan juga telah izin IB dari tempat mereka bertugas jadilah mereka menginap di rumah orangtua mereka untuk malam ini.
___________________
Pagi harinya rumah keluarga Bimantara ramai karena semua anak mereka berada di rumah. Aidan dan juga kakak-kakaknya sedang mencuci motor mereka di pelataran rumah. sudah seperti doorsmeer dadakan saja halaman itu di buat ketiga pemuda tampan keturunan Saga—Nada itu.
Aidan sebentar-sebentar melirik rumah tetangga menunggu seseorang yang sudah 2 hari ini tidak ia lihat keberadaannya sejak insiden itu. Yap, siapa lagi yang Aidan tunggu kalau bukan Yura.
"Gak usah di liatin terus, anaknya juga gak ilang kok." ucap Abri seraya tersenyum menggoda adiknya membuat kedua lesung pipi yang ia miliki terlihat jelas di sana.
"A–apa sih bang?" ia melanjutkan mencuci motornya. Cih, dia bukan takut kehilangan yah. Kalau gadis itu kabur atau menghilang Aidan malah sujud syukur.
"Bang gan, entar sore main skateboard di Budi luhur yuk." ucap Aidan mengalihkan. Mengingat keduanya memiliki hobi yang sama, lebih tempatnya Aidan yang ikut keracunan oleh hobi kakak keduanya. Selain keracunan bermain skateboard Aidan juga keracunan naik motor sport akibat Argan bahkan Abri kakak tertuanya juga kecipratan Karena Argan ini mantan pembalap motor bahkan sudah pernah mengikuti ajang internasional, ia pernah ikut ajang balap motor di China saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas bahkan menjadi juara beberapa kali, mengharumkan nama Indonesia. Tapi setelah lulus SMA bukan melanjutkan karir yang sudah di buatnya ia malah memilih masuk AAU. Untuk menjadi pilot pesawat tempur.
"Males." ucap Argan seraya menyiram motornya dengan air melalui selang.
"Yuk lah, udah lama loh kita gak main bareng." rengeknya.
"Mau balik ke lanud nanti siang." jawabnya santai.
"Buru-buru banget."
Argan diam tidak menanggapi ucapan sang adik, ia lebih fokus menyiram motornya.
Sementara di rumah sebelah. Yura memang jarang keluar rumah setelah kejadian itu. Keluar rumah juga kalau lagi ke kampus doang, itu pun sangat cepat karena tidak ingin bertemu Aidan. Menurut Yura penyebab ini semua terjadi karena Aidan yang sesuka hati di rumah orang malah tidak memakai baju.
"Yura beliin bunda dulu kangkung, pumpung di depan ada mang Jaja!" teriak Rita dari dapur.
Yura yang sedang menyapu rumah pun datang menghampiri sang bunda yang berteriak dari dapur "bunda aja napa sih yang beli." ucap gadis itu ogah-ogahan.
"Bilang lagi ra. Jangan sampai ini Sutil melayang ke kepalamu ya dek!" ucap Rita menodongkan spatula itu kearah Yura berada. "Lagian kamu kenapa dua hari ini gak keluar rumah? malu?"
Yura diam.
"Bunda lebih malu Ra ngeliat kelakuan kamu kemarin sama Aidan. Bunda sama ayah percaya sama kalian berdua, tapi apa? Orangtua gak di rumah malah berbuat yang aneh-aneh pula!"
Yura menatap ke sembarang arah, ia sudah bosan mendengar itu-itu saja dari mulut bunda dan ayahnya dua hari ini.
"Cuma bunda suruh beli sayur aja ke depan sana, bukan bunda suruh kamu masak malah kayak gitu mulutnya." tambah Rita mengomel.
"Kalau Yura yang masak satu rumah mendadak masuk rumah sakit entar." jawab Yura.
Rita menggelengkan kepalanya. "Makannya belajar masak, udah mau nikah juga masak aja gak bisa. Seenggaknya bisa masak nasi aja deh ra, haduh malunya gak ketulungan nanti bunda sama mbak Nada kalau sampai makannya Aidan terlantar gegara kamu gak pintar masak."
Yura mutar bola matanya malas. Ayolah kenapa ia harus di ingatkan lagi oleh kejadian itu. Dan apa-apaan kenapa harus membahas dirinya yang akan menikah dengan Aidan. Ya walaupun itu memang benar.
"Nih uangnya, buruan sana pergi. Keburu pergi mang Jajanya." Rita menyerahkan uang selembar sepuluh ribu pada Yura, jadilah Yura mau tak mau keluar dari dalam rumah itu untuk memenuhi perintah sang bunda. Sialnya mang Jaja malah berhenti di depan rumah orangtua Aidan dan Nada—mama Aidan sedang berbelanja sayur pula disana.
Yura langsung saja memutar tubuhnya mengurungkan niatnya, ingin kembali masuk kedalam rumah. Namun sayangnya Nada yang sudah menangkap keberadaannya malah bersuara "Yura gak jadi beli sayur?"
Sementara ketiga pria yang sedang mencuci motor mereka di pelataran langsung menatap sang Mama, karena orang yang di maksud Nada belum kelihatan batang hidungnya yang masih terhalang sekat tembok antara rumah mereka dan juga rumah Yura.
Yura pun berhenti melangkah seraya memejamkan matanya. "Mati aja deh Lo Yura." batin Yura. Yura pun berbalik ia tersenyum yang nampaknya di paksakan. "Iya Tante, tapi Yura liat dari jauh sayur yang mau Yura beli gak ada." kilahnya.
"Emang kamu mau cari sayur apa?" tanya Nada kembali.
"Kangkung."
"Lah, ni kangkungnya masih banyak neng malah di bilang gak ada." suara mang Jaja mengangkat satu ikat kangkung dari gerobaknya.
Yura terlihat gelagapan. "Eh, ada toh mang" ia terkekeh tidak enak. Gagal sudah bohongnya "Tadi Yura lihatnya dari jauh jadi... Gak kelihatan." Yura akhirnya mau tak mau mendekat ke gerobak mang Jaja.
"Pagi Yura." Abri menyapa Yura dengan ramah membuat Yura langsung menatap ketiga pria itu dengan wajah terkejutnya, tapi tatapannya malah terkunci oleh Aidan yang juga menatapnya.
"Matanya dan." teguran dari sang papa membuat Aidan dengan segera memalingkan wajahnya.
Kakak tertuanya sudah terkekeh, sementara kakak kedua Aidan hanya tersenyum kecil saja bahkan senyumnya nyaris tidak terlihat.
"Pulang bang?" basa-basi Yura akhirnya.
Abri mengangguk. "Hari minggu. Belanja?" Abri balik melontarkan pertanyaan yang sudah pasti benar.
Yura mengangguk. Ia melirik Aidan sekilas yang Kini fokus menggosok body motornya dengan sabun.
"Di liatin calon istri tuh dek." ledek Abri pada Aidan dan membuat Yura langsung mendelikkan matanya menatap Abri.
Yang ditatap malah tertawa. Aidan beralih menatap Yura sejenak, entahlah biasanya ia senang sekali mengganggu gadis itu. Tapi semenjak kejadian kemarin entah kenapa ia menjadi tidak enak hati karena ia merasa bahwa dirinyalah yang salah. Ia hanya tersenyum kecil, lalu melanjutkan aktivitasnya.
Yura yang melihat senyum Aidan yang minim dan Aidan yang tidak bertingkah seperti biasa juga merasa sedikit tidak nyaman. Tidak nyaman karena bisanya ada saja ulah pria itu untuk mengusili dirinya.
......Jangan lupa tinggalkan jejak👇......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
DozkyCrazy
Sutil apa author
2024-11-07
1
Ita Mariyanti
psti seru kluarga YuraIdan nanti yaa Thor....kan sblmnya mreka bak Tom Jerry 😂😂
2024-03-28
1
Juni Cutma
semangat author 💪💪
2023-12-30
1