Pingsan

Pagi ini Lani merasa panik karena tugas kelompok yang seharusnya sudah bisa dikumpulkan harus terpending gara-gara Bara tak mengerjakan apa yang menjadi bagiannya. Kelompok mereka pun terpaksa dikeluarkan dari kelas karena tak memiliki persiapan matang saat hendak presentasi. 

Lani dan ketiga temannya duduk lemas bersandar pada dinding luar kelas, mendengarkan teman-teman mereka masih melanjutkan presentasi di dalam kelas. Sementara dengan santai Bara duduk di ujung koridor dengan telinga tersumpal earphone.

Lani berjalan penuh amarah mendekat pada pemuda malas itu. Berkas tugasnya ia lemparkan tepat di wajah Bara membuat pemuda itu membuka mata dan berdiri menghadapi Lani.

"Kalo Lu emang nggak ada niat untuk kuliah, nggak usah nyusahin orang lain dong!! Lu tinggal keluar aja dari kampus dan nggak usah susah-susah lagi berangkat ke kampus. Kehadiran lu di kelas kita cuma jadi beban tau nggak."

"Udah ngomelnya?" Bara berdiri santai menatap Lani dengan nafas terengah karena terbakar amarah

"Dasar sampah masyarakat!! Nggak ada gunanya lu di kampus ini. Nyusahin!! Lu liat temen-temen di sana, lu liat gue. Gara-gara lu nggak ngerjain bagian lu kita semua kena getahnya dan dikeluarin dari kelas pagi ini. Gara-gara lu nasib nilai gue bakalan di ujung tanduk!! My God!! Kenapa harus ada orang kaya lu di kelas gue sih!!"

"Heh, .."

"Apa?? mau ngomong apa lu?? Mending lu cari kelas lain aja deh jangan di kelas gue!! Enek gue liat kelakuan lu!!" Lani tak memberi celah untuk Bara berbicara, 

Setelah meluapkan amarahnya, Lani berjalan pergi dan mengajak teman-teman satu kelompoknya pergi dari depan kelas.

Bara mengepalkan tangannya, merasa terhina dengan kata-kata Lani tadi.  Senyum liciknya menyeringai dengan mata tajam mengikuti pergerakan Lani.

"Lu liat aja setelah ini gue akan bungkam mulut pedas lu itu!!" ancamnya dalam hati melihat kepergian Lani bersama teman-temannya

Sementara itu Lani dan ketiga temannya memilih menenangkan diri di kantin kampus. Kepalanya tertunduk di atas meja, menangisi nasibnya pagi ini.

"Udah dong Lan, jangan nangis." ucap Renata mengusap pundak Lani yang terisak

"Gue kesel, kenapa harus ketemu orang kaya dia yang ngancurin tugas kita kayak gini. Terus gimana nasib nilai gue semester ini kalo kita diusir dari kelas gini pasti nilai tugas kita E??" Lani tersedu-sedu 

"Iya emang ini menyakitkan, tapi ya mau gimana lagi. Lu kan tahu Bara itu kaya apa orangnya. Lu nggak takut dia marah setelah lu maki-maki tadi?"

"Dia marah?? Harusnya gue yang marah, berulang kali dia bikin ulah di kelas. Dulu sebelum ada dia kelas kita aman-aman aja kan??"

"Udah, udah nih minum dulu gue pesenin milkshake biar hati lu adem." Marina datang dengan sebuah nampan berisi milkshake

"Anton mana?? Tadi kita kesini kan bertiga." tanya Renata pada Marina

"Pulang katanya percuma di sini mau  ngapain? kan nggak bisa masuk kelas juga." Jawab  Marina

"Lan, cobain nih enak banget milkshake nya." Renata mencoba menggoda Lani dengan suara menyeruput minuman mereka

Setelah beberapa kali kedua temannya mencoba menghibur, akhirnya senyum itu kembali di bibir Lani. 

Usai kuliah siang, Lani kembali ke rumah untuk berganti pakaian sebentar lalu berangkat lagi ke kampusnya mengenakan set baju olahraga. 

Turnament futsalnya belum selesai. Timnya bertanding selepas ashar. Lani berjalan dari rumah menuju lapangan futsal. Perasaannya tak tenang. Berkali-kali ia menengok ke belakang, seperti ada yang mengikuti langkahnya. Namun tidak ada siapapun.

Lani mempercepat langkahnya sampai di lapangan indoor kampusnya. 

"Hay" Sebuah tepukan tangan mendarat di pundaknya membuatnya terkejut

"Hah!! Kak Varo, kaget gue. Kirain siapa." Kepalanya menengok kembali ke belakang

"Kenapa sih?? panik banget?" Varo mengikuti gerakan kepalanya yang berkali-kali melihat ke belakang

"Nggak apa-apa. Mau ke mana kak?"

"Nonton futsal dong. Kelas gue kan main sama kelas lu." 

"Oh ya?? hahaha. Gue harus kalahin kelas lu nih."

"Coba aja kalau bisa, mereka badannya gede-gede banget."

"Uuuh takut. Hahahaha." 

Mereka berdua sampai di tempat. Setelah melakukan pemanasan sebentar, Lani dan timnya memasuki lapangan pertandingan berhadapan dengan tim seniornya. Skor berakhir membawa kemenangan untuk tim Lani. Semua bersorak. Kedua tim tetap saling berjabat tangan dan berpelukan di akhir acara. 

Lani duduk meraih botol minumnya di luar lapangan sembari bercengkerama dengan teman-temannya. 

"Selamat ya, kalian keren banget bisa ngalahin temen-temen gue yang kaya karung beras itu." Varo datang menyalami tim Lani yang berkumpul bersama

"Thank you kakak ketua HIMA yang baik hatiiii." Dijawab oleh Renata dengan penuh senyum.

"Ciee...." Lani menggoda

"Berarti kita maju ke babak semifinal dong?" Tanya Lani pada teman-temannya

"Iya, jadwalnya kayaknya 3 hari lagi sih. Weekend ini pertandingannya libur dulu buat istirahat.' Varo bergabung duduk bersama mereka

"Syukur deh, kita masih punya waktu istirahat dulu. Pegel banget kaki gue." ucap Marina

"Eh, Lan gue cabut dulu yah gabung sama anak-anak kelas di sana." Varo berdiri dan melambaikan tangan pada tim Lani

"Bye kakak ganteng!!" jawab beberapa teman-teman Lani yang mengagumi ketampanan Varo

"Lan, lu jadi terima tawaran Varo buat nyalonin diri jadi ketua BEM?" Bisik Renata

"Gue sih nggak yakin. Ngeri gue saingannya senior-senior cerdas semua." jawab Lani menghabiskan semua air dalam botolnya

"Menurut gue sih coba aja, gue bakal kerahin pasukan buat ngedukung lu!" Marina menggebu

"Liat nanti lah." Lani tiba-tiba menundukkan kepalanya dan memejamkan mata

"Kenapa lu?" tanya Renata melihat nafas temannya naik turun

"Nggak tahu nih tiba-tiba pusing gue. Pulang yuk!!" ajak Lani

Belum sempurna berdiri Lani terhuyung. Kepalanya terasa berat dan berkunang-kunang. Salah satu temannya menawarkan untuk mengantarnya pulang dengan sepeda motornya. Dengan sisa tenaga dan kesadarannya Lani membonceng menuju rumahnya.

Kepalanya semakin berat, pandangannya mulai kabur

"Ta, buruan gue pusing banget." pinta Lani dengan nafas terengah-engah di atas Boncengan Dita

"Tahan bentar ya Lan, gue ngebut nih." Dita menarik gasnya buru-buru membawa Lani

Nafasnya semakin berat. Lani semakin tak bisa membuka matanya tangannya lemas lalu semua gelap tak terlihat apapun di matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!