Sore ini Lani seperti kehabisan tenaga. Selepas rapat, Lani meluruskan kakinya di lantai dan bersandar di dinding. Catatan hasil rapat masih terbuka ditindih kacamata berbingkai hitam miliknya. Matanya terpejam sejenak, mengatur nafas yang berat.
"Lani capek?" ucap Varo, ketua HIMA yang merupakan kakak tingkatnya.
Lani mengangguk dengan mata masih menutup.
"Gue anterin pulang yuk!" Varo duduk di samping Lani yang mengenakan kemeja navi dan celana katun warna hitam
"Bentar kak bentar, biarin gue bernafas lega dulu." katanya
"Hahaha. Oke. Gue beliin air minum yah."
Lani hanya mengacungkan jempol ke arah Varo sebagai jawaban.
Di saat ia sedang merasakan ketenangan di sore hari, tiba tiba terdengar suara.
BUUKKK
Seperti orang menabrak dinding ruangan HIMA tempat ia beristirahat. Spontan matanya terbuka. Telinganya terpasang mendengar suara sayup-sayup.
"Brengsek lu!! Ngelawan gue? Gue cuma minta rokok lu doang pelit lu"
Risih sekali rasanya mendengar kata-kata kasar itu, Lani segera bangkit dan menuju ke luar ruangan.
"Ah, lu lagi si kak!! Ngapain lagi lu sama temen gue?" Lani melihat Bara sedang merogoh paksa saku celana temannya
"Kali ini bukan urusan lu. Nggak usah sok ya!!" Bara menatap tajam
"Urusan gue lah, lu berisik di depan ruangan gue, dan orang di depan lu itu temen gue."
Bara mendongak membaca tulisan di atas pintu ruangan itu. Lalu melepas cengkeramannya setelah mendapatkan sebungkus rokok dari saku korban.
"Oooh, lu HIMA. Nih temen lu gue balikin!" Bara mendorong kasar
"HEh, rokok gue. Kalo mau minta satu aja." Protes Arif, orang yang ia cengkeraman tadi meminta balik rokoknya
"Nih gue balikin." Bara melempar kembali bungkusan rokok yang sudah teremas.
"Heh manusia sengak!! Lu nggak tahu aturan yah? Di kampus nggak boleh ngerokok!!" Kata-kata Lani membuat langkah Bara kembali terhenti lalu berbalik mendekat lagi padanya
"Hahahaha, lu ngomong itu ke gue?? LU bilang juga nih sama temen lo!! Siapa yang bawa rokok ke kampus hah?? " Bara menyeringai lalu pergi
"Hiih!! Dasar cowok nyebelin. Lu juga Rif, ngapain bawa-bawa rokok di kampus!" Lani berbalik memarahi Arif.
"Yaah kenapa nyalahin gue, bawa rokok bolehlah asal nggak ngerokok di sini. Gue kan mau ngerokok di kantin" Arif pun pergi meninggalkan Lani yang sudah kesal
"High, kenapa sih hari ini harus ketemu orang nyebelin." gerutunya
"Kenapa sih marah-marah?" Varo datang membawa dua botol teh dingin
"Ada mahasiswa gila!!"
"Jangan marah-marah nanti cepet tua! Mau pulang bareng nggak? GUe mau pulang nih udah sore." Varo masuk ke dalam ruangan diikuti oleh Lani
"Ayok, gue nebeng ya kak, capek banget rasanya." Lani meraih tas nya yang tergeletak di lantai
"Mau dianterin rumah atau butik?"
"Rumah aja."
Varo memang sering mengantar Lani pulang ketika mereka selesai rapat atau kegiatan kampus bersama, makanya Vero tau kalau Lani juga bekerja di butik yang ada di depan kampus mereka.
Rasanya tenang sekali ketika tubuh lelahnya mendapatkan guyuran air segar. Titik-titik air yang keluar deras dari shower seperti memijit otot-otot pundak dan kepalanya. Berdiri diam di bawah shower di kamar mandi, meresapi setiap tetes air yang mengenai kulitnya, seperti beban dan lelah yang ia bawa dari kampus jatuh dan mengalir bersama air.
Malam ini, ia masih punya tugas sebagai guru les murid SMPnya. Hidangan makan malam sudah tersaji saat ia keluar dari kamar. Lilitan handuk di atas kepalanya masih menempel saat ia mencoba mencolek sambal buatan Tante Ambar yang menjadi favoritnya.
"Heh!! tunggu si Om!" Tante Ambar menampik tangan Lani yang ingin mencolek sambal dengan gorengan di tangannya
"Hehe. Ooooom buruan oooom. Lani laper!!" Lani berteriak memanggil omnya yang masih sibuk di dalam kamar mandi
"Kak Lani, besok Yumna ulangan loh!" Kata Yumna, sepupunya yang masih SD saat menarik kursi dan duduk di sampingnya.
"Eh, enak aja. Hari ini giliran kak Lani ngajarin gue!!" sahut Malik, sepupunya yang masih di bangku SMP
Lani tidak menjawab, tangannya sibuk mengupas kulit jeruk yang tampak segar di matanya
"Yumna belajar sama bunda dulu yah!" Kata Tante Ambar
"Nggak mau ah, bunda kalo ngajarin suka marah-marah kayak singa." Ucapan Yumna membuat Lani tertawa
"Oke-oke, karena hari ini jadwalnya kakak Malik jadi kak Lani ngajarin kak Malik dulu yah. Nanti Yumna coba kerjain soal dari Kak Lani sambil nunggu Kak Lani selesai sama Kak Malik. Gimana?" sebuah solusi keluar dari mulut Lani
"Oke deh."
"Tante tolong malam ini gaji Lani 2X yah karena spesial malam ini ada 2 sesi. Hahahha." Lani menggoda Tantenya
"Dasar mata duitan!!" ucap Tante Ambar.
Lani harus bisa menghasilkan uang sendiri karena tak ada ayah yang membiayainya, dan usaha catering ibu yang tidak selalu mulus. Uang hasil menjadi guru les cukup bisa membantunya mencukupi kebutuhan kuliah seperti buku-buku atau fotokopi. Sedangkan urusan makan dan tempat tinggal Tante Ambar sama sekali tak pernah mempermasalahkan. Malah kadang-kadang ia masih dapat jatah uang saku dari Om nya saat om nya itu baru saja gajian.
Lani sudah seperti anak pertama Ambar. Dulu saat setelah menikah, Ambar tak kunjung hamil selama 5 tahun. Hingga Ambar membantu kakaknya mengasuh Lani seperti anaknya sendiri, akhirnya Ambar bisa hamil. Maka itulah kenapa Ambar sangat menyayangi Lani. Baginya Lani seperti keberuntungan yang membawa keluarganya semakin bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments