Tidur Bersama

Raina Safira, yang sering di panggil Nana oleh banyak orang adalah gadis manis yang tumbuh mandiri alih-alih manja seperti anak bungsu pada umumnya. Kenyataan menikahi kakak iparnya hanyalah sebuah tanggung jawab sebagai anak yang tak bisa dibanggakan menurut ibunya. Kakaknya meninggal tentu saja membuat hancur hatinya terutama sang ibu yang memang cenderung lebih menyayanginya. Raina tau ibunya tak ingin kehilangan cucu kesayangannya.

Malam semakin larut, Raina masih terdiam di atas ranjang dengan lampu yang padam. Setelah kembali dari kamar Adeeva, ia termenung merasakan ulu hati yang begitu ngilu akhir-akhir ini.

Raina tak mungkin mengecewakan ibunya, di dunia ini hanya ada dia dan Adeeva yang menemaninya. Memang menyakitkan tetapi ia tau apa yang dipikirkan oleh ibunya." Mbak, aku takut melangkah lebih jauh tetapi ini sudah terjadi. Aku takut...." Ucapnya lirih sembari memeluk kedua lututnya.

Istri Aydan, Rania kakak kandung Raina begitu menyayanginya. Tak pernah menyakiti hatinya, justru dia yang terus membelanya ketika ibunya sendiri tak menghargainya. Raina teringat bagaimana cara ibunya memintanya menikah saat itu.

"Na, kamu bayangkan jika keponakanmu tinggal sama ayahnya, lalu dia menikah dengan orang lain. Kamu tega anak kakakmu di asuh orang lain, iya kalau dia sayang kalau tidak bagaimana Na, Ibuk nggak sanggup membayangkannya. Lagian kamu juga nggak mungkin begini-begini terus dari pada jadi perawan tua menikahlah dengan Aydan. Setidaknya demi Adeeva, Ibu nggak bisa jauh dari dia Na,"

" Buk, Kak Aydan tidak menyukaiku."

" Ibu yang akan meminta dia menikahi mu. Ibuk nggak rela kalo Deeva di ambil Na. Tolong,"

Raina menangis dalam diam, luruh segala sakit dan kesal yang teraduk bersamaan di satu waktu. Usianya yang sudah cukup untuk menikah, membuat ibunya semakin tak tahan karena ia masih saja belum memiliki calon untuk di jadikan kebanggaan.

Di tengah tangisnya yang masih berderai, suara ketukan di pintu kamarnya terdengar berkali-kali. Dengan sedikit panik Raina beranjak sembari menghapus air matanya.

" Ada apa?" tanya Raina pada Aydan.

Dengan wajah cemasnya," Deeva demam,"

Raina berlalu begitu saja, terburu-buru memeriksa Deeva di kamarnya. Aydan juga mengikuti langkahnya. Segera ia meraba kening Deeva," Dari tadi?" tanya Raina.

" Aku baru sadar saat tak sengaja menyentuhnya."

Raina berdecak," Tadi masih baik-baik saja," ucapnya sembari membuka laci mencari alat cek suhu tubuh.

Aydan pergi ke dapur ketika melihat suhu tubuh putrinya sangat tinggi. Raina tak meminta apa pun, dia tau kakak iparnya itu cukup cekatan menanggapi hal seperti ini. Raina hanya menemani Deeva yang bergumam sejak tadi.

" Kompres aja dulu, kalo nggak turun kita kasih obat !" ucap Aydan datang dengan air di wadah.

Raina mengangguk, membiarkan suaminya mengurus Deeva dengan telaten. Satu hal yang sebenarnya ia yakin Aydan bisa menjadi ayah yang baik tanpa harus menikah lagi, tentu saja dia yang serba bisa dan rasa cinta yang besar kepada istrinya, Aydan tidak membutuhkannya.

" Ibu... Haus" ucap Deeva begitu pelan. sejak Rania meninggal, Deeva memanggil Nana ibu dengan kemauannya sendiri, ia juga terlihat biasa saja tidak terlalu banyak tanya soal panggilan dari bibi menjadi ibu. Raina akan beranjak dari ranjang,

" Aku aja yang ambil, nih terusin" kata Aydan sembari memberikan kain kompresan.

Raina diam saja, membiarkan Aydan melakukan apa maunya. Setelah kakaknya meninggal tentu saja Aydan pulang ke rumahnya sendiri. Sesekali mengajak anaknya pulang saat ia libur bekerja. Komunikasi diantara keduanya tentu saja sebatas saudara ipar yang jarang bertemu." Maaf aku bangunin kamu, Deeva panggil kamu terus dari tadi. Kalo dia udah enakan kamu tidur aja," kata Aydan ketika melihat anaknya tertidur kembali setelah minum.

Raina diam saja, perlahan melepas tangan yang sejak tadi dipeluk Deeva. Tiba-tiba mata Deeva terbuka begitu lebar, wajahnya berubah menjadi mewek,"Ibu tidur sini aja..." ia menangis pilu.

Raina menatap Aydan. Tanpa persetujuan darinya, Raina segera masuk ke dalam selimut memeluk dan menenangkan Deeva. Aydan yang duduk di pinggiran ranjang itu diam saja, tidak melarang Raina. Aydan berdiri, kemudian mengusap pucuk kepala putrinya," Tidur ya sayang, besok pasti sembuh." ucapnya sembari mengecup pipi gembul Deeva yang begitu dekat dengan wajah Raina.

" Ayah, tidur sini aja. Deeva kangen." Kata Adeeva yang tiba-tiba terduduk, menatap wajah Aydan dengan sedih.

Aydan menatap Raina, seolah mencoba berdiskusi melalui kedipan mata. Hingga tangan Deeva tak sabaran menarik Aydan agar segera berbaring di sebelahnya juga.

" Sayang..."

" Ayah banyak mikir, Deeva pusing nungguin nya,"

Aydan melirik Raina yang datar-datar saja wajahnya.

***

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Jangan banyak mikir ayah, kan si dedek nambah puyeng

2024-01-24

1

Nikfyni

Nikfyni

Semoga saya ya...🤭

2023-12-06

0

auliasiamatir

auliasiamatir

semoga nantinya kalian akan saling mencintai yah,raina dan aydan.

2023-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!