Bab 4

Pagi hari di rumah Ian, seperti pagi pada umumnya, segala aktivitas kegiatan di pagi hari berjalan lancar seperti biasa, asisten rumah tangga yang sudah mempersiapkan segala kebutuhan anggota rumah tersebut pun juga sudah selesai, namun ada yang sedikit berbeda hari ini, si adik bontot Ian terlihat sudah rapi dengan seragam sekolahnya, tengah duduk manis menunggu kedua kakaknya sembari mengoleskan selai ke beberapa roti tawar yang ada di hadapannya seraya menunggu kadua kakaknya untuk sarapan bersama, tak lama kemudian Ian pun datang menuju meja makan, dia yang sudah tau adiknya sudah berdandan rapi timbul niat jail untuk mengacak-acak rambut adiknya tersebut.

"selamat pagi adikku yang cantik".

"ihhh,,,bang Ian jail banget sih, kebiasaan kalo lihat adiknya rapi dikit pasti langsung di acak-acak begini".

"lagian tumben banget dandan rapi banget begini, mau kemana sih loe?biasa juga apa adanya loe kalo ke sekolah nggak pernah Serapi ini".

jadi vyo ini adalah tipikal cewek yang lebih menyukai hal-hal yang simpel, termasuk dalam berpakaian maupun berdandan, intinya dia tidak menyukai hal-hal yang membuatnya ribet.

"jangan bilang loe punya pacar ya?nggak Abang nggak ijinin kamu buat pacaran, kamu masih sekolah nggak ada pacar-pacaran pokoknya"sifat posesive Ian mulai keluar, secara dia anak laki-laki satu-satunya dia bertanggung jawab penuh atas kakak dan adik perempuannya, itu juga salah satu amanah dari orang tuanya untuk menjaga kakak dan adiknya agar tidak sembarangan berteman dengan seorang lelaki.

"vyo nggak punya pacar bang, lagian juga vyo tau kok bang Ian pasti nggak bakalan ijinin vyo buat punya pacar, siapa juga yang mau pacaran sama vyo kalo tau vyo adiknya bang Ian, pasti pada mundur teratur terlebih dahulu". Apa yang dibilang vyo memang benar adanya karena dulu waktu masih SMP ada yang berani dekati vyo dan ketahuan oleh Ian, alhasil itu cowok nggak berani lagi buat deketin vyo.

"bagus deh kalo gitu, awas kalo ketahuan pacaran ya, Abang cuma nggak mau nanti kalo kamu punya pacar menganggu sekolah kamu".

"enggaklah, nanti vyo bakalan bilang sama Abang kalo ada yang deketin vyo".

"nah siph, yaudah sarapan dulu keburu siang nanti telat sekolahnya".

Ian dan vyo satu sekolahan, dulu jarak lahir mereka hanya selisih dua tahun, berbeda dengan kakaknya Kania yang selisih lima tahun.

"selamat pagi adik-adikku semua"sapa Kania.

"pagi kak"jawab Ian.

"pagi juga kakakku yang cantik"jawab vyo.

"Ian, hari ini kamu yang jemput vyo les ya nanti, kakak ada kuliah tambahan nanti sore soalnya, bisa kan kamu jemput vyo?".

"bisa kak, nanti biar Ian saja yang jemput vyo pulang les".

"yaudah kalian buruan sarapan, takut nanti keburu telat berangkat sekolahny".

mereka bertiga lalu menyantap sarapan pagi ini bersama-sama.

***

"masih pagi udah ngelamun aja loe Cha"tiba-tiba jelita datang entah darimana.

"siapa yang ngalamun?nggak ya jel".

"lagi mikirin apa sih?atau kamu lagi sakit ya?nggak semangat banget keknya hari ini".

"masa sih?keknya karena kecapekan aja sih ini mah, semalam begadang selesain tugas".

tiba-tiba terdengar suara berisik, biasa Ian and the Genk emang pada heboh semua orangnya, terutama si Bayu dan Angga dua anak itu emang keknya nggak ada istilah baterai lowbat dalam hidupnya, full energi pokoknya, apalagi kalo udah gabung itu berdua, rumpinya lebih dari emak-emak.

"kenapa loe Cha, tumben amat cuma diem aja, sakit loe?"tanya Angga.

"ini mah keknya belum sarapan ya?yok kek kantin gue traktir sarapan?"imbuh Bayu.

"muka loe pucet Cha, ke uks aja ya?gue anter"Juna dengan sigapnya langsung menggendong Icha ke uks, yang di ikuti oleh jelita di belakangnya.

Ian yang baru datang pun kaget melihat Juna yang berjalan tergesa-gesa sambil menggendong Icha di punggungnya, dia lalu segera masuk ke kelasnya.

"Icha kenapa?sakit?"tanya Ian tergesa-gesa.

"iya sakit keknya dia, mukanya pucet tadi soalnya, loe tumben amat telat, biasa loe sama Icha barengan kalo berangkat"jawab Angga sembari menyalin tugas punya jelita.

"gue ke uks dulu, gue nitip kamera gue ngga?"

belum sempat Angga menjawab Ian sudah berlari menuju ke uks guna lebih tau apakah Icha beneran sakit, soalnya kemarin masih sehat-sehat aja nggak nampak kalau mau sakit.

"gimana keadaan Icha jel?"tanya Ian begitu dia melihat jelita yang masih duduk di seberang tempat tidur Icha.

"kata dokter tadi, Icha hanya kecapekan sama maagnya kambuh sih Ian".

"yaudah gue ke kantin dulu mau beliin makanan buat Icha, biar nanti kalau dia sudah bangun bisa langsung sarapan?".

"eh Ian tunggu, Juna udah ke kantin beliin makanan barusan aja dia perginya".

"oh Juna udah ke kantin?yaudah kalo gitu, kamu balik ke kelas aja, Icha biar aku saja yang menunggu disini".

"GPP ya aku tinggal, jagain Icha ya, gue balik ke kelas dulu".

"iya, percaya sama gue, gue pasti bakalan jagain Icha, yaudah loe buruan balik ke kelas". jelita pun lalu beranjak kembali ke kelas.

"loe tuh ya Cha, nggak berubah dari dulu, gue udah sering bilang, jangan telat makan jangan begadang, loe pasti semalam begadang kan, sampai sekarang loe bisa berada disini, katanya loe paling anti sama uks, mana?loe tuh harusnya jaga kesehatan Cha, udah tau punya badan mudah drop kalau kecapekan masih aja bandel"ucap Ian panjang lebar, tanpa dia tahu di balik pintu Juna mendengar semuanya, namun ia urungkan niatnya untuk masuk, namun tak berselang lama dia pun masuk ke ruang uks.

"belum siuman juga si icha?"tanya Juna.

"belum ini, loe kalo mau balik ke kelas GPP, biar aku aja yang jagain Icha disini".

"GPP gue aja yang jagain Icha, loe Balik aja ke kelas, loe masih ada kerjaan juga kan buat redaksi majalah sekolah yang hari ini terbit".

"udah selesai kok kerjaan gue, yaudah kalo loe nggak mau balik ke kelas, loe boleh ikut menunggu Icha disini Jun".

"ok kalo gitu, eh itu berapa maemnya Icha, biar aku ganti Jun uangnya".

"udah GPP, santai aja nggak usah di ganti buat temen ini Ian, oh iya ngomong-ngomong loe kan bestie an sama Icha udah lama yak, dia udah punya pacar belum sih?".

"hah, apa?pacar?..."hening sejenak, Ian tampak berpikir, kenapa Juna tetiba tanya begini, apa jangan-jangan dia suka sama Icha, tapi sejak kapan?".

"Ian?woy kok malah bengong sih, loe tau nggak dia punya pacar apa belum?"tanya Juna kembali.

"ah iya, sorry, keknya sih belum Jun".

tanpa mereka sadari Icha sudah bangun tapi dia lalu memejamkan matanya kembali begitu mendengar pertanyaan Juna barusan.

"loe suka sama Icha Jun?".

"iya, tapi aku takut buat ngomong sama dia, kalo aku suka sama dia, gue juga takut dia nggak mau lagi berteman sama gue lagi, apalagi gue tau dia bukan orang yang dengan mudah bilang "ya" gue takut di tolak Ian".

"ya loe tau sendiri kan kek mana Icha orangnya, sekelas Chandra sama galih aja di tolak sama dia, gue juga biarpun bestie dia udah lama, tapi kalo soal hubungan asmaranya dia gue nggak taunya Jun, jujur gue juga bingung tipe ideal atau idamannya dia yang kek mana gue nggak tau".

"nah itu masalahnya, eh tapi loe jangan bilang-bilang ke yang lain ya kalau gue suka sama Icha, cukup loe aja yang tau, gue percaya sama Loe Ian?".

"loe tenang aja, gue nggak bakalan bilang-bilang ke yang lain, rahasia aman kalo di gue, tenang aja loe".

"loh kalian berdua ngapain disini?"tetiba Icha bangun lalu menyenderkan badannya di dekat tembok.

"loe sejak kapan bangunnya Cha?"tanya Juna sedikit kaget, ia takut Icha mendengar semua pertanyaannya tadi dengan ian.

padahal tanpa Ian dan Juna ketahui icha mendengar semua percakapan mereka tadi, namun dia harus berbohong agar mereka tidak curiga.

"baru aja gue bangunnya".

"ini loe makan dulu, maag loe kambuh lagi tuh, di bilangin jangan suka telat makan sama kecapekan juga masih suka ngeyel"ucap Ian seraya menyuapkan makanan ke mulut Icha.

"iya-iya maaf, ya kan gue nggak tau kalau bakalan jadi begini, udah ya jangan marah-marah lagi ok, pagi-pagi udah merepet aja loe".

"tapi bener apa yang di bilang Ian lho Cha, loe tuh harus jaga kesehatan, jaga pola makan juga".

"iya-iya gue bakalan inget-inget nasehat Loe berdua".

bel tanda istirahat pun berbunyi.

"kalian jadi bolos jam pelajaran pertama gara-gara nunggu gue di UKS, maaf ya".

"Selow aja kali Cha, gampang nanti kalo misal ada tugas bisa tanya ke Angga apa jelita"ucap Ian yang di barengi dengan anggukan Juna.

"yaudah ini nanti kalo udah bel masuk, kita balik ke kelas lagi aja, toh gue udah enakan nggak kayak tadi".

"beneran loe udah GPP, nggak mau tau kalo kambuh lagi lho Cha".

"enggak Juna, ini badan gue udah enakan kok, malah pengen balik ke kelas sekarang aja yuk".

"yaudah kalo mau loe kek gitu"Ian pun membantu Icha untuk turun dari kasur tempat dia berbaring karena lumayan tinggi kasurnya".

"makasih ya, udah GPP gue bisa jalan sendiri Jun"Juna yang tadinya mau memapah Icha pun melepaskan tangannya.

mereka lalu berjalan menuju ke kelas bersama-sama

"kok loe udah balik sih, udah enakan emang?"tanya jelita beruntun.

"udah kok, loe kan tau sendiri gue paling nggak betah lama-lama di UKS".

"iya loe tuh anti ke uks, tapi pasti ada aja yang ngebuat loe musti mampir ke uks, heran juga gue".

"loe aja heran apalagi gue jel".

"ada tugas nggak tadi pelajaran jam pertama tadi ngga?"tanya ian.

"nggak ada sih, cuma bahas tugas yang kemarin aja tadi".

"oh iya, loe udah ngeprint bahan yang buat redaksi majalah sekolah?hari ini terbit kan".

"ya, ampun gue lupa Ian, hayoklah bantuin gue, kamera lho jangan lupa, dokumentasinya masih di kamera loe semua tadi gue belum sempat buat pindahin".

"yaudah ayok ke kantor dulu, nanti keburu masuk kelas lagi".

Ian dan Angga lalu bergegas menuju ke kantor redaksi majalah sekolah.

***

"bang Ian jemput vyo sekarang, udah sore ini"suara vyo dari seberang sana melalu telpon seluler.

"iya sebentar lagi Abang kesitu, ini lagi mau siap-siap"Ian lalu menyalakan kunci motornya bergegas untuk menjemput vyo yang pulang dari les, mengingat hari yang sudah beranjak petang dan jalanan yang pasti macet jika sudah jam-jam orang pulang bekerja maka Ian lebih memilih untuk menggunakan sepeda motor saja ketimbang pakai mobil.

"ini jaketnya di pakai dulu biar nggak kedinginan"Ian menyerahkan jaket yang dia bawakan untuk vyo, karena hari yang sudah beranjak petang dan dia menggunakan sepeda motor, karena adik bontotnya ini tidak tahan dengan udara dingin.

"terima kasih bang, yuks cus pulang bang"vyo lalu membonceng, Ian pun lalu mengemudikan kembali kendaraannya membelah keramaian ibu kota yang semakin hari semakin padat para pengguna kendaraan pribadi, dalam perjalanan pulang vyo memberanikan diri untuk bertanya dengan abangnya tersebut.

"bang Ian, vyo mau tanya sesuatu, tapi bang Ian jangan marah dulu ya".

"memang vyo mau tanya apa?"Ian mulai penasaran mendengar pertanyaan adiknya barusan.

"umh, ini...vyo mau tanya..."aduh gimana ya tanya ke bang iannya?tanya nggak ya?tapi bingung mau mulai dari mana.

"vyo mau tanya apa ke Abang?kok cuma diam nggak di lanjut lagi".

"vyo mau tanya soal..."tapi Abang jangan marah dulu ya?janji dulu ke vyo.

"iya Abang janji, Abang nggak bakalan marah, vyo mau tanya soal apa?"Ian masih penasaran dengan pertanyaan apa yang akan di tanyakan oleh adiknya, sementara dia juga tetap fokus mengemudikan kendaraannya Karena jalanan yang macet.

"nanti sajalah lah bang kalo sudah sampai rumah vyo tanyanya"vyo kemudian mengurungkan niatnya untuk bertanya ke abangnya tersebut.

"baiklah kalo begitu"sepanjang perjalanan pulang Ian masih penasaran kira-kira apa yang ingin di tanyakan oleh adik bontotnya ini, apakah pertanyaan yang sulit, sehingga tidak bisa langsung to the point saja, Ian kembali fokus mengendarai sepeda motornya.

To be continued...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!