04

Aku berada di sebuah foodcourt di salah satu mall di Bandar Lampung. Di depanku terdapat sepasang kekasih yang memberikan kabar yang membuatku tercengang. Menikah? Yang benar saja. Dan mereka mau aku menjadi pengiring mempelai wanitanya? Pasti bercanda.

“Kalian pasti tau, gua nggak suka hubungan kalian. Apa yang buat kalian berpikir gua mau?”

“Demi gua Ra?” mohon Carlene.

“Diem lo, jangan ikutan.” Ancamku pada Carlene, emosiku udah sampe keubun-ubun rasanya. “Sel, lo tau apa yang nggak gua suka dari lo? Banyak! sebut aja saat lo nyeleweng. Ya, gue emang nggak ada hak buat ngelarang Carlene untuk pacaran atau nikah dengan cowok manapun. Gua juga nggak pernah ngelarang. Kenapa? Karena saat dia pacaran dengan mantan-mantannya, dia tetep jadi dia apa adanya. Dia tetep jadi Carlene yang ceria, Carlene yang easy going, Carlene yang happy setiap saat, Carlene yang disenangi banyak orang. Tapi pas dia pacaran sama lo. She’s changed. Lo ngerubah dia jadi pembohong kelas kakap. Karna apa? Karna dia ngga mau gua, temennya dia, mandang lo, yang pacarnya dia, jelek. Lo pikir gua nggak tau berapa kali dia bohongin gua karna lo? Dari awal Carlene kenal dan main sama gua, dia nggak pernah berhasil bohongin gua walau cuma sekali. Setiap dia nyoba buat bohong, dia pasti ketauan sama gua, dan dia tau itu. Tapi demi cowok kayak lo, dia terus-terusan bohong walau dia tau dia bakal ketauan. Lo tau nggak sih, karena lo dia jarang ketawa lagi, jarang bergaul dengan temen-temennya, satu persatu temen-temennya ilang, dia jadi nggak punya tempat lagi buat cerita, yang akhirnya dia jadi lebih sering nangis. Lo tau ngga berapa banyak dia nangis karna lo? Kalo itu aer mata bisa jadi mutiara, mungkin Carlene udah kaya tujuh turunan sekarang. Lo nggak tau kan, di sekolah dia sering ijin ke toilet saat pelajaran cuma buat nangisin lo dan kebodohan lo yang ngga ada abisnya itu? Dan asal lo tau, gara-gara lo juga, gua sama Carlene berantem. Cuman karna dia ngebela cowok yang ngehargain dia aja ngga, dia ribut sama gua. Satu lagi yang paling penting, dia bukan lagi Carlene yang gua kenal semenjak dia bareng sama lo.” Aku diam sejenak, menghapus air mata yang tak terasa sudah membasahi pipiku.

“Tapi gua bisa apa? gua udah ngelempar semua cacian ke mukanya, tapi dia tetep diem. Gua nasehatin pelan-pelan, dia juga diem. Dan lo tau, karna itu semua Carlene nggak pernah lagi curhat ke gua asal itu menyangkut lo. Lo tau kenapa? Karna dia nggak mau gua makin ngebenci lo. Gua bilang ini, karna gua mau bilang ama lo, kalo emang lo sayang sama Carlene, jangan pernah buat dia jadi orang lain lagi. Kalo lo nggak bisa nerima sifat dia yang begini, pergi! Jangan ganggu dia lagi. Dia nggak pantes buat dampingin bajingan kayak lo. She deserves a better man. A man who can cherish her no matter who she is.” Makiku.

Aku melihat Carlene yang mulai menangis di kursinya dan juga Edsel yang menundukkan kepala. Aku nggak tahu apa yang ada dipikirannya. Tapi, kalau hanya karena ini dia mundur, dia bukan pendamping yang baik untuk Carlene. Perlahan Edsel mengangkat kepalanya.

“Sorry Ra, gua tau, gua emang bajingan. Maaf atas semua yang udah gua lakuin, tapi satu hal yang perlu lo tau. Gua serius sayang sama Carlene. Gua nggak bisa janji untuk nggak buat dia nangis lagi, tapi, gua janji akan berusaha untuk nggak membuatnya sedih karena gua.” Ujar Edsel dengan serius.

“Sejujurnya gua udah kapok percaya sama omongan lo. Berapa banyak kata maaf dan janji yang udah lo ucapin ke gua? Ada yang lo lakuin?” tanyaku sambil menggelengkan kepala. Edsel hanya terdiam. Apalagi yang bisa dikatakan, semua yang kukatakan merupakan kebenaran yang terjadi selama ini. Namun melihat Carlene yang sepertinya sangat mengharapkan dan menginginkan pernikahan ini.

“Gua pegang omongan lo untuk yang terakhir kali! Inget Sel, kalo lo nyakitin Carlene, lo nggak akan hanya ngadepin mama, papa dan adik-adiknya tapi gua juga.” Ancamku. Mendengar ucapanku Carlene bangun dari duduknya pindah ke sebelahku menangis sambil memelukku erat.

“Makasih Ra…” ucapnya. Aku pun membalas pelukannya.

“Janji sama gua untuk cerita semuanya, janji gua buat selalu ada saat lo butuh masih berlaku sampe kapanpun. Dan seperti yang pernah gua bilang, gua ngga bakal ngelewatin pernikahan lo. Apapun yang buat lo happy.” aku melepaskan pelukkan dan menyeka air mata Carlene.

“Udah ahh… jangan nangis lagi. Masa calon pengantin nangis, nanti jadi jelek,” Ledekku. “tanggal berapa?” lanjutku kepada Edsel.

“Hah?” respon Edsel bingung.

“Tanggal berapa married-nya? Kan gua mesti ngajuin cuti!”

“Makasih Seira!” ucap Carlene memelukku lagi.

Aku membalas pelukannya sambil tersenyum dan berbisik di telinganya. “Cari gua kapanpun dan dimanapun. Ceritain semua, mau itu kabar baik atau kabar buruk. Gua emang nggak bisa janji buat nyelesain semua masalah yang lo hadapin. Tapi setidaknya lo nggak akan sendirian.” Pesanku yang dibalas dengan anggukkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!