Mencaritahu Tentang Danzel (Pernikahan)

Luna berguling-guling di atas kasurnya sambil mengingat-ingat ucapan Kakek Berto pagi tadi. Pernikahannya akan diadakan 3 hari lagi. Dan dia sama sekali tidak tahu, seperti apa cucu Kakek Berto itu. Yang ia tahu, pria itu setuju dengan pernikahan mereka. Itu pun dia tahu dari kakek Berto yang sudah pulang dari rumah sakit 3 minggu lalu, dan juga mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal, yang ternyata dari sekretaris Danzel.

"Ya Tuhan, aku tidak menyangka akan menikah secepat ini."

"Ck!" Luna berdecak, kemudian berhenti berguling dan berbaring telentang. "Walaupun aku tidak tahu seperti apa wajah si Danzel itu, setidaknya aku tahu bagaimana orang itu. Aku harus ke rumah kakek Berto sekarang."

Luna bergegas dari kasurnya lalu menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama untuk membersihkan diri, Luna keluar kemudian berpakaian. Setelah itu, ia keluar kamar dan berpamitan pada orang tuanya.

"Mau kemana kamu Luna?" tanya Vaela, Ibu Luna. Wanita itu sedang membawa segelas jus dan tak sengaja bertemu sang putri di ruang tengah.

"Aku mau ke rumah Kakek Berto, Bu."

Langkah Vaela terhenti. Wanita itu menatap sang putri lalu tersenyum. "Kenapa kesana? Mau ketemu calon suami?" tanya Vaela sambil menaik turunkan alisnya, menggoda sang putri.

"Ibuuu... Luna tidak—"

"Ayaaah.... Luna izin sama Ayah mau ke rumah Tuan Berto. Sepertinya anak Ayah tidak sabar bertemu calon suaminya." Vaela berteriak membuat Basil yang sedang di ruang tamu langsung menghampiri kedua wanita itu.

Melihat kedatangan Ayahnya, Luna menepuk pelan jidatnya. Sejak ia memutuskan akan menikah, Ayah dan Ibunya suka sekali menggodanya.

"Beneran kamu mau kesana? Mau Ayah antar?" tanya Basil.

"Ayaah... Aku bisa sendiri."

"Baiklah. Tapi, pakai mobil Ayah. Kamu juga harus bicara baik-baik dengan Tuan Berto dan calon suamimu. Putuskan lagi pernikahannya secara baik-baik. Walaupun Ayah senang kamu akan menikah, tetap saja Ayah takut kamu tidak bahagia dengan cucu Tuan Berto. Ayah lebih baik kamu tidak menikah dulu dan tetap bersama Ayah dan Ibu, dari pada kamu menikah tapi tidak bahagia."

Luna yang mendengarnya terharu. Gadis itu mendekati Ayah dan Ibunya lalu memeluk keduanya. "Luna pikir, Ayah sama Ibu tidak memikirkan Luna karena terlalu bahagia Luna akan menikah. Ternyata Luna salah. Terima kasih Ayah, Ibu."

"Itu hanya pikiranmu saja. Dengar, kamu harus putuskan kembali semuanya sebelum terlambat. Kalau pun kamu jadi menikah dan tidak bahagia di pernikahanmu nanti, katakan saja pada Ayah dan Ibu. Kami akan meminta Tuan Berto dan cucunya mengembalikan kamu ke kami,” ucap Vaela.

Luna semakin terharu mendengarnya. "Terima kasih Ayah, Ibu. Tapi, Luna sudah memutuskan untuk lanjut. Luna juga sudah berjanji pada Kakek Berto. Luna tidak akan mengingkarinya."

"Baiklah. Semua keputusan ada di kamu. Kami hanya menuruti apapun yang kamu mau."

Luna mengangguk. Dia lalu berpamitan pada kedua orang tuanya lalu bergegas ke rumah kakek Berto dengan mengendarai mobil sang Ayah.

Setelah 40 menit perjalanan, Luna pun tiba. Kedatangan gadis itu disambut baik oleh para pekerja di rumah kakek Berto. Bahkan mereka memaklumi Luna yang terkagum-kagum melihat rumah Kakek Berto yang besar dan mewah.

"Luna." Suara Kakek Berto mengalihkan Luna dari rasa kagumnya. Gadis itu tersenyum pada Kakek Berto.

"Kakek," sapanya.

"Kenapa tidak bilang kalau kamu akan datang? Kakek bisa meminta orang-orang kakek menjemputmu."

"Aku ingin buat kejutan buat Kakek." Kakek Berto terkekeh pelan mendengar jawaban Luna. Luna ikut tersenyum, kemudian menarik nafasnya. "Sebenarnya, aku kesini mau berbicara dengan Kakek. Aku ingin mengetahui beberapa hal tentang Danzel. Agar aku bisa mengatur diriku berhadapan dengan segala kebiasaan Danzel nanti."

Kakek Berto tersenyum mendengarnya. Dia sangat senang dengan inisiatif Luna yang mencaritahu tentang Danzel. Baginya, ini suatu kemajuan untuk persiapan kehidupan rumah tangga mereka nanti.

"Baiklah. Kakek akan menceritakan semua tentang Danzel padamu. Kakek harap, ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk kalian membangun rumah tangga nanti."

***

Tiga hari berlalu sejak Luna pergi ke rumah Kakek Berto. Dan hari ini adalah hari pernikahannya bersama Danzel. Luna sudah begitu cantik dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih gading. Gadis itu terdiam di salah satu kamar hotel. Ya, pernikahan itu diadakan di sebuah hotel. Meskipun sederhana, Kakek Berto ingin memberikan yang terbaik untuk cucu dan calon cucu mantunya.

Luna menarik nafasnya. Semua cerita Kakek Berto masih terekam jelas di ingatannya. Cerita yang membuatnya semakin yakin untuk menikah dengan Danzel dan membuat hidup laki-laki itu kembali berwarna.

"Cucuku Danzel tidak pernah dekat dengan wanita. Dia tidak percaya cinta atau apapun berkaitan dengan cinta. Satu-satunya kasih sayang yang dia percaya adalah kasih sayang Kakek padanya. Cucuku menjadi orang yang dingin tak tersentuh setelah keretakan rumah tangga orang tuanya. Sejak usia 11 tahun, dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Saya sering melihatnya menangis diam-diam ketika melihat anak-anak seusianya bermain dengan orang tua mereka. Walaupun kasih sayang saya tidak terbatas untuk Danzel, tetap saja kasih sayang orang tua yang paling dia butuhkan."

Luna lagi-lagi menarik nafasnya. Dibalik semua prestasi yang Danzel torehkan di dunia bisnis, laki-laki itu memiliki sisi hidup yang menyedihkan.

"Luna?" Panggilan Vaela membuat putri satu-satunya itu tersadar dari lamunan. Luna mengulas senyum melihat sang Ibu.

"Kenapa? Kamu keberatan melakukan pernikahan ini?"

Luna menggeleng. "Tidak, Bu. Luna teringat cerita Kakek Berto tentang Danzel."

Vaela tersenyum. Dia sudah tahu cerita Danzel dari putrinya. Dia juga merasa iba dengan calon suami putrinya itu.

"Dengar, Nak. Jika kamu benar-benar tulus menerima pernikahan ini dan juga menerima Danzel, lakukan tugasmu sebagai istri dengan baik. Buat Danzel kembali percaya cinta."

"Iya, Bu. Luna sudah bertekad agar Danzel bisa kembali percaya dengan cinta."

Vaela tersenyum. "Ya sudah. Sekarang, ayo kita keluar. Pernikahan akan segera dimulai."

Ibu dan anak itu segera berjalan keluar dari kamar menuju altar pernikahan. Perasaan gugup menyelimuti perasaan Luna. Tidak banyak yang hadir dalam pernikahan itu. Pernikahan juga dilakukan dengan sederhana, sesuai permintaan Luna.

Basil tersenyum haru melihat putrinya yang begitu cantik. Ia tidak menyangka akan melepas putri satu-satunya yang begitu dia sayangi.

"Ayah."

"Anak Ayah sangat cantik."

Luna tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Basil meraih tangan putrinya, dan membawanya menggandeng tangannya. Dia menggantikan sang istri dan membawa putrinya menuju altar pernikahan.

Di depan sana, sudah ada Danzel yang berdiri tegap dengan jas hitam dan celana senda. Wajah dinginya terlihat begitu tampan dan menawan. Mata tajamnya menatap Luna yang berjalan bersama Basil. Tak lama, laki-laki itu bergerak mendekati Basil dan Luna.

Langkah Basil memelan saat Danzel mendekatinya dan Luna. Pria bertubuh tinggi tagap itu berhenti di depan keduanya. Tangannya terulur, meminta Luna agar ikut dengannya. Luna mendongak menatap Danzel. Dan saat itu juga, dia membenarkan semua ucapan teman-teman kantornya. Danzel sangat tampan. Bahkan jauh lebih tampan dari gambaran teman-teman kantornya. Tersadar, Luna pun kembali menunduk.

Dengan perasaaan gugup, Luna meraih tangan Danzel dan membiarkan laki-laki itu membawanya.

Janji suci pernikahan pun terucap oleh Luna dan Danzel. Luna sedikit gemetaran saat sesi ciuman. Ia berpikir Danzel akan mencium bibirnya. Tapi ternyata tidak. Laki-laki itu malah mengecup keningnya. Dan itu membuatnya lega.

Acara pernikahan pun usai. Danzel berpamitan pada Kakeknya untuk segera kembali ke rumah.

"Kakek harap, pernikahanmu selalu bahagia," ucap Kakek Berto pada Luna.

"Terima kasih, Kek."

"Danzel, sekarang kau tidak sendirian lagi. Ada Luna bersamamu. Kurangi waktu kerjamu, dan sempatkan untuk menemani Luna." Danzel tak menjawab apapun dan hanya menganggukkan kepalanya.

Luna memeluk haru Ibu dan Ayahnya. Mulai sekarang, ia resmi tidak tinggal bersama orang tuanya. Dan dia sangat sedih. Mulai sekarang, dia tidak bisa bergelayut maja lagi pada keduanya setiap hari.

"Anak Ibu kok menangis? Jangan cengeng dong. Kan udah punya suami," ucap Vaela sambil mengusap air mata Luna.

"Ibu, Luna sayang Ibu. Mulai sekarang, Luna gak bisa manja-manja lagi sama Ibu sama Ayah setiap hari... hiks."

Vaela dan Basil terkekeh mendengarnya, begitu juga Kakek Berto. Berbeda dengan Danzel yang hanya menatap dingin interaksi mereka. Namun, ia tiba-tiba dikejutkan oleh tepukan pelan dibahunya. Dan pelakunya adalah Basil, sang Ayah mertua.

"Nak, kau bisa lihat sendiri bagaimana sikap putri kami. Dia gadis ceria dan manja. Saya harap, kau bisa memakluminya."

"Akan saya usahakan," balas Danzel yang mendapat anggukkan Basil.

Setelah berpamitan, Danzel langsung membawa Luna menuju kediamannya.

***

Kediaman Danzel tak kalah bagus dengan rumah Kakek Berto. Dan itu kembali membuat Luna terkagum-kagum. Tapi, gadis itu dengan sangat baik menutupi rasa kagumnya.

"Kau bisa tidur di kamar mana saja di rumah ini. Tapi, jangan di kamar sebelah kanan lantai dua." Suara Danzel membuat Luna menatapnya. Keningnya berkerut mendengar ucapan Danzel.

"Apa itu kamarmu?" tanya Luna. Meskipun gugup, dia tetap berusaha tenang.

"Hmm."

"Baiklah. Aku akan tidur di kamar itu."

"Apa maksudmu?" tanya Danzel bernada tak suka.

"Kenapa? Bukankah kita suami istri sekarang?"

Danzel menatap Luna tajam. Gadis itu berani padanya. Mendapat tatapan Danzel, Luna menjadi gugup. Tapi, gadis itu dengan baik menyembunyikan rasa gugupnya.

"Hehehe... Ibu dan Ayahku selalu tidur bersama. Itu kerena mereka suami istri. Kita berdua juga suami istri. Dan sudah seharusnya tidur bersama."

"Kita tidak ada ikatan apapun!"

"Loh? Bukannya tadi kita baru saja—"

"Kau bisa diam tidak?!"

"Aku akan diam saat tidur. Jadi, biarkan aku tidur di kamarmu."

Danzel mengeraskan rahangnya, dan melemparkan tatapan tajam pada Luna. Setelah itu dia berjalan menaiki tangga meninggalkan Luna.

Luna menarik nafas lega. Dia sangat gugup berhadapan dengan Danzel. Meski begitu, dia harus tetap bertahan.

Luna kembali menarik nafasnya, lalu meraih kopernya. Dengan segera gadis itu mengikuti Danzel sambil menyeret kopernya.

Terpopuler

Comments

ira

ira

bagus sekali Luna semangat luluhkan hati beruang kutub itu 😁😁

2024-12-13

0

🤩😘wiexelsvan😘🤩

🤩😘wiexelsvan😘🤩

semangattttt ya luna jangan pernah lelah dalam meluluhkan hati bang danzel yg dinginnya sprt beruang kutub,,,,semangaaat jg bwt authorrr 😍😍😍

2023-11-21

2

lihat semua
Episodes
1 Penyelamatan (Lamaran Tiba-tiba)
2 Mencaritahu Tentang Danzel (Pernikahan)
3 Hari Pertama Bersama Luna
4 Perkara Tidur Seranjang
5 Berkeliling Rumah Danzel
6 Bagiku, Pernikahan Itu Permainan!
7 Luna Kotor
8 Kembali Bekerja
9 Pelukan Luna
10 Keluarga Yang Hangat
11 Pelukan Dari Ayah Luna
12 Menggoda Danzel
13 Perlahan Berubah
14 Danzel Marah
15 Makan Malam Bersama Kakek Berto
16 Menggoda Danzel 2
17 Kecupan Spesial
18 Kebahagiaan Luna
19 Salah Tingkah
20 Memahami Perasaannya Terahadap Luna
21 Kemarahan Danzel (Pengakuan)
22 Kembali Dari Tour
23 Danzel Yang Perhatian
24 Kejailan Selly
25 Mengunjungi Apartemen Selly
26 Tanda Di Leher Luna
27 Kedatangan Ayah Dan Ibu Luna
28 Sayang
29 Kedatangan Orang Tua Danzel
30 Permintaan Mertua
31 Kau Milikku Sekarang!
32 Bertemu Mama Papa
33 Masa Lalu
34 Teman Masa Kuliah
35 Joging
36 Kedatangan Selena
37 Kedatangan Selena 2
38 Rencana Memiliki Anak
39 Mengunjungi Rumah Sekretaris Beni
40 Apartemen
41 Perkara Lipstik
42 Kekesalan Luna
43 Jalan-jalan
44 Kembali
45 Bab 45
46 Membujuk Luna
47 Rencana Selena
48 Pelaku Penyerangan
49 Danzel Menyebalkan
50 Hari Libur
51 Liburan Di Vila 1
52 Liburan Di Vila 2
53 Khawatir
54 Rumah Kakek Berto
55 Kembali Ke Rumah
56 Hampir Diculik
57 Rencana Selena Dan Reno
58 Merasa Lebih Baik
59 Kedatangan Reno Dan Selena
60 Penyiksaan
61 Rumah Sakit
62 Kembali Ke Rumah
63 Pelukan Hangat Sang Mama
64 Hukuman Untuk Reno Dan Selena
65 Rujuk
66 Seperti Pencuri
67 Ke Kantor Danzel
68 Membantu Menghilangkan Trauma
69 Ancaman Luna
70 Pernikahan Kedua Orang Tua Danzel
71 Syarat Bertemu Selly
72 Bertemu Selly Dan Ivan
73 Menemani Tidur Siang
74 Kau Bukan Bagian Dari Maxon
75 Tidak Selamanya Membosankan
76 Menghibur Luna
77 Sumber Energi
78 Gaun Tidur
79 Mengusir Rasa Bosan
80 Mengabaikannya
81 Marah
82 Penjelasan
83 Sehari Untuk Luna
84 Apartemen
85 Konferensi
86 Gedung dan Gaun Pernikahan
87 Makan Malam Spesial
88 Hari Pernikahan Kedua (1)
89 Hari Pernikahan Kedua (2)
90 Perkara Malam Pertama
91 Kakek Berto Kritis
92 Amarah Danzel
93 Membalas
94 Kabar Bahagia
95 Mengandung Penerus Maxon
96 Kelembutan Danzel
97 Berkeliling
98 Mereka Terlalu Kekanakan
99 Berbelanja Perlengkapan Bayi
100 Undangan Pernikahan Selly Dan Ivan
101 Bukan Lelaki Yang Peka
102 Melahirkan
103 Nicholas Gailen Maxon
104 Merasa Bangga
105 Menerima Banyak Hadiah
106 Anugrah Terindah
107 Nichol (End)
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Penyelamatan (Lamaran Tiba-tiba)
2
Mencaritahu Tentang Danzel (Pernikahan)
3
Hari Pertama Bersama Luna
4
Perkara Tidur Seranjang
5
Berkeliling Rumah Danzel
6
Bagiku, Pernikahan Itu Permainan!
7
Luna Kotor
8
Kembali Bekerja
9
Pelukan Luna
10
Keluarga Yang Hangat
11
Pelukan Dari Ayah Luna
12
Menggoda Danzel
13
Perlahan Berubah
14
Danzel Marah
15
Makan Malam Bersama Kakek Berto
16
Menggoda Danzel 2
17
Kecupan Spesial
18
Kebahagiaan Luna
19
Salah Tingkah
20
Memahami Perasaannya Terahadap Luna
21
Kemarahan Danzel (Pengakuan)
22
Kembali Dari Tour
23
Danzel Yang Perhatian
24
Kejailan Selly
25
Mengunjungi Apartemen Selly
26
Tanda Di Leher Luna
27
Kedatangan Ayah Dan Ibu Luna
28
Sayang
29
Kedatangan Orang Tua Danzel
30
Permintaan Mertua
31
Kau Milikku Sekarang!
32
Bertemu Mama Papa
33
Masa Lalu
34
Teman Masa Kuliah
35
Joging
36
Kedatangan Selena
37
Kedatangan Selena 2
38
Rencana Memiliki Anak
39
Mengunjungi Rumah Sekretaris Beni
40
Apartemen
41
Perkara Lipstik
42
Kekesalan Luna
43
Jalan-jalan
44
Kembali
45
Bab 45
46
Membujuk Luna
47
Rencana Selena
48
Pelaku Penyerangan
49
Danzel Menyebalkan
50
Hari Libur
51
Liburan Di Vila 1
52
Liburan Di Vila 2
53
Khawatir
54
Rumah Kakek Berto
55
Kembali Ke Rumah
56
Hampir Diculik
57
Rencana Selena Dan Reno
58
Merasa Lebih Baik
59
Kedatangan Reno Dan Selena
60
Penyiksaan
61
Rumah Sakit
62
Kembali Ke Rumah
63
Pelukan Hangat Sang Mama
64
Hukuman Untuk Reno Dan Selena
65
Rujuk
66
Seperti Pencuri
67
Ke Kantor Danzel
68
Membantu Menghilangkan Trauma
69
Ancaman Luna
70
Pernikahan Kedua Orang Tua Danzel
71
Syarat Bertemu Selly
72
Bertemu Selly Dan Ivan
73
Menemani Tidur Siang
74
Kau Bukan Bagian Dari Maxon
75
Tidak Selamanya Membosankan
76
Menghibur Luna
77
Sumber Energi
78
Gaun Tidur
79
Mengusir Rasa Bosan
80
Mengabaikannya
81
Marah
82
Penjelasan
83
Sehari Untuk Luna
84
Apartemen
85
Konferensi
86
Gedung dan Gaun Pernikahan
87
Makan Malam Spesial
88
Hari Pernikahan Kedua (1)
89
Hari Pernikahan Kedua (2)
90
Perkara Malam Pertama
91
Kakek Berto Kritis
92
Amarah Danzel
93
Membalas
94
Kabar Bahagia
95
Mengandung Penerus Maxon
96
Kelembutan Danzel
97
Berkeliling
98
Mereka Terlalu Kekanakan
99
Berbelanja Perlengkapan Bayi
100
Undangan Pernikahan Selly Dan Ivan
101
Bukan Lelaki Yang Peka
102
Melahirkan
103
Nicholas Gailen Maxon
104
Merasa Bangga
105
Menerima Banyak Hadiah
106
Anugrah Terindah
107
Nichol (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!