Episode 5- Rewang tengah Malam

Malam itu udara terasa semakin dingin, angin menyusup di sela-sela pintu rumah yang sedikit terbuka. Aku masih memandangi mamak yang duduk di sofa dengan wajah pucat. Air matanya belum sepenuhnya kering. Aku membawa segelas air putih dan menyodorkannya.

"Mamak harus tenang," kataku perlahan, suaraku bergetar.

Mamak mengangguk pelan, namun matanya tetap memandang kosong ke arah lantai.

Di luar, suara jangkrik bersahut-sahutan. Aku merasakan hawa yang tidak biasa, seperti ada sesuatu yang mengintai dari balik gelapnya malam. Pikiran tentang Sapto terus menghantuiku. Bagaimana mungkin aku melihat dan berbicara dengannya siang tadi, jika ia telah tiada? Rasa dingin merambat dari ujung kaki, membuatku tak henti menggigil.

"Lian," mamak tiba-tiba bersuara lirih, "kamu harus hati-hati mulai sekarang. Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal."

Aku menatapnya, mencoba memahami maksudnya.

"Maksud mamak, Sapto itu… arwah penasaran?" tanyaku dengan suara serak.

Mamak tidak langsung menjawab, hanya menghela napas panjang.

"Kematian Sapto itu tidak wajar, nak. Banyak yang bilang mobil itu seperti didorong sesuatu ke jurang. Bukan kecelakaan biasa."

Aku terdiam, semakin bingung dan takut. "Jadi… semua ini berhubungan dengan Ajeng? Dengan pernikahan yang seharusnya terjadi itu?"

Mamak mengangguk perlahan. "Bisa jadi. Dan kamu, Lian… kamu yang sekarang diincar. Bukan hanya Sapto yang kembali."

Ucapannya membuat darahku serasa berhenti mengalir. Aku refleks menoleh ke arah pintu depan yang beberapa menit lalu diketuk dengan keras. Di sana kini hanya ada keheningan.

Aku menelan ludah. "Mak, besok kita benar-benar harus ziarah. Aku mau tahu semuanya. Aku nggak mau dikejar-kejar rasa takut terus."

Mamak menggenggam tanganku erat. "Iya, nak. Kita hadapi sama-sama."

Malam semakin larut. Aku memilih untuk tidur di ruang tamu bersama mamak malam itu, menyalakan lampu terang-terang, berharap pagi segera datang. Namun, sebelum aku sempat memejamkan mata, terdengar kembali suara langkah kaki di teras, kali ini lebih pelan, lebih menyeret. Aku dan mamak saling pandang.

Siapa yang datang kali ini?

Aku memandang sekeliling dengan rasa tak menentu. Suasana rumah mendadak terasa dingin, hawa malam merayap masuk melalui celah-celah jendela. Angin bertiup pelan, namun cukup membuat dedaunan di luar bergesekan satu sama lain, menambah suasana mencekam.

"Mamak, kalau Sapto sudah meninggal... siapa yang dari tadi datang dan mengetuk pintu itu?" tanyaku pelan, nyaris berbisik, takut jika suara itu mendengar pertanyaanku.

Mamak hanya diam, tangannya mengusap wajahnya yang masih basah oleh air mata. "Kadang arwah yang belum tenang, Lee... mereka mencari teman, mencari seseorang yang bisa mereka ajak kembali ke tempat mereka."

Ucapannya membuat bulu kudukku berdiri. Aku menggenggam erat gelas berisi air putih, namun tanganku justru ikut bergetar. Aku menatap ke arah pintu, berharap tidak ada yang kembali mengetuk. Namun, entah dari mana, samar-samar terdengar suara langkah kaki di luar, berputar mengitari rumah. Sret... sret...

Aku menelan ludah, berusaha memastikan diriku masih di dunia nyata. "Mak, kalau begitu, apa dia akan kembali lagi?" tanyaku.

Mamak menatapku dalam, matanya menyiratkan sesuatu yang tak bisa kuartikan. "Dia akan terus datang... sampai kita tahu apa yang dia inginkan."

---

Aku memandang sekeliling dengan rasa tak menentu. Suasana rumah mendadak terasa dingin, hawa malam merayap masuk melalui celah-celah jendela. Angin bertiup pelan, namun cukup membuat dedaunan di luar bergesekan satu sama lain, menambah suasana mencekam.

"Mamak, kalau Sapto sudah meninggal... siapa yang dari tadi datang dan mengetuk pintu itu?" tanyaku pelan, nyaris berbisik, takut jika suara itu mendengar pertanyaanku.

Mamak hanya diam, tangannya mengusap wajahnya yang masih basah oleh air mata. "Kadang arwah yang belum tenang, Lee... mereka mencari teman, mencari seseorang yang bisa mereka ajak kembali ke tempat mereka."

Ucapannya membuat bulu kudukku berdiri. Aku menggenggam erat gelas berisi air putih, namun tanganku justru ikut bergetar hebat. Aku menatap ke arah pintu, berharap tidak ada yang kembali mengetuk. Namun, entah dari mana, samar-samar terdengar suara langkah kaki di luar, berputar mengitari rumah. Sret... sret... semakin lama semakin dekat.

Aku menelan ludah, berusaha memastikan diriku masih di dunia nyata. "Mak, kalau begitu, apa dia akan kembali lagi?" tanyaku.

Mamak menatapku dalam, matanya menyiratkan sesuatu yang tak bisa kuartikan. "Dia akan terus datang... sampai kita tahu apa yang dia inginkan."

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Berarti bener Sapto hanya terlihat oleh Lian

2025-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!