Episode 2- Pertemuan yang Aneh

Aku memutuskan menepi barang sebentar. Kumandang azan Magrib berkumandang di kejauhan, meresap ke dalam heningnya pedesaan.

"Lebih baik berhenti dulu, menghargai panggilan-Nya," gumamku.

Udara desa begitu asri. Hamparan sawah yang menguning, siap dipanen, perlahan ditelan gelapnya malam. Aku memilih beristirahat di sebuah pondok bambu di pinggir jalan.

Seharusnya, perjalanan ke rumah tinggal dua puluh menit lagi. Tinggal melewati gapura desa, dan aku sampai. Tapi aku tidak keberatan berhenti sebentar, toh waktu juga masih panjang.

Helm full-face kulepas, kutaruh di sebelahku. Begitu pula sarung tangan yang sejak tadi melekat di jemari.

Dari kejauhan, samar-samar aku melihat seorang wanita berjalan sendirian di jalan setapak. Aku memicingkan mata.

"Siapa gadis itu? Kenapa masih berkeliaran malam-malam begini?"

Aku berdiri, buru-buru mengenakan helm lagi. Khawatir kalau-kalau ada orang jahat yang berniat buruk padanya, aku menarik gas motor dan menyusulnya.

Mesin motor kumatikan tepat di sampingnya. Aku turun dan berjalan mendekat.

"Permisi, Mbah! Sampean mau ke mana?" sapaku.

Wanita itu mengenakan gaun putih gading. Ia tidak menoleh, tidak juga menjawab.

"Permisi!" ulangku sambil mencoba menyentuh tangannya.

Begitu kulitnya tersentuh, rasa dingin menjalar ke telapak tanganku. Aku terkejut. Wanita itu menatapku tajam. Matanya… kosong, tapi menusuk.

"Maaf," ujarku cepat sambil melepaskan cekalanku. Ia kembali berjalan tanpa berkata sepatah kata pun. Aku memperhatikan kakinya—telanjang, menginjak bebatuan jalan yang kasar.

"Tidak sakit, ya?" gumamku.

Tiba-tiba ponselku berdering. Aku buru-buru merogoh saku celana.

"Di mana, Lee? Ini mamakmu nunggu, kok belum sampai juga!" suara Pakde Anto di seberang terdengar khawatir.

"Udah di jalan, Pakde. Tunggu sebentar lagi ya!" jawabku singkat.

Tut-tut-tut… sambungan terputus.

Aku kembali menoleh ke arah wanita tadi. Nihil. Jalan setapak di hadapanku kosong melompong.

"Ke mana perginya?" lirihku, merinding tanpa sebab.

Aku menghela napas panjang. Senyum getir terbit di bibirku. "Misterius sekali…" Detak jantungku masih tidak karuan. Entah kenapa, hanya dengan tatapannya tadi, ada sesuatu yang mengusik hatiku. Hati yang sudah lama kosong, kini seperti digelitik kembali.

---

Tak lama, aku sampai di pelataran rumah. Motor kupelankan, mematikan mesin. Suasana sepi, hanya lampu luar yang menerangi halaman. Rumah itu… dulu tampak seperti gubuk reot. Sekarang terlihat berbeda, lebih kokoh, lebih rapi.

Tok! Tok! "Assalamualaikum, Mak! Ini Lian, pulang!" seruku sambil mengintip ke jendela. Lampu dalam rumah menyala, tapi tak ada sahutan.

"Kemana perginya mamak? Bukannya tadi bilang nunggu?" Aku mengetuk lagi. Sunyi. Waktu berjalan, menit berganti, aku hanya duduk di kursi rotan teras rumah. Mata mulai berat.

Hingga—tap! Aku merasakan sentuhan hangat di pipiku. Aku terperanjat membuka mata.

Mamak berdiri di hadapanku, senyum tipis menghias wajah tuanya.

"Dari mana, Mak?" tanyaku heran, berdiri terburu-buru.

Mamak hanya tersenyum sambil mengeluarkan anak kunci rumah. Aku segera mengikuti langkahnya yang tampak sedikit tergesa.

"Mak…?" tanyaku lagi.

"Barusan rewang di rumah Bukde Yati. Ajeng anaknya mau menikah!" jawabnya datar, tanpa menoleh.

Ajeng. Nama itu lagi. Hatiku tercekat, tapi aku memilih diam. Aku memperhatikan mamak meletakkan beberapa bungkusan plastik berisi makanan di atas meja.

"Rewang malam-malam begini, Mak? Biasanya pagi, kan? Aneh juga sebelum resepsi kok malah malam begini," ucapku pelan.

Mamak menatapku sejenak, lalu berkata lirih, "Banyak yang sudah berubah, Lian. Apalagi sudah sepuluh tahun lamanya…"

Kemudian ia melangkah ke kamar. "Tidurlah. Masih ada hari esok yang harus kau sambut."

Aku hanya mengangguk. Pintu kamar mamak tertutup, meninggalkanku sendiri di ruang tamu.

"Mungkin mamak lelah, ya… setelah rewang, mungkin juga lupa kalau aku ini anak yang sudah bertahun-tahun tak pulang," gumamku getir.

Berkali-kali aku memutar posisi tidur, tapi mata ini enggan terpejam.

---

Terpopuler

Comments

Lita Pujiastuti

Lita Pujiastuti

Kok jd khawatir...jgn²...

2025-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!