Bab 4

Pagi itu, di ruang operasi sebuah rumah sakit ternama, Dr. Jina dan Dr. Andi sedang mempersiapkan diri untuk melakukan operasi aneurisma otak, sebuah prosedur yang memerlukan keterampilan dan ketelitian yang sangat tinggi.

Pasien mereka adalah seorang pria paruh baya dengan aneurisma otak yang berisiko pecah.

Dr. Jina, sebagai ahli bedah saraf yang berpengalaman, memimpin operasi dengan tenang dan percaya diri. Dr. Andi, meski belum memiliki pengalaman sebanyak Dr. Jina, tetap fokus dan siap membantu.

Mereka mulai operasi dengan membuat sayatan kecil di kepala pasien dan menggunakan mikroskop bedah untuk melihat aneurisma.

Namun, di tengah operasi, terjadi sesuatu yang tak terduga. Saat Dr. Jina mencoba mengisolasi aneurisma, pembuluh darah tiba-tiba pecah dan menyebabkan pendarahan di otak pasien.

Situasi menjadi sangat kritis dalam sekejap.

Dr. Jina, yang menyadari betapa kritisnya situasi tersebut, berbicara dengan nada yang tegas dan panik, namun tetap berusaha menjaga ketenangan. "Perawat, berikan saya obat koagulan sekarang!" perintahnya dengan cepat. "Kita perlu menghentikan pendarahan ini segera!"

Sambil menunggu obat koagulan, Dr. Jina melanjutkan, "Saya juga memerlukan oksigen tambahan untuk pasien. Pastikan suplai oksigen terus mengalir ke otaknya. Waktu sangat kritis di sini!"

Setelah obat koagulan diberikan, Dr. Jina berkonsentrasi pada area pendarahan dan berkata, "Sekarang, berikan saya elektrokauter. Kita perlu membakar jaringan di sekitar pembuluh darah yang pecah untuk menghentikan pendarahan ini."

Meskipun Dr. Jina telah melakukan segala upaya, kondisi pasien belum juga membaik. Dalam kepanikan, ia berkata, "Apa lagi yang bisa kita lakukan? Kita harus berpikir cepat!"

Sementara itu, Dr. Andi yang awalnya hanya bisa menonton, tiba-tiba merasa ada gambaran di otaknya tentang bagaimana cara menangani situasi ini.

Ia ingat sebuah teknik yang pernah ia pelajari selama masa studinya, yaitu teknik bypass mikrovaskular, di mana pembuluh darah sehat dari bagian lain tubuh dipindahkan ke area yang mengalami pendarahan untuk mengalihkan aliran darah dan mencegah pendarahan lebih lanjut.

Dr. Andi, yang tiba-tiba merasa yakin dengan gambaran yang muncul di otaknya, berbicara dengan percaya diri dan tenang. "Perawat, tolong siapkan alat untuk teknik bypass mikrovaskular. Saya memerlukan pinset mikro, gunting mikro, dan jarum sutra halus," perintahnya dengan jelas.

Ketika perawat menyerahkan alat yang diminta, Dr. Andi melanjutkan, "Dr. Jina, biarkan saya mencoba teknik ini. Saya yakin kita bisa menghentikan pendarahan dan menyelamatkan pasien."

Dengan tangan yang mantap, Dr. Andi mulai melakukan prosedur bypass mikrovaskular. "Sekarang, saya akan mengangkat pembuluh darah sehat dari area yang jauh dari aneurisma," katanya sambil menggunakan pinset mikro untuk mengangkat pembuluh darah dengan hati-hati.

Selanjutnya, Dr. Andi berkata, "Saya akan menggunakan gunting mikro untuk memotong bagian ujung pembuluh darah yang sehat, dan kemudian menjahitnya ke area yang mengalami pendarahan dengan jarum sutra halus."

Sambil menjahit, Dr. Andi tetap fokus dan tenang. "Setelah selesai menjahit, saya akan memeriksa kembali area tersebut untuk memastikan tidak ada kebocoran darah dan aliran darah telah dialihkan dengan benar," jelasnya.

Dalam puluhan menit, Dr. Andi berhasil menyelesaikan prosedur tersebut, dan pendarahan di otak pasien terhenti. Keberaniannya untuk mengambil tindakan dan mengikuti intuisinya telah membantu menyelamatkan hidup pasien.

Setelah puluhan menit yang menegangkan, pendarahan berhasil dihentikan. Dr. Andi menyelesaikan prosedur bypass dan memastikan bahwa aliran darah ke otak pasien sudah kembali normal. Ruangan yang sebelumnya penuh ketegangan kini terasa lega.

Dr. Jina menatap Dr. Andi dengan kagum. "Anda telah melakukan pekerjaan yang luar biasa, Dr. Andi," ujarnya. Operasi yang awalnya tampak akan berakhir tragis, berubah menjadi kemenangan berkat keberanian dan keahlian Dr. Andi. Ini adalah hari di mana Dr. Andi tidak hanya membantu menyelamatkan hidup pasien, tetapi juga membuktikan kemampuannya sebagai dokter yang handal.

******************************************

Setelah kejadian menegangkan itu, Andi keluar dari ruang operasi dengan tatapan kosong. Apa yang baru saja ia lakukan di dalam ruang operasi benar benar membuatnya bingung. Ia bertindak seolah dirinya adalah dokter berpengalaman tinggi.

"Apa aku bermimpi?" tanya Andi pada dirinya sendiri seraya menepuk wajahnya berkali-kali.

Semua itu disaksikan oleh dr. Jina yang juga baru saja keluar sembari mengiringi ranjang yang berisi pasien yang dioperasi oleh mereka tadi.

"Dr. Andi?" panggil Dr Jinna dengan bingung, "Apa yang anda lakukan, aku akan meresepkan obatnya, ikuti saya sekarang." ucap Dr. Jina.

"Baik," Andi masih syok seraya menatap pasien yang telah ia operasi.

Setelah meresepkan obat untuk pasien, dr. Jina langsung ditarik oleh Andi. Dr. Jina sama sekali tidak melawan dan mengikuti langkah Andi sampai ke atap.

"Ada apa dan kenapa dokter yang genius ini terlihat panik? Dr. Andi, apa ada masalah?" tanya dr. Jina seraya mengejek.

"Apa yang kau katakan? Dr. Jina, bisakah kau merahasiakan apa yang telah kulakukan di ruang operasi tadi?" pinta Andi.

"Apa maksud dari perkataan mu ini? Meski aku tidak mengatakan pada siapapun, ahli anestesi dan asisten lainnya juga melihat segalanya. Kini mereka mungkin sudah membocorkan yang kau sebut rahasia ini," ungkap dr. Jina.

Tentu ini membuat Andi sedikit bingung. Akan ada banyak gosip nantinya dan rasanya tak akan nyaman. Ia menjambak rambutnya sendiri, seolah seolah menuntut dirinya sadar. Ia merasa sangat takut, bagaimana jika semua orang tau, dan tiba tiba yang disebut genius ini akan menghilang, maka ia akan merasa sangat malu atau bahkan akan lebih direndahkan lagi.

Dr. Jina memperhatikan gerak gerik Andi yang terlihat aneh, ia bahkan merasa penasaran mengenai sesuatu dan langsung menanyakannya.

"Dr. Andi, jika aku boleh tau, kenapa kau menyeret ku ke dalam operasi itu, yang kau sendiri bisa mengatasinya. Apa kau berencana mempermalukan ku?" tanya dr. Jina penuh selidik.

Sontak Andi berdiri dengan tegak dan menatap dr. Jina.

"Ayolah, dr. Jina. Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi padaku. Percayalah, semua yang terjadi dalam operasi, aku sama sekali tidak menyadarinya, semua terlindas dalam pikiranku begitu saja. Dan tanganku bergerak mengikuti jalan pikiran tersebut." jelas Andi dengan cepat.

Dr. Jina menutup telinganya karena merasa dr. Andi sangatlah berisik, "Dr. Andi, jika kau melakukan nya padaku lagi, atau bahkan ke dokter lainnya, aku tak akan segan segan membalas nya sampai berkali-kali lipat." ancam dr. Jina.

Mendengar Jina begitu peduli pada orang lain membuatnya bertanya-tanya, "Dr. Jina, apa yang membuatmu mau menerima ajakan ku untuk operasi itu?" tanya Andi.

Dr. Jina berpaling dan berkata, "Tentu karena uang. Drm Andi, tanpa uang aku juga akan menolak untuk mengoperasi nya," ucapnya dengan tajam tanpa menatap dr. Andi.

"Kau yakin?" tanya dr. Andi

"Akan banyak dokter dan profesor yang akan mendatangimu dengan bertubi-tubi nya pertanyaan. Dr. Andi, sebaiknya kau bersiap, " ucap dr. Jina mengalihkan pembicaraan.

Saat itu dr. Jina hendak pergi, namun Andi menahannya dengan menggenggam lengan dr. Jina.

"Dr. Andi, perhatikan sikapmu!" bentak Dr. Jina dengan kesal.

Namun, pasien dengan kursi roda tanpa sengaja menyenggol Andi, sehingga Andi kehilangan keseimbangannya dan menabrak dr. Jina.

Ketidaksengajaan itu membuat kedua bibir terpaut tanpa sengaja, mata mereka berdua terbelalak karena terkejut. Dr. Jina mendorong Andi dengan sekuat tenaga, tapi alhasil, rambutnya yang terurai dengan berantakan membuat salah helaian tersangkut pada kemeja Andi.

Rasanya sedikit sakit, namun dengan tegas dr. Jina memutuskan rambutnya sendiri dan segera beranjak dari tempat itu dengan cepat.

Sementara dr. Andi, ia merasa bingung dan bertanya-tanya lagi, "Apa ini bagian dari kegeniusan itu?" tanya pada dirinya sendiri seraya memegangi bibirnya yang sempat mencium bibir dr. Jina tadi.

Terpopuler

Comments

Sri Supeni

Sri Supeni

aq seneng cerita yg bs sediit detail .menjelaskan.setting cerita mudah2an cerita menginspirasi dokter2 yg sdh menjadi ASN

2023-09-24

2

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

siapa dulu dong muridnya dr Surya atau titisan dr Surya? secara kan dr Surya datang dimimpinya dan memberikan semua ilmunya

2023-09-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!