"Ini ada, Ma?!" tanya Vin.
"Siapa nama ayahmu, Vin?" tanya Rafa.
"Feno! Papa saya salah apa, Om?!" tanya Vin lagi.
"Sudah cukup, Rafa!" teriak Nurul.
"Ini ada apa sih, Ma?! Coba jelasin dulu satu-satu!" Vin mulai merasa kesal.
"Saya Rafa!" ucap Rafa.
"Ini ada apa ya, Om Rafa?" tanya Vin lagi dan lagi.
"Saya ayah kamu! Feno itu ayah tiri kamu. Saya bercerai dengan ibumu saat kamu berusia 3 bulan," ucap Rafa dengan santainya.
Vin hanya bisa terdiam mendengar hal tersebut.
"Pria biadab!" umpat Nurul.
"Itu benar, Ma?" tanya Vin.
Nurul tak kuasa menahan tangis. Rahasia yang ia tutup rapat-rapat selama bertahun-tahun lamanya, kini dibongkar dengan begitu mudah oleh mulut seorang Rafa.
"Tapi, kenapa Mama nggak pernah cerita?!" tanya Vin lagi.
"Karena kita udah nggak butuh dia lagi. Kamu udah punya Feno, papa kamu!" jawab Nurul sambil menangis.
Vin mengangguk pertanda bahwa yang Nurul katakan adalah benar. Meskipun faktanya Rafa adalah ayah kandung Vin, tapi Vin tetap tidak membutuhkannya karena sosok Feno sudah cukup untuknya.
"Kita pulang aja, Ma," ucap Vin dan hendak pergi bersama ibunya.
"Nurul! Ada sesuatu yang harus aku katakan," ucap Rafa.
Vin tetap membawa ibunya berjalan tanpa memerdulikan pria itu.
Rafa berlari mengejar mereka dan menghentikannya. "Ginjalku rusak!" ucap pria itu di hadapan Vin dan Nurul dan membuat mereka berhenti melangkah.
Penyakit itu sudah diderita Rafa sejak masa kuliahnya. Ia juga menceraikan Nurul karena hal itu. Hanya saja ia tak mampu mengatakannya. Sekarang, saat penyakit itu semakin parah bersarang di tubuhnya, Rafa baru bisa mengatakan apa yang terjadi dan alasan ia menceraikan Nurul di kala itu.
"Aku sudah melakukan cuci darah setiap 2 hari sekali. Aku juga harus ke rumah sakit setiap saat! Satu-satunya harapanku untuk semua ini hanyalah Vin. Aku ingin Vin tinggal di sini," ucap Rafa sambil sesekali menyeka air matanya.
"Aku nggak mau," jawab Vin.
"Sebelum saya meninggal dunia, saya hanya minta kamu untuk belajar bisnis di Presidential Internasional High School, karena semua kekayaan dan perusahaan ini akan saya wariskan ke kamu," ucap Rafa.
Vin dan Nurul hanya berdiam diri. Tentunya hal ini akan menyakiti perasaan Feno jika ia mengetahui hal ini terjadi pada istri dan anaknya.
***
Hari ini benar-benar terasa menyenangkan untuk Yura. Gadis tomboi itu mengikat rambutnya dengan asal-asalan dan keluar dari mobil.
"Yuraa!! Tas kamu!" teriak Angga, sang ayah.
Yura kembali berlari dan menyandangnya dengan kalang kabut.
"Aku telat, Pa!" teriak Yura dan meninggalkan Angga di sana.
"Yura udah sebesar ini ternyata," gumam Angga melihat gedung Presidential Internasional High School di hadapannya dan kembali pulang. Pasalnya ia harus berangkat ke Jepang hari ini.
***
Yura telat di hari pertamanya bersekolah. Dengan napas ngos-ngosan ia memasuki rombongan murid baru yang sedang diberikan arahan di lapangan sekolah.
"Kamu, yang baru datang! Maju ke depan!" ucap kepala sekolah dengan mikrofonnya.
Seketika semua mata menuju pada Yura yang masih mengatur napas.
"Maju!" tegas kepala sekolah lagi. Tanpa basa-basi Yura maju ke depan dan berdiri di sebelah kepala sekolah.
Tiba-tiba seorang guru perempuan menghampiri dan menjambak rambut gadis itu. "Aaargh!" ucap Yura menahan rasa sakit.
"Apa kamu tidak pernah diajari untuk mengikat rambut dengan rapih?!" tegasnya. Beliau adalah Bu Tiyas, guru bimbingan dan konseling para siswa dan siswi.
"Ikat rambutmu dengan benar!" teriak Bu Tiyas di wajah Yura dan melepaskan jambakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments