"Milka bukan cewek gue. Kalau Milka cewek gue ngapain gue jodoh-jodohin sama lo" Tuturnya sambil tertawa kecil. Ada-ada saja pikiran Arsen itu.
"Percaya aja gue mah. Gue kasih tahu ya Milka itu terlalu gak baik buat lo" Arsen berucap dengan penuh kesungguhan hati.
"Tahu apa sih lo Sen? Lo kalau gak suka nggak usah ngajak-ngajak gue. Gak mempan" Noa tetap menyahutinya dengan tenang.
"Pikiran lo udah terganggu ya gara-gara bergaul sama tuh adik kelas?"
Noa menggelengkan kepalanya mendengar penuturan yang tak berdasar dari Arsen. "Urus urusan lo aja, kalau ikutan ngurus urusan gue ntar kepala lo pecah" Tuturnya masih dengan kepala dingin.
"Gue duluan ya"
"Ganteng-ganteng kok rabun" Gumam Arsen.
"Ngomongin gue?"
Tersentak kaget karena tiba-tiba saja seseorang muncul di jendela samping kepala Arsen membuat lelaki itu bergeser beberapa senti, ia kesal melihat wajah Milka yang sepertinya tak merasa bersalah karena telah menguping pembicaraan mereka, "Ngapain lo di situ? Gak sopan banget sih" Kesal Arsen.
Noa terkekeh kecil. Lelaki itu lalu memberkan kotak bekal itu pada Milka melalui jendela, "Nih"
"Makasih Noa" Tersenyum manis menerima makanan, Milka kembali menatap pada Arsen dengan wajah judes, "Arsen, lo mau tahu fakta gak?" Tuturnya.
Arsen menaikkan sebelah alisnya.
"Kalau gue terlalu jahat buat Noa, lo adalah orang yang gak baik buat siapa-siapa"
"Lo ya"
Milka tak peduli bagaimana kesalnya Arsen saat ini ia lalu menatap pada Noa, "Gue makan di kantin sama temen gue, lo kumpul aja sama temen lo" Tuturnya pada Noa. Karena tak jarang Noa menemaninya makan siang.
"Oh oke" Noa melambaikan tangannya pada kepergian Milka.
"Dasar cewek gak tahu etika" Desis Arsen yang didengar oleh Noa.
"Kantin nggak?"
Arsen menatap sinis pada Noa, tumben sekali ia mengajak pergi ke kantin bersama-sama. "Pas nggak ada Milka aja baru lo ajak gue" Cibir Arsen. Sedikit tak terima jika prioritas seorang Noa adalah Milka daripada dirinya
"Bareng gak?"
"Iya iya"
Arsen mengabaikan pesan dari pelatihnya, ia enggan membalas hal itu untuk saat ini. Untung saja laporan dibacanya dimatikan jadi tak ketahuan jika ia sudah membaca chat tersebut.
Kantin...
Di meja pojok sana dapat ditemukan empat gadis tengah makan dengan nikmatnya menu kantin, tak hanya Hawa dan Marsha yang bersama Milka, Aurel gadis dengan rambut pendek yang baru saja pulang dari liburan juga ikut memenuhi tempat itu.
Aurel nampak mengaduk-aduk nasi kuningnya, sepertinya tak berselera makan. "Kok menu hari ini ngebosenin banget ya?" Keluh Aurel frustasi
"Lo aja yang terlalu pilih-pilih makanan" Hawa menyahuti. Ia tahu Aurel pecinta bakso berat tapi jika tak ada bakso hari ini cobalah untuk diam saja.
"Enak banget cimolnya" Milka sendiri tak mencampuri keluhan Aurel, ia lebih memperdulikan cemilan bulat itu.
"Kenyang lo Mil makan itu doang?" Tanya Aurel tak habis pikir dengan makan siang Milka.
Milka menggeleng lalu ia mngeluarkan sesuatu untuk ditunjukkan pada mereka, "Taraa" Menunjukkan kotak bekal yag Noa buatkan baginya.
Mata Aurel yang melihat menu di dalam kotak itu lantas berbinar-binar matanya, "Enak banget ya dibikinin bekal sama pacar gue" Celetuknya, ya Aurel adalah gadis yang cukup mengagumi seorang Noa. memangnya siapa sih yang menolak jika diajak pacaran dengan lelaki itu? Sudah humble, pintar masak, tidak memandang rendah satu sama lain lagi.
"Ngaku-ngaku lagi" Marsha menoyor kepala Aurel.
"Iri lo, wlee" Aurel meledek Marsha dengan menjulurkan lidahnya meledek.
Marsha berdecih, "Ngeselin banget" Gumamnya, rasanya garpu yang tengah ia pegang ingin ia tusukkan ke mata Aurel sekarang juga.
"Mau nyicip gak?" Tawar Milka kepada Aurel. Setidaknya hal tersebut bisa menyenangi si penghalu Noa itu ya walau hanya dengan suapan dari masakan Noa tapi Milka yakin Aurel akan salting parah.
"Mau" Aurel membuka mulutnya lebar-lebar agar Milka menyuapinya. "Enak banget" Aurel bertepuk tangan kegirangan. "Nangis, gak kebayang gimana gantengnya Kak Noa pas masakin gue ntar di masa depan" Ucapnya penuh drama. Membuat tiga temannya menatapnya sinis.
"Aurel" Tegur Marsha.
"Apa?"
"Bangun, ntar mimpi lo tambah jauh"
"Sialan lo" Aurel melempar sampah tisu pada Marsha dan berakhir masuk ke dalam mangkuk soto bilik Marsha. Untung sudah habis.
"Ahahah"
Noa yang datang bersama dengan Arsen menyempatkan diri menghampiri Milka, lelaki itu mengetuk pundak Milka. "Gimana Mil? Enak" Meminta pendapat perempuan itu.
Milka mengacungkan jari jempolnya. "Ahaha bagus deh" Noa gemas dengan pipi Milka yang penuh dengan makanan ia lalu beranjak pergi. Sedangkan itu Aurel tampak menahan nafasnya saking terpesonanya dirinya atas ketampanan Noa.
"Nikmatin selagi lo masih bisa ngunyah" Bisik Arsen penuh ketidaksukaanya, lalu ikut menyusul kepergian Noa.
Tak merespon dengan ucapan, Milka hanya mengacungkan jari tengahnya pada ketua OSIS tersebut.
"Lo ya" Siap balik badan untuk membalas Milka namun segera ditahan oleh Noa. bisa kacau kantin oleh dua orang itu.
"Udah Arsen mending kita makan di sana ya"
Aurel berteriak dalam diam, ia memukul-mukul bahu Hawa yang duduk di sampingnya,"Green flag banget ya Kak Noa itu" Ia yang kagum tambah dibuat kagum hanya dengan gerak kecil dari seorang Noa.
"Cuma red flag kayak Kak Arsen itu kelihatan lebih menarik gak sih?" Marsha melempar pendapatnya. Ya tak heran jika Arsen di sebut red flag sebab perangainya yang cukup galak dan enggan disentuh oleh perempuan mana pun.
"Ya lo mah seleranya yang jelek mulu" Celetuk Milka acuh. Telinganya gatal saat mendengar pujian yang ditujukan kepada Arsen. Bagaimana bisa seorang Arsen yang begitu menyebalkan mendapatkan pujian seperti ini?
"Jelek dimananya coba, coba lo natap Kak Arsen, Mil. Udah ganteng, ketua OSIS, anak orang kaya, pintar--"
"Ngelirik aja gak sudi gue" Potong Milka langsung segala pujian yang Hawa tujukan kepada Arsen.
Hawa dan Aurel menggeleng sembari tertawa, "Efek keseringan dihukum" Tutur Aurel.
Bukan hal aneh jika Milka membenci seorang Arsen. Lagi pula siapa juga yang suka jika hari-hari selalu dihukum bahkan karena pelanggaran kecil saja. Semua orang memiliki sudut pandangnya sendiri jika bagi Milka, Arsen adalah pribadi yang tak baik, maka akan terus seperti itu.
"Habis" Milka bertepuk tangan kecil kala selesai menyantap makanannya dan kini staminanya kembali terisi penuh. Memang makanan dari Noa adalah yang terbaik.
Marsha menoyor kepala Milka, "Kayak anak-anak lo" Kadang geli melihat kelakuan temannya sendiri seperti ini. Freak.
"Awet muda dong gue" Milka tersenyum begitu lebar sembari mengibaskan rambut panjangnya percaya diri.
Tak ingin menggubris lebih lanjut, tiga temannya memilih untuk diam dan tak menghiraukan perempuan yang kemakan kenarsisannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments