“Secantik ini lho Sen, gak mau lo?” Noa menunjukkan status Marsha pada Arsen yang menunjukkan foto selfie tiga gadis itu. Tak hanya Milka, Marsha dan juga Hawa juga tak kalah cantiknya.
Hawa dengan poni yang menutupi dahinya juga wajahnya yang terkesan imut dengan pipi bulat berisi sering menjadi sorotan di kelasnya sebab sifatnya yang friendly dan juga murah senyum.
Marsha sendiri adalah gadis dengan tingkat popularitas tertinggi diantara mereka bertiga, sebab latar belakangnya yang cukup disegani. Wajahnya juga yang selalu dirawat juga matanya yang seperti mata kucing itu memberikan ciri khas tersendiri baginya.
Sedangkan Milka adalah perempuan yang kebalikkannya di antara mereka berdua, wajahnya terawat dengan beberapa brand skincare dengan harga terjangkau. Wajahnya sering kali bare face walau sebenarnya ia bisa make up. Ia tak feminim tapi juga tak tomboy. Ia yang penting rapi dan wangi ke sekolah itu sudah cukup baginya.
“Buat lo aja. Gue gak minat buang-buang waktu gue buat macarin tuh cewek” Tanpa melihat status itu Arsen menyuruh Noa menjauhkan ponselnya sebab menghalangi permainan gamenya.
Noa berdecih, ia tahu benar bagaimana orang seperti Arsen itu. Tak sulit untuk menjumpai karakter yang sama sepertinya, “Hati-hati nelan ludah sendiri lho Sen” Noa memperingati. Maksudnya kan baik ingin mengakhiri masa single Arsen. “…biasanya yang saling benci itu malah besar kemungkinan buat jatuh cinta”
“Bodo” Telinga Arsen panas sendiri diceramahi omong kosong oleh Noa ia mematikan gamenya lalu meletakkan ponsel itu di atas meja lalu melangkah menuju dispenser berada lalu meneguk air untuk menyejukkan kerongkongannya.
Beberapa menit kemudian terdengar dering telepon dari ponsel Arsen, Noa memoerhatikannya, “Pelatih lo nih nelpon” Tutur Noa yang membuat Arsen menatap benda itu malas.
“Gak apa-apa kali ya kalau gak gue angkat” Ucapnya acuh tak acuh.
“Dihukum lagi lo, mau?”
“Gue lagi capek”
Noa diam sejenak, ia lalu mematikan ponselnya sendiri, “Memangnya harus banget jadi idol. Sen?” Terkadang Noa sedih melihat Arsen yang datang ke sekolah dengan wajah kelelahan dan tak jarang datang dengan panas di badannya sebab terlalu diporsir jadwal latihannya.
Padahal Arsen sendiri sudah menduduki posisi pertama trainee dengan kemampuan terbaik baik vocal, visual, maupun dance. Tapi pelatih terus menginginkan yang terbaik lagi dan lagi hingga Arsen muak sendiri.
Tapi rasa muaknya itu tak kalah besar dengan mimpinya hingga Arsen lebih memilih untuk bertahan. Setiap hari ia selalu meyakinkan diri jika semuanya baik-baik saja dan berusaha untuk tidak khawatir berlebih.
“Jadi idol gak boleh pacaran lho” Goda Noa, “Lo juga jomblo dari lahir, gak mau nyoba pacaran?”
Arsen menggeleng, “Gak berminat” Ia sendiri tahu jika Milka adalah perempuan yang akan direkomendasikan oleh Noa.
Tak lama kemudian pintu diketuk oleh seseorang, “Arsen, ini proposal dana class meeting” Dinda, seorang sekretaris OSIS menunjukkan proposal yang baru saja jadi pada Arsen seperti yang diminya Arsen.
“Taruh disitu” Menunjuk ke arah meja.
“Udah makan Sen?” Tanya Dinda dengan lembut. Niat hati ingin mengajak Arsen makan bersama di kantin.
“Udah”
Dinda tersenyum simpul mendengar jawaban singkat tersebut. “Gue bawa cemilan kebanyakan tuh di kelas mau gak?” Mencoba menawarkan kembali.
“Gak usah” Arsen melangkah untuk mengambil proposal itu dan membacanya cepat untuk melihat hasil akhir dari pendanaan tersebut. “…gue gak ikut rapat nanti sore, Noa bakal gantiin gue” Tutur Arsen yang membuat Noa shock berat.
“Lha Sen apaan? Kok gue?” Tak terima. Noa rasanya ingin kabur dari tempat itu sekarang juga. Bisa-bisanya tanpa kompromi dulu Arsen main menunjuk dirinya untuk menggantikan posisi bicara di rapat nanti sore selepas pulang sekolah. Menyebalkan.
“Lo kan wakil gue. Gue mau latihan ntar” Ya, pada akhirnya Arsen tetap memilih proses berkarirnya menjadi seorang public figure walau ia sebenarnya sudah sangat muak.
“Nyesal gue disogok sama lo buat nyalonin diri”
Noa menyesali kebodohannya dulu yang setuju-setuju saja dengan tawaran Arsen untuk ikut dia mencalonkan diri menjadi anggota OSIS sebagai patner Arsen dengan iming-iming Arsen akan mentraktirnya makan selama dua minggu. Padahal ia juga mampu bayar sendiri.
“Derita lo” Ledek Arsen. Memiliki teman seperti Noa kadang menguntungkan bagi Arsen sebab laki-laki itu gampang dibujuk rayu asalkan ada imbalannya. Ya walaupun Noa sering menjodohkannya dengan beberapa perempuan yang akhirnya membuat Arsen tak jarang murka.
“Sialan lo emang” Noa menendang kaki Arsen tak begitu keras.
. . .
Milka keluar dari kamar mandi seusai membasuh wajahnya agar tak mengantuk di kelas lagi, “Heh miskin, sini lo” Milka diam sebentar ia tahu jika ia yang dipanggil, memangnya siapa lagi jika bukan dirinya?
“Apaan lagi sih tuh orang? Berisik banget” Gerutu Milka. Ia lalu berbalik badan dan menatap dua kakak kelas perempuan yang menatap rendah padanya.“Kenapa?” Ketus.
Dua perempuan itu mendekat pada Milka yang enggan bergerak, satu dari mereka dengan make up tebal diwajahnya mendorong bahu Milka cukup keras. Sepertinya ia tengah kesal. “Lo tuh ya makin hari makin ngelunjak, udah gue bilang jauhin Noa gak dengar juga lo hah?” Ya dia adalah perempuan yang menyukai Noa. Terlebih tepatnya mantan pacar yang tak terima diputusi. Kalau tak salah ingat namanya ialah Cilla.
“Dih siapa lo ngatur ruang lingkup pertemanan gue?”
“Dibilangin juga” Temannya menyahut dengan kesal. Sella.
“Gue gak mau”
Cilla berdecih, ia lalu menyilangkan tangannya di depan dada. “Gue liat lo cuma mau manfaatin Noa doang, kalau gak gitu gak mungkin Noa ngasih lo bekal tiap hari” Mengutarakan semua kebenciannya kepada Milka seorang yang bahkan tak tersinggung dengan hal itu.
Milka tersenyum miring, “Kenapa? Iri? Gak terima lo Noa masak buat gue tiap hari?” Milka mengucapkan dengan nada merendahkannya. “Makanya kalau selingkuh itu lihat-lihat orangnya dan relasinya, nyesal kan lo Noa balik akrab sama gue lagi”
Marah, Cilla memelototkan matanya kepada Milka. “Lo ya” Tangannya sudah siap menjambak habis rambut Milka yang dicepol.
“Kenapa ini?” Dan beruntungnya Milka sebab guru datang sebelum ia diserang dan ia balas menyerang.
“Nggak apa-apa Pak” Tutur Sella.
“Nggik ipi-ipi pik” Gumam Milka mengejek, “Lo makan tuh nggak apa-apa lo” Berkata dengan lugas.
“Milka, kamu dipanggil ke ruang kepala sekolah” Tutur guru itu pada Milka.
Milka diam sejenak mendengar hal itu, ada apa lagi ini hingga ia dipanggil ke ruang keramat itu lagi dan lagi. Sepertinya kepala sekolah tak bosan melihat wajahnya hingga hampir setiap semester atau beberapa bulan sekali ia dipanggil memasuki tempat itu.
“Siap-siap di DO deh lo” Tutur Cilla setengah berbisik pada Milka sebelum meninggalkan tempat itu. Kepergian Milka baginya adalah hadiah terbaik.
Pasti SPP lagi kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments