Dari Noa

Milka menginjakkan kakinya di rumah sederhananya, ia melepaskan sepatu hitamnya dan segera masuk tanpa perlu repot-repot memberi salam. Memangnya ada siapa di rumah selain dirinya? Hal seperti ini terlalu sering Milka rasakan hingga rasanya ia sudah bosan.

Gadis itu mengganti pakaiannya di kamar lalu membawa seragamnya menuju kamar mandi dan merendamnya dengan detergen. Lalu menuju dapur untuk meneguk segelas air putih, ia mengambil sebungkus mie instan dan sebutir telur ayam dan memasaknya.

Mengisi perutnya yang sudah keroncongan minta diisi ulang lagi. Mie instan dengan nasi putih adalah menu andalan Milka kala ia malas membuat lauk pauk dan saat tak ada bahan makanan sama sekali di dalam kulkasnya. Memang tak sehat tapi ia bisa apa?

Tak lama kemudian suara notifikasi berbunyi dari ponsel Milka. Ada pesan masuk dari Noa.

Noa : Jangan makan mie instan terus lo kalau di rumah

Me : Lambat gue udah habis sebungkus

Noa : Gak sehat Milka

Me : Tahu kok

Noa : Gue gofood-in nasi padang

Me : Baik banget

Noa : Sama-sama

"Gue pacarin juga lo lama-lama, No"

Setelah selesai makan, Milka menaruh mangkuknya di wastafel dan menyikat seragamnya lalu mengeringkannya. Ia tak mungkin membiarkan seragam sekolahnya lusuh begitu saja.

Beralih dari baju, ia lalu beralih membersihkan dapurnya yang sudah bernoda di sana-sini. Mencuci cucian piring yang sudah menumpuk sejak kemarin. Ia memang tak sering untuk bersih-bersih sebab ia bukanlah gadis yang rajin tapi ia juga bukan seorang pemalas akut.

Tiga puluh menit berlalu, tak lama kemudian Mas gofood sudah tiba dengan mengantar nasi padang yang sudah Milka pesankan untuknya. Sebagai tanda sudah diterima Milka mengirimkan selfie pada Noa. Ia sungguh bersyukur kenal dengan Noa yang begitu memperhatikannya.

"Udah pulang Kak?"

Milka menegur Mahen yang masuk ke dalam rumah usai pulang bekerja. Kakaknya bekerja sebagai karyawan kantor dengan gaji pas UMR. Ya memang cukup untuk mereka berdua tapi tak jarang mereka kesulitan karena mahalnya biaya primer maupun tersier.

Mahen tersenyum menjumpai adiknya, ia kemudian menatap pada bungkusan yang dipegang Milka, "Apa itu Mil?"

"Nasi padang dari Noa" Tunjuknya dengan semangat.

"Cowok lo itu?"

"Teman"

Mahen tertawa setengah meledek, "Yakin aja dah gue"

"Apa sih orang bener kok cuma temenan" Milka mencium aroma-aroma Mahen tak percaya dengannya.

"Iya Milka iya" Mahen mengistirahatkan tubuhnya di atas sofa rumah mereka. Tampaknya begitu kelelahan.

"Capek ya?" Tanya Milka.

"Namanya juga kerja, tapi syukuri aja"

Milka menggigit bibir bawahnya, merasa iba dengan Mahen yang harus menghidupi mereka berdua seorang diri. "Udah makan? Kalau belum ini buat lo aja" Menyodorkan makanan yang ia pegang.

Mahen membuka matanya lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, "Udah beli, taraa" Menunjukkan sebuah paket ayam dari salah satu tempat makan yang cukup ternama. Membuat Milka yang awalnya kasihan pada Mahen kini lebih memilih untuk mengasihani dirinya sendiri.

"Iih mau" Milka mengejar Mahen yang berjalan menuju dapur.

"Makan aja tuh nasi padang lo wlee" Ledek Mahen.

"Aaa Kak Mahen minta kulitnya"

. . .

Noa tengah bersantai di kamar Arsen. Tumben sekali jam delapan Arsen sudah ada di rumah, biasanya lelaki itu pulang dari gedung agensinya jam sepuluh lebih atau bahkan lelaki itu tak pulang dan memilih menginap di dorm yang telah disediakan.

"Gimana rasanya?" Tanya Noa pada Arsen yang membersihkan mainan bayi yang berserakan di lantai.

"Apaan?"

"Punya bayi di umur 16 tahun"

Arsen tertawa kecil, senyum manisnya terukir di wajah. "Cih pake ditanya lagi"

Noa tersenyum lalu ia ikut bermain dengan gadis kecil berusia hampir dua tahun itu, ikut menoel-noel pipinya yang gembul. "Lucu" Tutur Noa gemas, ingin rasanya ia menggigit pipi tersebut.

"Kayak gue" Sahut Arsen.

Noa memutar bola matanya malas mendengar sahutan itu, "Pede banget lo" Tegurnya lalu ia dengan hati-hati menggendong Carla si bayi kecil. "Pinjem ya"

"Lo kira barang apa" Arsen lalu mengambil botol susu milik Carla lalu mengulurkannya pada Noa, "Nih susunya, bawa sekalian"

Noa menyuruh Carla untuk memegang sendiri botol itu lalu mereka melangkah keluar kamar Arsen menuju ruang tengah agar lebih leluasa bermain. Arsen kemudian menghampiri ART mereka, "Bik, saya makan di luar. Gak usah masak buat saya ya" Pesannya.

"Baik Mas Arsen"

Arsen dengan kaos oblong putih dan celana pendek selutut balik untuk mengambil lunci motornya juga dompetnya, "Noa, gue mau ke luar beli popok dulu tolong jagain dia" Arsen berucap saat melihat Noa dan Carla yang asik bermain boneka.

"Aman sama gue mah" Noa menunjukkan jempolnya setuju pada Arsen. Bersama dia, Noa pastikan Carla merasa seperti tuan putri di sebuah kerajaan.

Beberapa menit kemudian Noa menguap, padahal ini baru jam setengah sembilan ia lalu menatap pada Carla yang juga mulai uring-uringan bermain sendiri. “Carla ngantuk gak? Mau diceritain dongeng gak?” Tawar Noa lalu ia menggendong anak kecil itu pergi menuju kamar Arsen.

Ya ia memang memperlakukan Carla seperti putri. Putri tidur.

. . .

Sepulang dari membeli popok untuk si bayi kecil, Arsen dibuat heran sebab tak menjumpai kemunculan Noa dan juga Carla. Ia menghela nafasnya lega kala melihat dua orang yang tengah ia cari tengah tertidur pulas di atas kasurnya.

Arsen meletakkan belanjaannya terlebih dulu di kamar Carla yang ada di samping kamarnya lalu kembali menghampiri dua orang itu. "Yaelah kayak punya bapak baru aja si Carla" Arsen menggelengkan kepalanya tak paham.

Detik berikutnya suara notifikasi dari ponsel Noa terdengar, Arsen mengambilnya dan membaca notifikasi itu.

"Sesuka itu ya Noa sama Milka? Dasar aneh"

Arsen mematikan ponsel itu lalu menatap pada Noa, lelaki yang setiap hari tak pernah absen memberikan kotak bekal kepada Milka. Noa baik, tapi yang Arsen tak begitu sukanya ia baik pada perempuan yang salah. Menurut Arsen.

Keesokan harinya, sekolah...

Pelajaran kimia baru saja selesai diterangkan, dan bel istirahat juga sudah berbunyi nyaring. Noa segera membereskan buku pelajarannya dan mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya.

Hal itu tak luput dari perhatian Arsen, "Buat cewek lo lagi?" Tanya Arsen yang sebenarnya ia sudah tahu apa jawaban yang akan ia terima.

Mendapat pertanyaan itu dari Arsen membuatnya diam sebentar, "Gue gak punya cewek" Gumamnya, Noa belum berminta untuk dekat dengan perempuan lain. Kalau soal Milka, kedekatannya tidak bisa dikatakan jika mereka dekat untuk menjalin hubungan. "Milka bukan cewek gue. Kalau Milka cewek gue ngapain gue jodoh-jodohin sama lo" Tuturnya sambil tertawa kecil. Ada-ada saja pikiran Arsen itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!