KSM_BAB 3 (REVISI)

KALAU ADA TYPO KATA BISA KOMEN YA BIAR SEGERA AKU PERBAIKAN

🥕🥕🥕

~Flashback On~

Satu bulan sudah setelah kejadian tempo dulu yang merenggut kesucian Alena, dia masih tetap bekerja di toko bunga.

Entah kenapa selama beberapa hari ini rasanya tubuhnya mudah sekali lelah, terus dia doyan sekali makan akhir-akhir ini.

"Hueeeeekkkk hueekkkkk." Alena muntah-muntah di tempat kerjanya, dia merasa perutnya sangat tidak nyaman.

"Apa aku mau datang bulan kali ya,"tebak Alena karena dia sudah telat datang bulannya.

"Kamu kenapa mbk?" tanya Anya rekan kerja barunya sedangkan Mita sudah beberapa minggu lalu di pecat oleh mbk Ida karena ketahuan mencuri.

"Gak tau aku kok ngerasa perut aku sakit banget ya nya." ucap Alena.

"Kalau gitu mbk istirahat aja nanti biar Anya yang ngomong ke mbk Ida." ucap Anya kasihan.

"Makasih ya Anya."

Alena sedang memikirkan sesuatu yang seharusnya tak ia pikirkan, dia membuang jauh-jauh pikiran itu namun semua gejala yang dia timbulkan adalah menjurus ke sana.

'Gak mungkin,' gumam Alena dalam hatinya.

Sepulang kerja Alena pun memberanikan diri ke apotek untuk membeli benda pipih yang dia takuti.

Sampai di rumahnya Alena langsung ke kamar, rencananya dia akan mencoba nya besok karena setahunya untuk pengecekan alat testpack bagus di gunakan pagi hari.

Keesokan harinya Alena langsung mengeceknya, hatinya berdegup kencang berharap apa yang pikirkan tidak benar.

DEG

Namun setelah hasilnya keluar ternyata tidak sesuai keinginan nya, dalam alat tersebut terdapat garis dua merah menandakan bahwa Alena positif hamil.

Dia menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya, dia masih tidak percaya bahwa kesalahan satu malamnya akan menumbuhkan janin yang tak berdosa di dalam rahimnya.

"Tuhan apa yang harus aku lakukan!" rintih Alena sambil mencengkram perutnya.

"Nak kenapa kamu tumbuh di sini? bunda tidak tau siapa ayah kamu," gumam pelan Alena sambil mengelus perutnya pelan.

TOK TOK TOK

Suara pintu di ketuk dari luar membaut Alena langsung menghapus air matanya agar tidak ada yang tahu bahwa dia sedang menangis.

Dia segera menyembunyikan testpack nya karena kalau sampai orang tuanya tahu bisa gawat Alena.

"Sayang," panggil ibu nya dari luar.

"Iya bu ada apa?"

"Ayo sarapan, kamu dari kemarin kok di kamar terus sih."

"Iya bu bentar, alena ganti baju dulu." ucap Alena.

"Ayo Alena semangat kamu pasti kuat." ucap Alena menyemangati dirinya sendiri.

Setelah itu Alena pun berangkat ke toko, selama di toko dia terus muntah muntah dan merasa mual, namun dia akan tahan jika ada orang yang berada di sana karena dia tidak ingin sampai orang-orang curiga.

Sedangkan di sisi lain ibu Melly sedang membersihkan rumah, dia pun membersihkan kamar Alena juga, walau terlihat rapih tapi debu-debu pasti selalu ada apa lagi mereka tinggal di rumah sederhana.

Tak sengaja beliau melihat laci meja sang anak terbuka sedikit, saat akan menutupnya mata ibu Melly melihat sebuah benda pipih yang jelas beliau tahu itu apa.

Karena penasaran bu Melly pun mengambilnya, dan betapa terkejutnya beliau saat ada garis dua terpampang jelas di sana.

"Ya tuhan, bapakkkkkk bapakkkkk!" teriak ibu Melly keluar dari kamar sang anak dan menuju ke ruang tamu di mana sang suami yang sedang berbincang-bincang dengan anak laki-laki nya.

"Ada apa sih bu teriak teriak?" tanya bapak Joni.

"Pak lihat ini."

bu Melly pun sambil memberikan sebuah testpack ke sang suami, bapak Joni langsung terkejut dengan temuan sang istri.

"Istri kamu hamil lagi mas?" tanya pak Joni dan langsung bang Dimas menggelengkan kepalanya.

"Enggak kok pak."

"Terus ini punya siapa bu?" tanya sang suami bingung.

"A... Alena pak," ucap bu Melly menumpahkan air matanya.

"Maksud kamu apa sih bu gak jelas?"

"Ibu menemukan alat ini di kamar Alena pak," sahut bu Melly.

"Apa! Enggak itu pasti bukan punya alena bu." sanggah sang suami.

"Ya sudah kita tunggu saja sampai Alena pulang dan kita tanya langsung sama dia ya." ucap bang Dimas menengahi.

Sore harinya saat alena pulang semua keluarga inti sudah berada di ruang tamu, Alena yang melihat itu pun bingung.

"Loh kok tumben ada di sini semuanya?" tanya Alena.

"Alena duduk." tegas sang bapak.

"Ada apa pak?" Alena pun bingung, namun dia juga langsung duduk.

Bapak Joni pun langsung menaruh testpack di atas meja membuat Alena terkejut, setelah itu melihat satu persatu keluarganya yang melihat kearahnya seperti ingin menguliti dirinya.

"Jelaskan! Kenapa ibu bisa menemukan ini di kamar kamu?" tanya sang bapak.

Jujur sekarang mulut Alena keluh tidak bisa berbicara, dia sangat ketakutan, dia belum siap jika orang tuanya tahu tentang kehamilannya.

"Punya siapa Alena?" tanya bang dimas.

"Mas sabar." ucap mbk Kinan menenangkan sang suami.

Pak Joni yang melihat sang anak diam dan terus menunduk pun sudah tahu apa jawabannya.

"Siapa ayahnya?" tanya bapak Joni to the point.

Alena tambah menangis karena dia sudah ketangkap basah.

"Maksud bapak apa sih ngomong kayak gitu, Alena aja belum bilang itu punya siapa." potong bu Melly kesal.

"Alena enggak tau pak." jawab Alena dari pernyataan sang bapak.

Semua orang yang mendengar jawaban Alena pun terkejut dan syok bahkan bu Melly hampir pingsan mendengar jawaban sang anak.

"Alena," lirih bu Melly tidak menyangka.

"Dek apa maksud kamu hah!" bentak bang Dimas.

"Maafkan Alena pak, bu, bang, tapi jujur Alena dip..." potong Alena saat sang bapak tiba-tiba memotong ucapannya.

"Bapak kecewa sama kamu, bapak harap kamu angkat kaki dari rumah ini!" bentak bapak Joni sangat kecewa dengan sang anak.

"Bapak." ucap bu Melly.

"Pergi sekarang, mulai sekarang kamu bukan lagi anak bapak." tegas pak Joni kemudian masuk ke dalam kamar.

"Pak maafkan Alena pak, pakkkkk." sahut Alena sambil menangis dan bersujud di kaki sang bapak.

"Mending kamu keluar saja dari sini dek, Abang juga sangat kecewa sama kamu." tutur bang dimas.

Semua orang sudah pergi dari hadapannya, dia berharap ada yang menyemangatinya dan menghiburnya, namun ternyata benar tebakannya bahwa dia tidak akan diterima.

Dengan langkah berat Alena membereskan baju-baju yang dia perlukan saja, dia pun berencana pamit kepada orang tuanya.

"Pak bu, Alena pamit ya dan doakan Alena kuat." ucap alena di depan pintu kamar orang tuanya.

Bu Melly yang mendengar hal itu pun tak kuasa menahan tangisannya.

"Bang mbak, Alena pamit ya." pamit Alena juga di depan kamar abang nya.

Tidak ada yang mengantarkan kepergiannya, Alena dengan terseok-seok menuju ke halte bus, dia akan pergi jauh dari sini agar dia bisa di lupakan dan tidak membuat beban orang orang yang dia sayangi.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

nasip. Alena apes banget sih 😭

2025-02-05

0

Sri Mulyani

Sri Mulyani

kasian bangat si alena sudah jatuh tertimpa tangga pula... semoga ada jalan terbaik alena...semangat

2024-01-17

1

Wiwik Murniati

Wiwik Murniati

napa sampai segitunya jadi orang tua

2024-01-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!