Di sebuah ruang kamar, seorang perempuan berkebaya putih duduk di depan cermin rias, menatap wajahnya yang telah berubah begitu memukau berkat make dari Mua berpengalaman.
Adira terpaku menatap pantulan dirinya, sungguh dia tidak pernah menyangka akan menjalani pernikahan seperti ini.
Ya, hari ini adalah moment sakral untuk Adira. Namun, bukan kebahagiaan bersanding yang ia rasakan selayaknya pengantin pada umumnya, akan tetapi hanya ada rasa risau, galau.
Sungguh sejak tadi irama jantung Adira tak henti bertalun kuat memikirkan akan nasibnya menikah dengan lelaki yang tidak tahu bagaimana rupanya. Ah, bagaimana masa depannya kelak?
“Kakak yakin akan menjalani pernikahan ini?” tanya sang adik dari arah belakang membuat Adira berbalik menatap dua pemuda tampan yang terlihat memukau dengan setelan jas berwarna hitam yang di siapkan khusus juga untuk mereka. Melihat dua adiknya ada rasa bangga menyeruak dari hati Adira memiliki dua adik yang tumbuh tinggi, tampan dan selalu menjaganya.
Akan tetapi wajah tampan itu terlihat terbalut cemas.
“Ini belum terlambat. Kakak masih bisa membatalkan pernikahan ini,” ucap Aska si anak ke dua yang masih mencoba tenang di tempat.
“Aku akan membawa kakak kabur dari tempat ini,” sulut Andra si bontot yang jiwa berontaknya bergejolak sejak tadi sangat gelisah dengan pernikahan kakaknya. Andra memang berbeda dengan Aska yang tenang.
“Kakak sudah tidak bisa mundur lagi,” ujar Adira.
“Kak bagaimana jika dia sama dengan tebakan kami,” cecar Andra putus asa.
“Kakek tua bau tanah.”
“Jadi istri ke 13.”
“Duda 6 anak.”
“Lelaki lumpuh.”
“Tukang kawin.”
Adira menarik senyum kecil untuk menenangkan adiknya.
“Mungkin ini jodoh kakak. Ini takdir yang sudah di gariskan untuk kakak,” jawab Adira tenang padahal dalam hati. Perasaannya campur aduk. Kakinya bahkan lemas bak bertulang. Bagaimana tidak dia menikah dengan orang yang tidak ia kenal.
“Kak, ini takdir buruk,” protes Andra merasa bersalah. Ini semua karena ulah mereka. Kakaknya yang mendapat masalah dari perbuatan mereka.
Suara ketukan di pintu terdengar, tak lama seorang perempuan cantik masuk ke dalam kamar. Entah siapa dia mungkin keluarga dari pihak mempelai laki-laki.
“Silahkan keluar. Semua telah siap. Pernikahan akan segera di mulai,” ucap perempuan itu cantik itu memasang wajah dingin. Setelahnya berlalu pergi meninggalkan kamar.
Irama jantung Adira berpacu dua kali lebih cepat. Ini waktunya. Setelah menarik napas panjang. Adira pun bangkit dari duduknya keluar dari ruangan di apit oleh dua adik lelakinya.
Adira melangkah ragu. Oh rasanya ia tidak ingin semakin maju menuju meja tempat ikrar pernikahan. Bolehkah ia mundur? Tapi semua telah terlambat. Ah. Masa depan Adira di pertaruhkan.
Adira mengedarkan padangannya melihat suasana pernikahan yang hanya di hadiri beberapa orang. Bagaimana tidak pernikahan ini begitu mendadak hanya di persiapkan dalam tiga hari.
Kini Adira sudah semakin dekat dengan tempat ikrar pernikahan. Netranya menangkap Wisnu telah duduk dekat dengan perempuan cantik yang memanggil Adira di kamar tadi.
Pandangan Adira semakin bergeser sedikit hingga tertuju pada.
Adira menelan salivanya kelat saat melihat bayangan punggung seorang lelaki berjas putih telah duduk di kursi, menunggu kedatangannya.
Ya ampun. Dia lelaki itu. Calon suami Adira. Bagaimana rupanya?
Adira telah duduk sejajar di samping lelaki yang tinggal menunggu waktu beberapa menit lagi telah menjadi suaminya.
Adira mencoba memiringkan wajahnya, menatap lelaki yang duduk bersanding dengan dirinya. Dan ternyata.
Terkejut. Itu adalah raut wajah Adira saat melihat lelaki itu pertama kalinya.
Adira membeku di tempat. Apa benar ini lelaki yang akan menikahinya.
“Dia ... tidak seperti yang di bayangkan,” batin Adira berkecamuk.
Sama dengan sang kakak dua pemuda yang sejak tadi mendampingi Adira tersentak kaget tak kalah tercengangnya. Semakin meneliti.
“Aska, dia tidak seperti yang kita tebak,” bisik Andra tanpa mengalihkan perhatian pada calon suami kakaknya.
“Dia sepertinya normal. Punya kaki. Tidak ada yang aneh! Tak ada tongkat dan kursi roda itu berarti dia bisa berjalan, tidak lumpuh,” balas Aska tak kalah terkejut.
“Dia bukan lelaki tua. Dari usia dia terlihat matang,” balas Andra.
"Wajahnya tampan. Diatas rata-rata, kulitnya putih bersih dan lebih tinggi sekitar 6 cm dari kita, dari posturnya dia suka olahraga,” papar Aska meneliti.
“Secara fisik dia sempurna!” ujar Andra.
Untuk sesaat Aska dan Andra menarik napas lega. Setidaknya lelaki yang bersanding dengan kakaknya, tidak seburuk yang mereka bayangkan.
Kedua jari tangan Adira bertaut di bawah meja saat duduk bersanding. Sesekali netranya melirik wajah pemuda yang terlihat sempurna tanpa cela. Sorot mata tajam berbingkai alis tebal, hidung mancung, bibir seksi bervolum, kulit wajah putih, licin.
Ah. Kenapa pemuda setampan ini setuju menikah dengannya? Tidak adakah wanita lain? Batin Adira bertanya.
***
Setetes air mata haru menetes di kedua netra dua pemuda yang baru saja menyaksikan pernikahan kakak tersayangnya.
Kini Adira telah sah menjadi istri dari pemuda yang bernama lengkap Elgi Nayaka.
“Selamat atas pernikahan kalian,” ucap Wisnu.
Adira hanya membalasnya dengan menarik senyum kaku di paksakan.
“Adira, kau telah menjadi istri dari Elgi, ke depannya dia yang akan menjagamu dan jika ada sesuatu katakan padanya. Dia akan selalu ada untukmu dan melindungi adikmu,” ucap Wisnu lagi.
“Baik tuan,” balas Adira penuh kecanggungan.
“Tuan ... jangan panggil Tuan. Kau sudah menjadi menantuku, panggil papa sama seperti Elgi,” sela Wisnu.
“Pa ... pa,” ulang Adira dengan kikuk dia bak patung.
Wisnu kini mengarahkan padangannya pada Elgi yang sejak tadi berdiri di samping Adira memasang wajah datar, tak ada satu kata pun yang keluar dari lelaki itu.
“Elgi jaga istrimu baik-baik. Sayangi dia. Dia perempuan baik, dia akan jadi istri yang terbaik untukmu,” pesan Wisnu.
Pemuda itu hanya menganggukan kepala tanda mengiyakan pesan sang papa. Enggan membalas ucapan papanya.
Kedua adik Adira pun maju mendekat.
“Selamat atas pernikahan kalian. Tolong jaga kakakku,” ujar Aska melengkungkan, senyuman dengan mata berkaca haru, mencoba menerima jika pemuda yang ada di hadapannya telah menjadi suami kakaknya.
Namun berbeda dengan Aska. Andra memasang wajah tak suka. Dia belum rela dengan pernikahan kakaknya.
“Aku titipkan kakak kesayanganku padamu!” tekan Andra tentang kata kesayangan.
“Awas jika kau menyakitinya. Aku akan menghajarmu,” ancamnya tegas dengan mata memicing tajam.
“Andra!” protes Adira melihat tingkah si bontot.
Elgi hanya membalas dengan mendengkus, lalu tersenyum miring mendengar ucapan Andra.
Tatapan kilat terpancar dari keduanya, membuat suasana serasa membeku. Seperti akan ada pertarungan antara kakak dan adik ipar ini.
Wisnu yang masih berada di antara keduanya menghela napas, karakter mereka terlihat sama.
“Adira, ikutlah dengan Elgi. Mulai hari ini kau akan tinggal bersamanya.” Suara Wisnu membelah suasana menghentikan ketegangan.
Adira tersentak kaget.
Hah! Apa ... ikut bersama.
Gurat wajah Adira memucat, seketika gelagapan.
Tinggal bersama dengan orang asing ini! Bagaimana ini? Mereka tidak saling kenal
Like
Coment
Makasih buat kalian yang udah ngikuti, terharu aku tuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ike
wah wah, bakal seru nih elgi andra.😁😁😁
2023-11-05
2
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ya masa istri ke 13 , adik2 Adira emang pada oleng semua . pantesan Adira tiap hari pegang sapu buat sabet mereka. 😅
2023-10-25
12
La Rahman
udah sah itu
2023-10-22
1