CHANCES - Battle Of Heart : Online
...< Arc I. The Beginning >...
Meja berbentuk persegi panjang dari kayu jati yang terlihat mulus, ruangan kecil dengan lampu yang menyala terang meskipun terdapat cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui celah jendela diikuti dengan angin dingin yang berhembus dari AC membuatku berpikir ulang apa yang terjadi.
Aku memandang ke arah secarik kertas, hanya satu lembar, di tengah meja persegi panjang yang lebar itu.
...
...
"Baiklah, silahkan tanda tangan disini," seru pria tua yang memakai kacamata dengan jas lengkap berwarna biru gelap. Terdapat lencana hukum di saku jasnya. Ia duduk di hadapanku sambil menunjuk ke arah salah satu bagian di dalam kertas.
Sebelahnya, duduk seorang wanita yang tersenyum tipis, rambutnya hitam panjang dengan iris berwarna hitam dan garis mata yang tajam, wajahnya yang oval terlihat sangat cantik untuk sebagian orang. Bagiku sekarang, itu hanya tampak seperti ular.
Kuambil pena yang ada di saku jas ku dan menandatangani kotak kecil yang ditunjuk oleh pria tua itu dan menulis namaku dibawahnya. Pria tua itu membenarkan kacamatanya dan mengangguk. "Selanjutnya, silahkan berikan stempel dan proses selesai."
Stempel itu ada di saku jas kiriku, saat merogohnya aku memegang sesuatu yang keras, ah, itu kartu Bank milikku...
Aku mengeluarkan stempel itu dan langsung menancapkannya ke kotak sebelah tanda tanganku. Mataku melirik sesaat ke arah huruf besar ditulis tebal di tengah kertas.
'Surat Perceraian Pasangan '
Atau semacam itu, pupil mataku seakan tidak bisa berhenti bergetar, aku pun dengan tenang memberikan kertas itu pada pria tua berkacamata di hadapanku. Pria itu sekilas memeriksa kertas dan langsung mengangguk sebelum berdiri dan pergi keluar ruangan.
Wanita itu mengikuti pria tua itu dan meninggalkanku di dalam ruangan seorang diri. Dari depan pintu, terlihat seorang pria lainnya yang memakai kaos merah sudah berdiri menunggu wanita itu. Mereka terlihat berbincang sambil tertawa sebelum pergi meninggalkan area ruangan itu.
Hampa.
Hanya itu yang kurasakan setelah mendapati bahwa pasanganku ternyata memiliki perasaan yang berbeda dariku. Kurang perhatian, katanya.
Padahal ia bekerja keras untuk mengumpulkan uang agar mereka dapat pergi berlibur bersama ke pulau tropis dan mulai merencanakan untuk memiliki anak.
Kuambil kartu Bank yang seharusnya kutaruh di dompetku, entahlah, dimana dompet sialan itu. Aku menaruh kartu itu ke dalam saku jas dan berjalan keluar dari ruangan kecil itu.
Keluar dari gedung pengadilan, aku berjalan menuju mobil Lexus hitam yang terparkir tak jauh dari gedung. Segera memasukinya dan langsung tancap gas, merasa terburu-buru ingin meninggalkan tempat itu.
Smartphone ku berdering, aku pun langsung mengangkatnya setelah memasang headphone ke telingaku. "Halo, ini Kaoru."
Suara pria yang terdengar mabuk menjawab, "Ahhh, Kaoru! Sahabat lamaku! Kudengar pengadilannya berjalan cepat? Sudah ada dimana kau sekarang??" Mataku segera melirik ke arah dashboard dan ke arah layar smartphone sesaat, ternyata itu dari salah satu teman yang juga senang memeras.
"Iya, aku sedang mengendarai mobil sekarang."
"Kau akan segera pulang? Bagaimana dengan rumahmu? Kau akan pindah?"
"Iya."
"Benarkah? Seburuk itukah? Tapi tempat itu akan sangat menjijikkan...dan aku paham akan hal itu. Jika tidak masalah, kau boleh menginap beberapa saat di rumahku!"
Aku membanting setir ke arah belokan tajam saat aku akan memilih jalan lurus, setelah mendapat klakson dari berbagai mobil di belakangku, aku menjawab, "Tidak perlu. Aku akan tidur sesaat di rumah itu sampai surat pindah selesai..."
"Kamu yakin bisa menahannya? Kau yakin ruangan yang...Uh..mereka...ohhh..bukan di kamarmu dengannya kan?"
Suaraku seakan terhentak sesaat akan menjawabnya.
"Mereka melakukannya di kamarku dengannya." Entah bagaimana, jawabanku sangat mengalir dengan lancar dan tenang.
"...Mereka benar-benar bajingan..."
"Aku juga bajingan, membiarkan mereka melakukannya di rumahku."
"Maafkan aku..." suaranya menipis sesaat.
"Hahaha, bukan salahmu kawan. Ngomong-ngomong, kapan kamu akan membayar hutangmu yang waktu itu."
Dia tertawa keras, "Ayolah kawan! Aku masih mencari uangmu oke? Akan ku bayar...tapi ini aku sedang butuh lagi...bisakah kamu mengirim lagi sekitar dua puluh ribu yen?"
"Kamu sialan."
"Aku juga mencintaimu, Kaoru!"
Aku terkekeh dan menekan beberapa tombol sambil meminta tolong pada sekretaris untuk mengirim uang pada kawan sialan itu. Setelah dibalas oleh sekretaris ku, aku menjawab kawan sialan itu.
"Sudah ku kirim, berhentilah meminum alkohol dan urus anak istrimu itu... setidaknya mereka menerima dirimu seperti itu, sialan."
Dia tertawa lagi, "Hahaha, terimakasih uangnya! Pasti akan ku kembalikan, sampai jumpa nanti, Kaoru! Hati-hati di jalan, kawan!"
Kumatikan ponselku dan memarkirkan mobilku yang berhenti di depan salah satu toko rental game konsol. Toko itu terlihat sudah terbengkalai namun aku mengenal kakek pemilik toko itu. Beliau selalu membantuku saat aku berlari kabur dari para penindas. Aku mendorong pintu masuk kaca yang penuh dengan lakban, terdengar suara dering bel yang berbunyi saat aku masuk ke dalam dan tertampar oleh angin panas.
Kakek itu tersenyum dari balik meja kasir, "Ah, Nak Kaoru? Silahkan dilihat-lihat, sudah lama kamu tidak berkunjung kesini. Bagaimana kabarmu?"
Aku tersenyum dan mengangguk sambil melihat rak game konsol yang sangat klasik dan sedikit berdebu. "Iya, saat ini cukup sibuk namun akhirnya saya senggang juga...baru saja, saya menyelesaikan surat perceraian saya," aku menjawab dengan ringan sambil mengambil salah satu box game yang berada di rak konsol NDS.
Mata sipit kakek itu terbuka sesaat mendengar ucapanku, namun beliau mengelap keringat menggunakan saputangan yang ada di saku kemejanya.
"Benarkah? Sungguh diluar dugaan. Dunia ini benar-benar luar biasa bukan, nak? Dimana kita menentukan pasangan, kemudian menjalankan pernikahan yang lebih rumit dibandingkan saat akan berpisah. Benar-benar luar biasa."
Aku hanya mengangguk dan berjalan masuk ke berbagai rak lainnya, melihat berbagai macam game konsol lama. Saat memutar dari rak konsol PS, aku melihat sebuah game konsol yang ada di rak GBA yang berada di sudut ruangan. Kuambil kotak game kecil itu dan melihat namanya.
...BATTLE OF HEART : ONLINE...
Kau tahu, game lama yang selalu menaruh kata online tapi sebenarnya tidak bisa online? Mungkin itu berlaku di game lama ini. Aku terkekeh dan melihatnya beberapa saat, seakan tertarik pada game ini, entah mengapa. Mungkin karena judulnya? Pertarungan hati...hati yang bertarung? Atau perang? Terserahlah.
Kupilih game konsol itu dan langsung membawanya ke meja dimana kakek itu berada. Kakek itu masih menunjukkan senyuman lebarnya yang memberikan garis keriput di wajahnya.
"Aku akan menyewa game ini untuk dua Minggu."
"Mari kita lihat? Oh, BOHO ya?"
"BOHO?"
"Ahh, itu singkatan gamenya, BOHO atau Battle Of Heart : ONLINE," kakek itu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menulis di atas nota atau semacamnya.
Aku menggumam dalam hati sambil mempertanyakan siapa yang memberi singkatan bodoh semacam itu dan akhirnya setelah beberapa lama, kakek memasukkan kotak itu ke dalam kantong plastik dan aku akan mengambil dompetkuㅡ
Ah, iya. Dompetku hilang entah kemana.
Saat aku akan mengambil kartu dari saku jas ku, kakek itu melambaikan tangannya sambil menyodorkan kantong plastik yang berisi game BOHO itu.
"Tidak perlu membayar, game ini untukmu saja sebagai memento. Sebentar lagi, kakek akan menutup toko ini..."
"Eh? Bagaimana dengan game lainnya?"
"Kakek akan menjualnya? Entahlah, tapi terima saja ini ya. Jika kakek akan menjual semua game lainnya, kamu akan menjadi orang pertama yang akan kakek tawarkan, oke?"
Aku terkekeh dan mengangguk sambil menerima kantong plastik itu. "Terimakasih kakek, kalau begitu, akan saya tunggu kabarnya."
Kakek itu hanya melambaikan tangannya dan aku pun tertawa sambil berjalan keluar pintu. Angin luar berhembus masuk saat aku berjalan keluar ditemani dengan dering bel yang ada di atas pintu kaca itu.
Saat memasuki mobil, kunyalakan lagi ponselku dan melihat banyak nomor panggilan yang masuk. Aku mengabaikannya dan mengirim surat email pengunduran diri.
Setelah mengirim email, aku mematikan lagi ponselku dan membawa mobilku kembali ke rumah itu...
Melihat pintu masuk, seperti saat aku membuka pintu di waktu itu...
Pakaian wanita dan pria yang berserakan dari koridor ruang utama...hingga berakhir ke depan kamarku dengannya.
Aku mengunci pintu depan dan menyusuri koridor gelap yang mengarah ke ruang utama.
Dengan segera aku membuka pintu kamarku...
Kosong.
Terlihat kasur berukuran king size yang rapi dan dengan karpet putih dibawahnya, pintu lemari baju yang memiliki kaca dan jendela besar yang langsung ke arah taman rumah. Aku mengambil bingkai foto yang ada di samping tempat tidur, bingkai foto itu kosong.
Aku menaruhnya ke atas kasur dan membawa kantung plastik berisi game BOHO ke arah ruang tamu. Kusiapkan konsol GBA dan menyalakan televisi.
Terdengar bunyi dengungan sesaat ketika aku memasukkan kotak memori game BOHO itu. Merasa ada yang aneh, aku mengecek dan sepertinya tidak ada masalah dan kabelnya juga tertata dengan rapi.
Saat game sudah dimulai dengan layar TV bertuliskan 'Developed by CHANCES' bergaya pixelated. Aku meraih dan memegang controller di tangankuㅡsiap untuk mulai bermain...sampai tiba-tibaㅡ
GELAP
...****************...
DUK DUK DUK DUK
Suara ketukan pintu terdengar berulang-ulang dari ujung telingaku. Aku mengerang dan bangkit dari tidurku. Suaranya sangat berisik, sehingga aku langsung berdiri turun dari kasur dan saat aku akan membuka pintu...hah ?
Kenapa aku sangat pendek sekali?! Tunggu, kenapa gagang pintunya begitu tinggi?!!
Aku mengangkat tanganku, kulihat dari pandanganku bahwa tanganku ini sangat kecil sekali...
Hah ?!
Aku memandang tanganku dengan seksama, iya, tanganku kecil...seperti tangan anak kecil berumur 5 tahun.
DUK DUK DUK DUK DUK
"Tuan Kyle? Bangun Tuan, waktunya sarapan. Kenapa pintunya dikunci? Tuan??"
Keringat mengucur perlahan dari dahiku saat aku mendengar panggilan seseorang yang terus mengetuk-ngetuk pintu dari luar. Saat aku akan membuka kunci pintu, tiba-tiba saja di pandanganku terdapat sebuah tampilan jendela transparan.
Hanya terdapat satu kalimat yang tertera dengan font klasik di tengah-tengah;
...「Selamat datang ke BATTLE OF HEART : ONLINE」...
......................
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Harwi
Mantap ceritanya… baca perlahan2 lbh meresap ceritanya
2024-06-22
0
Izhar Dewantoro
knp pke sudut pandamg pertama dlm dialognya,seakan2 author menceritakan dirinya di dlm novel,,
2024-06-10
0
☠zephir atrophos☠
mari mulai
2024-02-08
1