Bagaimana pun, Dini harus tetap bersabar, dia sebagai istri pun terkadang merasa sedih dan kesepian tanpa adanya seorang anak. Di saat dia ditinggal sendirian di rumah, Dini kerap kali menangis dalam doanya, supaya bisa cepat diberikan momongan, Dini juga berharap agar suaminya bisa sedikit berubah. Sudah terlalu lama rasa sakit yang Dini pendam, dia ingin ada seseorang yang bisa menghibur di setiap kesendiriannya. Ketika Dini sedang tidur di tempat tidur, seperti biasa Hanif yang baru datang mengusir Dini dan meminta Dini untuk tidur dilantai, beralasan kelasa dan satu bantal, Dini yang sudah terbangun mengalah, kemudian tidur dibawah.
"Minggir Dini! kamu tidur dilantai saja sana! ini bantal kamu, kelasanya kamu ambil sendiri di pojok sana." ucap Hanif melemparkan bantal ke muka Dini, lalu mengacungkan telunjuk tangannya ke pojokan lemari.
"Iya mas." sahut Dini turun dari tempat tidur.
...*****...
Sampai di suatu hari, Dini mempunyai rencana untuk mengadopsi seorang anak kecil di panti asuhan. Agar membuat Hanif sedikit luluh, dan benar saja, setelah merasa berdua mengadopsi seorang anak kecil berusia 3 tahun di panti asuhan, Hanif mengurangi ringan tangannya terhadap Dini. Hanif lebih memilih fokus merawat dan mendidik anak yang mereka ambil dari panti asuhan, dengan rasa sayang dan cinta. ini adalah sebuah keajaiban, baru pertama kali ini, Dini melihat sisi baik suaminya itu. Dini tersenyum manis, sembari memandangi Hanif yang sedang merawat anak tersebut.
"Alhamdulillah.. dengan adanya Rahmat, Hanif menjadi Ayah yang baik." batin Dini tersenyum melihat kedekatan Hanif dan Rahmat.
...*****...
Setelah beberapa hari,, mereka berdua memberi nama anak itu Rahmat. Karena menurut Dini, nama itu cocok untuk kejadian yang dia alami sekarang. Hanif menjadi Ayah yang penyanyang dan telaten dalam merawat Rahmat. Dini merasa bersyukur atas perubahan yang terjadi pada Hanif. Setelah mereka berdua merawat Rahmat dengan penuh kasih sayang, Rahmat pun tumbuh menjadi anak yang sayang kepada mereka berdua (orang tua angkatnya). Rahmat menjadi tujuan hidup bagi Hanif, dia sekarang sudah mempunyai pekerjaan dan mau menafkahi Rahmat dan Dini.
"Sayang.. ini aku beri uang untuk kamu beli bahan buat masak, hari ini masak yang enak ya..kan aku sudah memberikanmu uang cukup banyak." ucap Hanif tersenyum menuju kamar mandi.
"Iya Mas.. terimakasih." sahut Dini tersenyum, kemudian pergi keluar bersama dengan Rahmat untuk membeli bahan lauk pauk di pasar.
...*****...
Suatu ketika, Dini iseng membeli testpack, karena sudah Dua Minggu belum datang bulan. Setelah Dini membeli testpack, Dini mencoba untuk melihat hasilnya , setelah hasilnya keluar, betapa senangnya hati Dini, dia positif hamil, lalu memberitahukan kepada Hanif. Hanif pun ikut senang dan dengan sangat hati-hati menjaga kandungan Dini. Rahmat yang sudah sedikit faham pun ikut merasa bahagia, karena sebentar lagi akan menjadi Kakak dan memiliki adik.
"Ma..apa aku sebentar lagi akan mempunyai adik?" tanya Rahmat mendekati Dini yang sedang duduk di dalam kamar.
"Iya sayang, benar." sahut Dini tersenyum sembari membelai rambut Rahmat.
"Asiiikkk.. aku akan punya adik bayi..." ucap Rahmat melompat-lompat kegirangan.
Hanif yang baru pulang dari kerja, tersenyum melihat Rahmat bahagia, Hanif pun menanyakan penyebab Rahmat bahagia.
"Hehehe nak Rahmat, kamu kenapa? sepertinya bahagia sekali?" tanya Hanif tersenyum.
"Papa .. iya aku senang, karena sebentar lagi akan mempunyai adik bayi Papa." sahut Rahmat menghampiri Hanif di depan pintu, kemudian memeluknya.
Hanif pun tertawa melihat tingkah laku Rahmat yang lucu. Dini pun juga sama begitu. Mereka bertiga sama-sama merasa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments