bab 3

Mau sampai kapan kamu pulang malam terus?!" Bentak Bagas setelah Raisa pulang.

"Kenapa sih mas..setiap aku pulang selalu kamu menanyakan hal yang sama. Sedangkan kamu sudah tau jawabannya" bantah Raisa.

"Ini sudah kelewat batas..kamu tidak melihat jam. Sekarang jam berapa. Hah?!"

"Tidak masalah. Asal pekerjaan ku sedikit sedikit selesai" jawab Raisa sambil ngeloyor ke arah kamar.

"Raisa..Raisa...tunggu! Aku sedang ngomong sama kamu!" Teriak Bagas mencoba menghentikan langkah kaki istrinya.

Namun, tidak digubris oleh Raisa. Dia terus berjalan. Lalu, membuka pintu kamar dan menutup nya keras. Hingga terdengar kencang sampai keluar rumah.

"Astaghfirullah" ucap bi Inah didalam kamar.

"Seperti suara ribut ruangan" gumam bi Inah.

Bi Inah mencoba keluar untuk mengetahui asal suara. Pelan pelan bi Inah berjalan ke arah suara. Namun, tiba tiba seseorang menepuk bahu bi Inah. Bi Inah terkejut dan menoleh kebelakang.

"Mas Radit?" Hardik bi Inah terkejut.

"Bibi mau kemana?" Tanya Radit melepaskan headset dari telinga nya.

"Itu lho mas. Bibi mendengar suara keras seperti ada keributan" jawab bi Inah pelan ketakutan.

"Ga usah kesana bi. Lebih baik bibi istirahat aja" Radit melarang Bi Inah untuk ke arah suara.

"Kenapa mas? Takutnya ada maling masuk" tanya Bi Inah penasaran.

"Ga ada maling lah bi. Kalau ada juga aku segera hubungi polisi " Radit mencoba menenangkan bi Inah.

"Iya sih mas.tapi.."

"Ya udah bi. Bibi kekamar lagi ya" potong Radit memotong pembicaraan bi Inah.

"Iya mas. Bibi permisi dulu" pamit bi Inah untuk kembali ke kamar.

"Iya bi" jawab Radit tersenyum.

Bi Inah meninggalkan Radit. Radit pun segera mematikan suara musik di hp yang dipasangi headset. Radit sengaja memakai headset dan mendengarkan suara musik keras. Karena Radit tidak mau lagi mendengar pertengkaran orangtuanya. Yang sudah jadi rutinitas tiap malam. Radit berjalan menuju kamar. Namun, bagas memanggulnya.

"Radit" hardik Bagas

"Apa?" Tanya Radit cuek.

"Kamu belum tidur?" Tanya Bagas melongo.

"Bagaimana bisa tidur . Kalau tiap malam harus mendengar keributan didalam rumah" sindir Radit kepada orangtuanya.

"Maksud kamu apa?" Tanya Bagas belum paham.

"Malas untuk dibahas" jawab Radit segera pergi meninggalkan Bagas.

"Radit!!! Kamu ga sopan ya. Papah lagi bicara dengan mu. Kamu malah pergi begitu saja!" Teriak Bagas mendongak ke atas karena Radit sudah berjalan setengah lari ke lantai atas menuju kamar nya.

"Hah! Anak sama ibu nya sama aja!" Gemas Bagas kesal.

Diam diam bi Inah mengintip dibalik dinding pemisah ruangan.

"Ternyata keluarga ini sering bertengkar" gimana bi inah pelan.

"Aduh menyeramkan" bi inah merasa ketakutan dan merinding.

Bi Inah pun segera pergi meninggalkan ruangan itu. Lalu, masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.

Pagi yang cerah. Namun, tidak secerah wajah Radit yang selalu murung. Bahkan sudah tidak aneh  bagi kawan kawannya yang melihat kemurungan wajahnya.

"Hai Radit" sapa Anis yang terus mendekati Radit.

"Apa?" Tanya Radit dingin

"Kamu datang ya ke ulangtahun aku" Anis menyodorkan surat undangan ulang tahun nya.

"Terimakasih" sambil mengambil surat undangan ditangan Anis. Dan memasuki nya kedalam saku celana.

"Em..Radit...nanti jam istirahat kita makan bareng yu" ajak Anis

"Bagaimana nanti" jawab Radit. Lalu, pergi meninggalkan Anis.

"Radit, Radit tunggu!" Teriak Anis yang mengikuti Radit dari belakang.

Namun, Radit terus berjalan tanpa menghiraukan Anis.

"Radit tunggu" Anis menghadang langkah Radit

Dengan nekad menghadang merentangkan tangan nya dihadapan Radit.

"Apa lagi?" Tanya Radit mengerutkan keningnya. Heran melihat kelakuan Anis kepada nya.

Dimas dan jaki melihat Anis dan Radit. Mereka menghampirinya.

"Radit!" Sapa Dimas dan jaki serentak.

Radit menoleh. Dimas dan jaki melirik Anis yang sedang merentangkan tangannya menghadang Radit.

"Eh, ada Anis.. Anis lagi ngapain nih?" Tanya Jaki menggoda Anis.

Anis menurunkan kedua tangannya.

"Kalian datang juga ya" ucap Anis melirik ke arah Dimas dan jaki

"Datang kemana?" Tanya Jaki.

"Ulangtahun ku" jawab Anis

"Wow..pasti kami datang. Iya kan Radit Dimas?" Jaki menyambut nya senang.

"Iya" jawab Dimas singkatan.

Radit hanya mendelik. Dia langsung pergi meninggalkan kawan kawannya dan Anis.

"Eh dit tunggu!" Teriak jaki dan Dimas sembari lari kecil mengejar Radit.

Anis hanya bengo saja melihat Radit dan kawan kawannya.

Kendaraan lalu lalang memadati jalan raya. Hingga rambu rambu lalulintas pun berubah warna merah. Tanda kendaraan harus berhenti. Begitupun dengan Bagas yang sedang menyetir harus menginjak rem. Sembari menunggu lampu berwarna hijau. Bagas celingukan melihat kanan dan kiri kendaraan di sampingnya. Namun, betapa terkejutnya dia. Melihat Raisa didalam mobil bersama lelaki lain.

"Raisa?" Spontan Bagas terkejut melihat Raisa.

"Dengan siapa dia?" Tanya nya pada dirinya sendiri.

Bagas melihat Raisa menggunakan mobilnya. Namun, yang menyetir nya lelaki asing.

"Lebih baik aku ikuti dia" gumam Bagas dengan kecemburuan nya.

Bagiamana tidak cemburu Raisa yang masih muda dan cantik. Selalu berpenampilan menarik. Membuat para lelaki mengincar nya. Namun, sayangnya akhlak nya tidak secantik parasnya terhadap suaminya.

Lampu pun berwarna hijau. Semua kendaraan mulai menyetir. Begitupun Bagas. Dia sengaja mengikuti mobil Raisa. Dia ingin tau apa yang Raisa lakukan dibelakangnya. Sepanjang jalan Bagas terus mengikuti Raisa. Mobil Raisa pun berhenti di tempat kerjanya. Bagas menghela nafas sedikit lega. Ternyata Raisa pergi ke kantor. Namun, kenapa harus dengan lelaki asing.

"Kenapa berduaan dengan lelaki itu sih. Jangan jangan...selama ini dia sering menjemput lelaki itu" gumam Bagas.

Raisa turun dari mobilnya dan di ikuti lelaki asing itu. Mereka pun sama sama berjalan menuju kantor. Namun, mereka kelihatan mesra. Bagas terkejut ketika lelaki asing itu merangkul pinggang Raisa. Bagas membelalakkan mata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Setelah di pintu kantor. Lelaki itu pun melepaskan rangkulannya. Seakan akan ada yang disembunyikan.

"Oh..jadi selama itu yang membuat Raisa pulang malam terus. Kurang ajar..diam diam dia selingkuh" gurutu Bagas kesal dan menaruh kebencian.

Bagas tidak pikir panjang lagi. Dia langsung menancap kan gas. Lalu, pergi dari halaman kantor Raisa.

"Raisa.. kamu tiap hari berangkat bareng terus Ama Wisnu. Apakah suami kamu tidak curiga?" Tanya teman Raisa. Setelah Raisa duduk di kursi kerjanya.

"Tidak masalah. Aku bisa menghadapi nya" jawab Raisa santai.

"Iya..kalau ga ketahuan sih aman...kalau ketahuan bagaimana?"

"Tenang aja aku udah pikirkan" lagi lagi Raisa menjawab dengan tenang. Tanpa merasa bersalah.

Bagas bersandarkan ke kursi kerjanya. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Hah! Benar benar membuat aku kesal!" Dengan meluap emosi Bagas memukul meja.

Tok

Tok

Tok

Tiba tiba Suara pintu diketuk. Bagas menatap ke arah pintu.

"Masuk!" Tegas Bagas.

Pintu pun terbuka perlahan. Sepasang kaki masuk keruangan Bagas. Bagas menatap dari bawah sampai atas. Dia terpesona melihat kecantikan sekretarisnya. Dengan rambut terurai panjang. Bagas menatap kagum. Sekertaris yang bernama wina itu telah berada dihadapannya.

"Pak..pak" ucap Wina menyadari Bagas yang menatapnya terus.

"Eh..iya"jawab Bagas gugup

"Bapak kenapa menatap saya seperti itu?" Tanya Wina merasa heran dan mengerutkan keningnya.

"Aku terpesona..." jawab Bagas keceplosan.

"Apa pak?" Kaget Wina mendengar jawaban bagas.

"Eh.. maksudku..kamu mau ada perlu apa?" Tanya Bagas merasa malu. Dan mengalihkan pembicaraan.

"Ada berkas yang harus bapak tandatangani" jawab Wina sembari menyodorkan map berisikan berkas.

"Oh iya" Bagas pun segera mentanda tangani berkas tersebut.

"Ini sudah" sambil menyodorkan berkas itu kepada Wina

"Terimakasih pak"

"Oke"

"Saya permisi dulu pak"  ucap Wina pamit keluar ruangan Bagas.

"Silahkan" jawab Bagas sambil tersenyum.

Wina pun membalas senyuman Bagas. Lalu, segera meninggalkan ruangan Bagas.

Bagas duduk bersandar ke kursi lagi. Dia masih terpesona dengan kecantikan dan penampilan Wina yang menarik. Selain itu juga Wina masih muda.

"Wina..ah..aku punya ide" gumam Bagas menemukan rencana yang akan dia lakukan.

Bagas tersenyum lebar dan berharap rencananya terjadi. Bagas tersenyum licik dan senang. Dengan ide yang akan dia luncurkan.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!