"oowweekkk,, oowweeekkk"
suara tangisan Arkan yang tak kunjung berhenti,, membuat ku menjadi semakin setress,, ku gendong kesana kemari pun masih gak berhenti menangis
"cup cup,, diem sayang ya,, mas tolong dong bantuin ini Arkan dari tadi gak mau diem Lo,, jangan main hp terus kenapa"
omel ku pada suami yang sedari tadi hanya tidur di kasur sambil bermain hp
"udah ku bilang aku gak bisa gendong bayi,, aku takut nanti salah gendong dan malah membuat dia gak nyaman,, kamu kan ibunya masak kamu gak bisa diemin dia"
"ya kamu kan tau Arkan dari tadi nangis gak mau diem,, aku juga belum makan mas dari siang"
"kenapa sih Arkan masih nangis,, tadi waktu kamu solat dia diem sama mama,, gimana kamu gendong nya sampai dia makin kejer nangis nya"
celoteh mertuaku yang kemudian langsung mengambil Arkan dari tangan ku
aku pun langsung menuju dapur untuk mengambil makan dan memakannya di kamar,, yah seperti biasa aku tidak pernah makan di meja makan atau ikut berkumpul dengan ibu dan juga saudara suami ku,, aku selalu menjaga jarak pada mereka padahal sejujurnya adik adiknya itu baik baik hanya saja adiknya yang masih kecil yang sering membuat ku kesal karena suka memainkan sufor anakku bahkan tak jarang ia meminta untuk di buatkan
sambil menuju ke kamar dan membawa piring,,
"kamu itu,, sudah berapa kali sih mama bilang makan di kamar itu pamali,, masih juga makan di kamar" sambil memperhatikan ku
"gak papa ma kataku,, gak berani di dapur sendirian" elak ku
sejujurnya aku malu karena tak jarang aku makan menunggu mertua ku takada di rumah
Ku pandangi anak ku yang sedang di gendong mertuaku,,,
mengapa dia anteng dan diam saat di gendongan mertua ku,, mengapa saat aku yang menggendong dia malah makin rewel,,
mengapa dia begitu tenang saat bersama orang lain ketimbang ibunya sendiri,,
kata ku dalam hati,, yang tanpa sadar itu membuat ku semakin hancur
"Ini anaknya udh tidur" sambil meletakkan anak ku ke kasur kami
"makanya gendong nya yang lembut,, jangan sambil marah marah,, wajar kalo anak takut sama kamu"
kata mertua ku sambil melangkah pergi dari kamar kami
Ku pandangi wajah anakku yang tertidur pulas,,
"dek adek kenapa sih kok mamah yang gendong kamu gak mau diem kamu malah tambah rewel"
celoteh ku sendiri kepada anakku yang sedang tidur,,
aku tau ia tak bisa menjawab perkataan ku
Tapi setidaknya mungkin iya mengerti dengan perasaan ku
Sambil berbaring tak sadar lamunanku entah sudah sejauh mana..
ya Allah kenapa hidup ku sebegini nya
kenapa ya Allah kenapa semua harus terjadi padaku kenapa mereka tak mampu memahami ku,,
apa lagi suami ku sendiri bukankah ia yang harus melindungi ku,, bukanya dia yang seharusnya perduli dengan ku,,
tapi kenapa dia malah justru lebih acuh kepada ku..
ku pandangi wajah suami ku yang sedang tidur,, ya maklum jam kini sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam
ingin rasanya ku bunuh lelaki yang ada di samping ku.. Entah setan apa yang sudah merasuki ku hingga aku berfikiran sebegitu buruk,, mungkin aku sudah lelah sampai tersirat pikiran jahat seperti itu.
Ya Allah kenapa ini ada apa dengan pikiran ku,, mengapa aku begitu buruk,, dia suami ku tak sepantasnya aku berfikiran demikian
Sambil terus menangis dan memikirkan semua nya,, rasanya sudah cukup membuat ku menjadi gila,, aku sendiri tak mampu menahan luka batin ku selama ini,,
sudah cukup rasanya semua penderitaan ini,, rasanya aku tak kuat lagi dengan semua ini tapi aku juga tak bisa berbuat apa apa
Mengapa Tuhan senang sekali permainan perasaan ku,, mengapa Tuhan senang sekali melihat ku bersedih
Bukan kah katanya ia takan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambanya tetapi ini jelas aku sudah tak sanggup dengan cobaan ini.
Entah sudah berapa lama aku menangis dan berkata dalam hati sendiri,,
lamunan ku pun buyar ketika mendengar tangisan kecil yang mulai terdengar lagi
"oowweekkk,, oowweeekkk"
"ya ampun Arkan kamu udah nagis lagi,, kamu gak tau apa mamah lagi pusing ini"
bukan nya ku diam kan anakku yang sedang menangis,, aku malah justru memarahi nya,, entah setan apa yang sudah merasuki ku sehingga aku tega membentak anak mungil yang adalah darah daging ku..
Ah ya ampun apa yang sudah kulakukan ada apa dengan ku,, sambil duduk di sebelah anakku dan kembali ku remas rambut ku,,
Rasanya sudah gila aku dengan semua ini ingin sekali aku teriak melepaskan semua sesak di dada ini..
"oowweekkk,, oowweeekkk"
suara Arkan yang sedari tadi masih terdengar
membangun kan suami ku yang masih tertidur
"itu kenapa Arkan menangis,, kamu anak menangis bukanya malah di gendong"
aku tak menghiraukan suami ku yang berceloteh kepada ku
rasa sesak membuat aku tak mampu membalas perkataan suami ku bahkan aku tak mampu bangun untuk mendiamkan anakku yang sedang menangis,,
"kamu kenapa,, kamu gak betah sama aku,,
kalo emang kamu gak betah bilang,, jangan nangis aja dan anak gak kamu urusin"
kembali perkataan kasar terlontar dari mulut suamiku
Ku seka air mata ku lalu ku cek anakku,,
tapi badannya sudah dingin,, aku pun bangun, dengan mata sembap kubuatkan susu untuk anakku Mungin dia haus makanya dia menangis
Malam yang begitu panjang untuk ku
dengan suara tangisan anak dengan semua beban yang ku rasa membuat ku tak mampu tidur,,
Entah sudah berapa lama aku menangis,, entah seberapa lama aku melamun,, Hinga aku tertidur sendiri,, yah biarpun aku tidur mungkin sudah menunjukan pukul setengah empat subuh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Joysee Thokchom
Terpikat
2023-09-07
1