Momen Pernikahan

Waktu berlalu dengan cepat, membawa Maya dan Rama melalui berbagai perjalanan hidup. Cinta mereka tetap kuat, meskipun mereka menghadapi ujian dan tantangan yang datang. Setiap hari bersama adalah harta yang berharga bagi mereka, dan setiap momen membuktikan bahwa mereka terus tumbuh bersama.

Suatu pagi, Maya duduk di atas tempat tidur dengan senyum lebar di wajahnya. Rama datang dengan secarik kertas di tangannya, dan dia bisa melihat semangat di matanya.

"Ada yang ingin saya beritahu padamu," kata Maya sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.

Rama duduk dengan penuh penasaran. "Apa itu?"

Maya memberikan kertas itu pada Rama. Tertulis di dalamnya adalah undangan pernikahan. Rasa bahagia dan kaget menghiasi wajah Rama.

"Apakah ini benar?" tanya Rama dengan mata berbinar.

Maya tersenyum. "Ya, Rama. Saya ingin kita melangkah ke tahap baru dalam hubungan kita. Saya ingin kita menikah."

Rama merasa seakan dia berada dalam mimpi yang indah. Dia meraih tangan Maya dengan lembut. "Saya tidak bisa meminta lebih banyak lagi. Saya sangat ingin menjadi bagian dari hidup Anda untuk selamanya."

Mereka merencanakan pernikahan mereka dengan penuh semangat dan antusiasme. Maya menjadikan seni sebagai tema pernikahan mereka, dan setiap detailnya diatur dengan hati-hati. Mereka bekerja sama, menciptakan undangan, dekorasi, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk hari yang istimewa ini.

Hari pernikahan tiba dengan cepat. Maya mengenakan gaun yang indah, sementara Rama tampil dengan setelan yang elegan. Di tengah keluarga dan teman-teman mereka, mereka berdua berdiri di bawah pohon rindang di taman kota.

Pemandangan yang indah di sekitar mereka hampir sebanding dengan kilau cinta di mata mereka. Ketika upacara dimulai, mereka saling memandang dengan penuh harap, merasa bahwa saat ini adalah titik tertinggi dalam perjalanan cinta mereka.

"Saya, Maya, mengambil Rama sebagai suami saya, untuk mencintai dan mendukungnya dalam suka dan duka, dalam kesehatan dan sakit, selama kami hidup bersama," kata Maya dengan suara yang penuh makna.

Rama tersenyum lembut. "Saya, Rama, mengambil Maya sebagai istri saya, untuk mencintai dan menghormatinya, untuk berbagi cinta dan kehidupan bersamanya, selama kami hidup bersama."

Dengan itu, mereka menukar cincin sebagai lambang janji dan komitmen mereka satu sama lain. Di bawah matahari yang bersinar terang, mereka mencium satu sama lain dalam ciuman yang tulus, dan kehadiran mereka resmi diakui sebagai pasangan yang sah.

Resepsi pernikahan diadakan dengan sukacita dan kebahagiaan. Mereka menari di tengah taman yang dihiasi dengan bunga-bunga segar, tersenyum kepada tamu-tamu yang berbagi momen spesial ini bersama mereka.

Tepat sebelum matahari terbenam, mereka berjalan-jalan di tepi pantai. Pasir hangat di bawah kaki mereka, dan angin laut yang lembut membuat perasaan mereka tenang dan damai.

"Maya," kata Rama sambil menggenggam tangan Maya, "hari ini adalah hari yang saya tunggu-tunggu. Dan saya tahu bahwa tak ada yang bisa menggantikan perasaan saya untuk Anda."

Maya tersenyum bahagia. "Rama, saya merasa beruntung bisa berjalan bersama Anda dalam hidup ini. Anda adalah cinta sejati saya."

Mereka berdiri di sana, memandang horison yang memancarkan warna-warni indah. Di tengah keindahan alam, mereka merayakan awal yang baru dalam perjalanan cinta mereka.

Beberapa tahun kemudian, Maya dan Rama duduk di teras rumah mereka yang hangat. Di samping mereka, anak-anak mereka bermain dengan riang.

"Cinta kita telah membawa kita melalui begitu banyak hal," kata Rama dengan senyum, "dan sekarang kita memiliki keluarga yang indah."

Maya setuju. "Kita telah melewati berbagai fase kehidupan, dari rasa rindu hingga pernikahan dan keluarga. Semua itu telah membentuk kita menjadi lebih kuat dan lebih bersatu."

Mereka merasakan kebahagiaan yang dalam saat mereka memandang anak-anak mereka yang tumbuh dan bermain. Dalam setiap canda dan tawa, mereka melihat kilauan cinta yang terus bersinar.

Beberapa tahun berlalu sejak momen pernikahan yang indah. Maya dan Rama telah menjalani kehidupan yang bahagia bersama anak-anak mereka. Setiap hari penuh dengan tawa, canda, dan cinta yang tumbuh di antara mereka.

Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sesuatu yang merayap perlahan. Rama sering pergi dalam perjalanan bisnis yang panjang, meninggalkan Maya sendirian untuk mengurus rumah dan anak-anak. Maya berusaha untuk tetap tegar, tetapi rasa rindu dan kekosongan mulai merasuki hatinya.

Suatu malam, ketika anak-anak sudah tertidur, Maya duduk sendirian di teras rumah mereka. Bulan purnama bersinar terang di langit, menciptakan cahaya yang lembut.

Rama datang mendekatinya dengan senyum lembut. "Saya merasa senang bisa pulang dan bersama Anda."

Maya tersenyum tipis. "Rama, saya merindukan Anda setiap kali Anda pergi. Saya merasa kesepian."

Rama merasa menyesal mendengar itu. "Saya tahu bahwa ini bukanlah kehidupan yang Anda inginkan. Tetapi bisnis ini sangat penting bagi kita."

Maya mengangguk, mencoba untuk mengerti. Namun, kekosongan di hatinya tetap ada.

Malam-malam berlalu, dan Maya semakin merasa sendirian. Rama pergi lebih sering dan lebih lama. Kehidupan mereka yang dulu penuh dengan canda tawa kini berubah menjadi rutinitas yang sepi.

Suatu malam, Maya duduk sendirian di depan jendela, memandang bintang-bintang. Air mata perlahan mengalir di pipinya. Dia merasa bingung dan terjebak dalam perasaannya sendiri.

Rama datang mendekatinya, merasakan keheningan yang memenuhi ruangan. "Maya, saya tahu Anda merasa kesepian. Saya ingin memperbaikinya."

Maya menatap mata Rama dengan penuh kebingungan dan sakit hati. "Apakah Anda merasa kita masih memiliki apa yang dulu kita punya?"

Rama merasa terkejut oleh pertanyaan itu. Dia meraih tangan Maya dengan lembut. "Tentu saja kita masih memiliki cinta kita, Maya. Tetapi saya tahu bahwa kita harus menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga."

Maya merasa konflik yang mendalam di dalam dirinya. Cinta mereka masih ada, tetapi tantangan-tantangan yang muncul membuatnya ragu tentang arah hubungan mereka.

Malam itu, mereka berdua tidur dalam keheningan yang penuh rasa. Kamar mereka terasa seperti laut yang tenang sebelum badai datang.

Maya berharap kebaikan akan selalu datang untuk orang-orang yang berjalan di kebenaran, tidak memungkiri, bahwa ia berharap kehidupan rumah tangganya kedepan akan berjalan dengan baik tanpa kekurangan apapun.

Kalau boleh jujur, maya ingin keluarganya kembali bersinar seperti dahulu. Ia berkaca pada masalalu.

Kenangan buruk selalu menghujani pikirannya.

" Aku harap dengan adanya pernikahan ini membawa dampak yang baik dan positif, aku tidak mau kejadian dimasa lampau menghiasi dan membayangi masa depanku. Semoga Tuhan menjaga rumah tangga ku Amin" gumam Maya di dalam hatinya.

Apakah Maya dan Rama dapat mengatasi tantangan yang mereka hadapi? Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi perubahan dalam kehidupan mereka?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!