Dermaga Pantai

Marcya berjalan di koridor samping rumah yang terhubung dengan pantai di belakang rumah.

Ada dermaga kecil di ujung koridor.

Marcya berlari melewati dermaga menuju pantai.

Sesampainya di sana, Marcya berdiri memandangi keindahan laut. Suara deburan ombak terdengar menderu-deru di telinga.

Deburan ombak menerjang dermaga hingga kaki kecil Marcya hanyut.

Burung camar terbang di tengah pantai. Rumah ini sangat indah. Rumah minimalis dengan pemandangan pantai di belakang memberikan ketenangan jiwa.

Marcya dan Marcel yang terjebak di dimensi lain menimbulkan kebingungan di pikiran mereka.

Menikmati indahnya pantai di sore hari, menghilangkan kekhawatiran Marcya meski hanya sesaat.

Pohon palem melambai tertiup angin. Seolah mengundang hati untuk bersama mereka. Melayang bebas tanpa beban.

Tiba-tiba Marcel memeluknya dari belakang. Suara ombak yang keras membuat Marcya tak mendengar langkah Marcel.

"Indah sekali pantai ini seindah dirimu."

Marcya memegang punggung tangan Marcel dengan kedua jarinya.

Lalu cium dia dengan hangat.

Seketika darah Marcel mengalir deras. Jantungnya berdebar indah menyanyikan lagu kesukaannya. Marcel mencium rambut Marcya.

Cinta tidak memandang tempat. Moments aneh selama beberapa hari membuat mereka tidak berpikiran untuk mandi.

"Sebaiknya kita mandi dulu. Bau keringat di mana-mana."

"Iyaa."

Marcya dan Marcel bergandengan tangan menuju rumah.

Ketika mereka tiba, mereka mendengar bel berbunyi.

Tteettt...

Marcya dan Marcel saling berpandangan.

Marcel bergerak menuju pintu. Lalu pintu dibuka.

"Permisi.. kami dari pihak jasa pengiriman barang. Kami punya paket untuk anda?"

Marcel sedikit ragu menerima paket itu.

"Oke terima kasih."

"Terima kasih kembali."

Kurir paket pergi dan berlalu dari pekarangan rumah.

Marcel masuk ke dalam. Dan menyerahkan paket itu pada Marcya.

"Coba buka. Apa isinya?"

Marcya membaca nama pengirimnya.

"Zulberg. Untuk adikku tercinta Chaterine."

Marcya membaca nama pengirim..

Dia membuka bungkusan tersebut.

"Wow.."

kata Marcya.

Marcya mengambil kalung liontin berwarna tosca gelap.

"Sangat cantik.."

Marcya memuji keindahan liontin itu.

"Ya, kamu benar. Sangat cantik."

“Dari saudara perempuan Chaterine.”

"Cobalah."

"Tidak. Itu bukan milikku."

Marcel tertawa menyadari kenyataan yang menjebak mereka dalam situasi aneh ini.

Marcya menatap wajah Marcel lekat-lekat. Marcya bisa melihat Marcel berusaha lari dari perasaannya yang sebenarnya.

Sangat kreatif. Alihkan masalah dengan senyuman. Tidak semua orang bisa melakukannya.

Marcel pergi ke kamar mandi sambil melihat ke belakang. Melihat Marcya yang masih memandangnya. Kemudian tubuhnya membentur dinding kamar mandi.

Marcya langsung tertawa saat melihat Marcel. Marcel tersenyum melihat Marcya tertawa.

"Mau mandi bersamaku?"

Marcel merayu pacarnya.

Mata Marcya membelalak, pura-pura marah.

"Hahahahaha.."

Marcel tertawa.

Saat Marcel mandi, Marcya membersihkan dapur. Piring kotor setelah makan tadi belum sempat dicuci.

Di rumah ini mereka sudah menjadi suami istri. Tidur bersama di ranjang yang sama adalah hal biasa bagi mereka. Akankah mereka melakukan hal yang lebih dari itu?

Jantung Marcya berdebar kencang mendengar pertanyaannya sendiri. Mereka telah menjalin hubungan selama hampir 3 tahun. Apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar. Tidak lebih dari itu. Mereka berdua masih muda. Hubungan mereka selalu naik turun. Selalu berubah-ubah tergantung mood masing-masing orang. Seperti roller coaster tepatnya.

Membersihkan dapur membuat tubuh Marcya semakin berkeringat. Pakaiannya mulai bau. Hanya ada satu kamar mandi. Marcya harus menunggu sampai Marcel selesai.

"Aku sudah selesai. Kamu cepat mandi."

"Iya sayang. Aku sudah membersihkan dapur. Kalau kamu mau makan, makan saja dulu."

"Oke.. Terima kasih sayang."

Macel mengecup kening Marcya.

Setelah itu dia berjalan menuju kamar tidur. Kemudian membuka lemari.

"Wah, bagus sekali bajunya. Yang punya rumah pasti kaya raya."

Marcel mengambil satu kaos dan satu celana pendek.

Dia mengenakan pakaian itu dan melihat ke cermin.

Sangat pas untuk ukuran tubuhnya.

Di bawah cermin rias terdapat meja yang memiliki dua laci. Sekadar iseng, Marcel membukanya.

Marcel kaget melihat isi laci itu. Perhiasan emas kuning dan putih di laci.

Ada kartu nama bertuliskan Zulberg.

Oh, ternyata adik Chaterine sering memberi perhiasan. Sampai dia mengumpulkan sebanyak ini. Pantas saja keluarga ini kaya.

Pikir Marcel.

Dari balik pintu yang setengah terbuka, Marcya berteriak memanggil kekasihnya.

"Ada apa?"

jawab Marcel.

“Ayo makan. Aku lapar lagi.”

kata Marcya.

"Ayo..."

Marcel meraih tangannya dan pergi ke ruang makan.

Marcel melihat ada tangga yang menuju ke

bawah.

Apakah ada ruang bawah tanah?

Marcel bertanya pada dirinya sendiri.

Berjalan menuruni tangga satu per satu.

Sebuah tangga sepanjang dua meter

mengarah ke sebuah ruangan

yang ternyata adalah garasi.

Ada Jeep Cherokee buatan Amerika

Serikat parkir di dalamnya.

Marcel berjalan mendekati jeep.

Hhmm...mobil ini keren banget...elegan.

Marcel masuk ke dalam mobil.

Ada kunci mobil di dalamnya. Di starternya

mobil itu.

Hmmm suaranya masih halus.

Tampaknya dirawat dengan baik.

Marcya muncul dari tangga.

"Wah, ada mobil ya? Ayo kita

bersenang-senang."

"Coba buka pintu garasi itu sayang."

Marcya membuka pintu garasi.

Lalu keluar.

Marcel mengemudikan mobilnya keluar dari

garasi.

Berhenti tepat di depannya.

Marcya menutup pintu garasi lagi.

"Ayo pergi."

kata Marcel.

Jeep itu membawa Marcya dan Marcel keluar

dari kawasan perumahan.

Mereka bertemu dengan

beberapa orang di jalan dan

menganggukkan kepala mereka.

"Sayang, orang-orang itu terlihat sangat

hormat dengan

Rafael dan Chaterine."

Marcya mulai mengerti apa yang sedang

terjadi.

"Ya... Mungkin Rafael adalah publik figur yang

terkenal. Atau orang terhormat di tempat ini."

“Tapi sepertinya mereka berdua belum

menikah."

“Mungkin di negara ini bisa tinggal

bersama tanpa menikah."

"Ya, mungkin seperti itu."

Alkionis Beach Hotel Apartments Rethymnon,

Yunani

“Ternyata kita di Yunani, sayang.”

500 meter ke depan, Marcel melihat spanduk

di samping jalan.

“Ya, bagus sekali. Kita bisa berkeliling kota

menggunakan mobil ini."

“Aku ingin mengunjungi bangunan kuno di

Yunani.”

“Bangunan apa yang paling indah?”

“Parthenon, ayo pergi ke sana.”

“Kuil yang memuja dewi Athena?”

“Benar. Dewi tertinggi di Yunani.

Yang paling sempurna dan abadi.”

"Apakah kita akan ke sana sekarang?"

"Apakah kamu tahu di mana tempat itu?"

"Cari di peta online."

Mata Marcel tertuju ke dashboard.

Marcya mengambil ponsel yang tergeletak di

dasbor mobil. Kemudian membuka

telepon selular itu.

"10 jam untuk sampai ke sana."

"Hmmm.."

Marcel mengambil dompet yang ada di

samping kursi pengemudi.

"Uangnya banyak sekali di sini, sayang!"

Marcya tersenyum lebar.

Marcel mengambil kartu nama dari

dompetnya.

Ternyata benar, identitas Rafael itu

di sana. Nama lengkapnya adalah Rafael

Orion.

Di belakang kartu nama Rafael terdapat kartu

Anggota Zumba bernama Chaterine Dorothy.

Nama-nama khas Yunani.

Sebagian besar dari

Populasi Yunani adalah 98% Ortodoks

Kristen. 1% ateis. 1% lainnya.

Marcel dan Marcya memulai perjalanan menuju

Parthenon yang terletak di kota Yunani.

Dari Athena Jeep 2360cc melaju di jalan dengan kecepatan 130 km/jam. Berbahan bakar 1 liter bensin/4 km.

Minimal 10 jam bisa sampai di tempat tujuan.

Marcya tertidur di kursi mobil. Sebuah

pengalaman tak terduga terjadi.

Mungkin Marcya lelah. Biarkan dia tidur dulu.

Marcel mengemudi dengan kecepatan tinggi, sehingga dia bisa mencapai tujuannya dengan cepat.

Untuk pertama kalinya kota Athena dikunjungi oleh Marcel dan Marcya.

Mungkin untuk Rafael dan Chaterine sudah beberapa kali berkunjung ke beberapa tempat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!