Dapur Cantik

Marcel pun melihat wajahnya di kaca spion.

"Ya Tuhan, apakah itu benar-benar aku?"

Keduanya saling memandang. Masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Sayang, jentikan jarimu lagi."

tanya Marcya.

"Mengapa?"

Tiba-tiba Marcel menjadi linglung. Ia sangat terkejut dengan kejadian ini.

“Kita harus menemukan rumah kita secepatnya. Sebelum jarimu menjadi normal kembali.”

"Apakah instingmu mengatakan demikian?"

"Ya! Cepatlah."

Namun yang terjadi sebenarnya, Marcya hanya berjudi dengan keberuntungan.

Saat manusia sedang kebingungan, nalurinya menjadi kurang tajam.

"Ayo cepat."

"Oke."

Marcel menjentikkan jarinya.

klik.. klik..

Marcya dan Marcel saling berpelukan. Dengan kedua pasang mata mereka melihat sekeliling.

"Bukan rumah kita."

kata Marcya.

"Ya. Ini seperti zaman Elvis Presley."

Marcel melihat gitar di kursi. Gitar klasik versi lama.

"Jetikkan jarimu lagi, sayang!"

"Apakah kamu serius?"

"Ya! cepat!"

Kali ini naluri Marcya membenarkan keraguannya sebelumnya.

**Anda kurang beruntung.**

bisik malaikat di atas bahunya.

Marcel menjentikkan jarinya.

klik.. klik..

Kamar tidur eksklusif.

Kasur besar berukuran king size. Dengan

kamarnya luas juga.

Tidak ada satu pun foto keluarga di sini

Hanya ada arloji di meja lampu.

Marcya perlahan mendekati meja kecil itu.

Dia mengambil arloji yang tergeletak begitu saja.

Rolex... jam tangan yang tidak menggunakan baterai.

stainless steel masih mengkilat seperti baru.

Marcya menaruh kembali jam tangan Rolex

Di atas meja. Sama persis dengan aslinya..

Marcya melihat sekeliling.

Ternyata Marcel ada di

balkon.

Tirai jendela yang tinggi berkibar tertiup angin.

Marcya mendekati pacarnya.

"Wah, pemandangan yang sangat indah."

kata Marcya.

"Ya... sangat cantik."

Marcel menanggapi perkataan Marcya.

Marcel memeluk Marcya dari belakang.

"Sepertinya ini rumah kita, sayang."

“Hhmm… Apakah kamu merasa nyaman di sini?”

“Mari kita coba beberapa hari dulu.”

"Iya, ayo kita coba dulu."

Di bawah balkon ada pantai yang terlihat

jelas. Dengan pohon palem di pantai.

Pantai ini tidak ramai pengunjung.

Hanya sedikit yang ada di sana.

Marcel mencium kening Marcya.

Menatap Marcya dalam-dalam. Untuk sementara mereka bisa tenang. Meski tidak tahu apa yang akan terjadi besok.

Setidaknya mereka berada di tempat yang aman.

Dan naluri Marcya pun mengatakan bahwa mereka adalah penghuni rumah ini.

Mereka berdua menikmati pemandangan pantai selama beberapa waktu.

Hari sudah hampir senja, Marcel menggandeng tangan Marcya masuk ke dalam kamar.

Marcel menutup jendela.

"Aku ingin melihat ruangan lain."

kata Marcya.

"Mari kita lihat."

Jawab Marcel.

Mereka berdua membuka pintu kamar perlahan.

Ada ruang makan besar di depan kami.

Ruang makannya lengkap dengan dapur yang bersih.

Ada sebuah bar kecil di depan dapur.

Marcya berlari menuju dapur.

Seperti wanita lain yang menyukai dapur.

Hal pertama yang dibuka adalah lemari es.

Kulkas penuh dengan makanan, minuman, dan makanan ringan. Tersedia juga sayur dan buah.

"Lihat sayang. Ada banyak makanan di sini."

Marcel mendekati pacarnya.

"Sayang, ayo makan sekarang. Perutku sangat lapar."

"Ayolah, aku juga lapar."

Marcya dan Marcel makan bersama di ruang makan.

Marcya dan Marcel telah menghabiskan makanan mereka lalu Marcya mencuci piring kotor.

Dapur berada di belakang ruang makan. Dapur minimalis dengan desain interior elegan. Penuh dengan perabotan eksklusif.

Marcya menyukai dapur ini hingga membuatnya ingin tinggal lebih lama.

Marcel memanggilnya dari ruang tamu.

"Sayang, lihat ini. Aku menemukan sesuatu yang menarik. Cepat kemari."

"Ya, tunggu sebentar."

teriak Marcia.

Marcya segera membereskan meja makan. Setelah itu pergi ke ruang tamu.

"Apa itu?"

Marcia bertanya.

“Lihat ini. Aku menemukan buku harian.”

"Berikan padaku..."

Marcya mengambil buku harian unik itu. Membukanya lalu dibaca.

...Dear diary.

Hari ini hari Sabtu jam 9 pagi aku pergi ke taman bersama kekasihku Rafael. Tadi malam Rafael kembali dari London. Kesibukannya di negara tersebut membuat Rafael ingin kembali ke negara tercintanya.

Kesibukan Raphael menyita seluruh waktunya. Sampai dia tidak bisa menelponku dalam waktu yang lama. Rafael meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk pulang.

Tidak peduli lagi dengan pekerjaannya padahal itu bisa membuatnya punya banyak uang. Pekerjaan itu membuatnya stres. Rafael merasa lebih bahagia di sampingku.

Saya sangat senang dengan keputusannya. Tak tega melihatnya harus bekerja siang dan malam. Sedangkan aku sudah mempunyai rumah besar peninggalan nenek.

Usaha persewaan rumah juga ada di beberapa tempat. Aku pikir semua itu cukup untuk membiayai hidup kami.

"Sayang, sepertinya ini diary milik Chaterine.."

"Ya, benar. Tapi di mana mereka?"

Marcya memandang Marcel. Mereka teringat sesuatu, tiba-tiba Marcya berlari menuju cermin yang ada di dinding ruang tamu.

Untuk kedua kalinya Marcya menatap kaca berbingkai modern itu dengan heran.

Wajah di cermin itu seperti wajah di foto diary!!

Marcel mengelus punggung Marcya. Menenangkan perasaan kesal yang berulang.

"Sudahlah. Aku yakin semuanya akan berlalu. Dan kita akan kembali ke rumah kita."

"Tetapi.."

Marcel menempelkan telapak tangannya ke pipi Marcya.

"Aku masih di sisimu. Tenanglah..."

"Baiklah. Aku ingin tidur. Aku bingung sekali."

"Tidurlah. Aku akan duduk di sofa kamar bersamamu."

Marcya menganggukkan kepalanya. Lalu berjalan ke kamar. Marcel mengikuti di belakang punggungnya sambil membawa botol minuman dan makanan ringan dari lemari es.

Marcya segera naik ke tempat tidur. Di bawah selimut tebal dan AC dingin.

Akhirnya Marcya tertidur.

Marcel memandang kekasihnya. Belum jelas apa yang akan terjadi besok.

Marcel menghela napas. Menghirupnya dalam-dalam. Pikirannya masih bingung. Tidak tahu harus berbuat apa. Yang paling mengganggu Marcel adalah tidak mengetahui apakah jari-jarinya akan tetap sama selamanya atau tidak.

Marcel juga tertidur. Dengan posisi duduk dan tangan masih memegang ponsel yang terdapat di meja ruang tamu.

Ada foto Rafael dan seorang wanita cantik di wallpaper ponselnya. Wanita itu adalah Catherine. Orang yang menulis di buku harian tadi.

+++

Ini sudah sore. Marcya terbangun dari tidurnya. Melihat Marcel tertidur di sofa.

. Mengapa Marcel tidur di sana? kasurnya berukuran king. Dia bisa tidur di sana

Marcya ingin membangunkannya.

Melihat wajahnya yang masih terlihat lelah. Marcya jadi mengurungkan niatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!