PBMM 5

-Puih....

Casey melepeh kembali makanan yang baru saja masuk ke mulutnya. Dan itu langsung mengenai pakaian Daley. "Rasanya tidak enak!" protesnya cadel.

Mellan menghela napas, kemudian memberi tisu pada Daley untuk membersihkan lepehan Casey di bajunya. Dia lalu mengusap kedua pipi putra Ellard yang agaknya tidak diajarkan kesopanan dengan baik.

"Casey... Casey bisa lihat-lihat kalau mau mengeluarkan lagi makanannya. Kasihan kan, ada Paman di samping," tegurnya.

"Daley?"

Mellan mengernyit tipis, sepertinya Casey terbiasa memanggil Daley tanpa sebutan paman, dan sepertinya Casey terbiasa hidup yang dibenarkan meski berbuat salah. Pantas jika anak ini cukup kekeuh dengan traumanya.

Untuk bisa hidup normal kembali, pertama- tama Casey harus punya kemauan untuk sembuh. Kedua Casey harus bisa menghargai diri sendiri terutama orang di sekelilingnya.

Kepedulian kepedulian itulah yang akan membuat Casey segera ingin melakukan perubahan dalam hidup gelapnya; contohnya melihat siapa orang yang membantunya.

"Uncle Daley, Baby, panggil Uncle untuk yang lebih tua." Mellan kembali bertutur.

Di desanya Mellan dididik oleh ibu yang sabar dan ayah yang penyayang. Melihat Casey bersikap tidak sopan membuat Mellan ingin mengomentarinya.

Ellard meletakkan garpu dan pisau dengan manik yang berputar malas. Melihat putra kesayangannya dituturi rasanya tidak enak.

"Kau mau membuat Casey kenyang hanya dengan ceramah mu?"

Sontak, Mellan ingin sekali menatap lelaki bengis nan seenaknya itu. Beginilah sosok ayah yang tidak mau anaknya sembuh.

"Tapi melepeh makanan di pakaian orang yang lebih tua itu tidak baik. Bukankah Casey harus minta maaf jika berbuat kurang ajar? Itu akan membantunya memiliki sikap lembut dan tidak keras kepala."

"Kau!" Ellard menautkan alisnya. Berani beraninya gadis lemah seperti Mellan menampik ucapannya. "Casey tidak akan pernah minta maaf kau dengar?"

"Em solly, Uncle Daley." Ellard dan Mellan menoleh ke arah anak itu. Terlihat sekali manisnya saat Casey tersenyum dan memohon maaf pada asisten pribadinya.

"I-iya, Tuan muda." Daley justru merasa hal tersebut sangat aneh jika dilakukan oleh Casey yang cukup pembangkang.

"Casey mau makan lagi, Mommy."

Mellan melirik ke arah Ellard yang kelihatannya cukup tersinggung dengan perilaku memohon putranya. Dengan itu, Mellan telah membuktikan bahwa Casey menyukai aturan yang dibuat oleh Mellan.

"Anak Mommy anak pintar." Mellan mengecup Casey yang tersenyum. Sementara Ellard melanjutkan makan dengan dingin, dia yang meminta bantuan pada Mellan, tapi kesal melihat Casey lebih mendengar ucapan gadis itu.

...*/*/*/*/*/*...

"Tidak apa-apa, jangan takut. Ada Casey di sini bersama mu, Mommy." Casey membawa Mellan masuk ke dalam kamar yang sangat sangat teramat gelap.

Saat malam hari, Casey membuka penutup matanya. Anak itu akan tidur tanpa penutup mata, tapi dengan catatan harus tidak ada setitik pun cahaya.

Bagi Casey mungkin biasa. Dia bahkan hapal dengan apa-apa yang ada di dalam kamarnya. Jelas Casey tahu jalan meski di tempat yang sangat gelap bagi Mellan.

"Lewat sini." Casey menunjukkan jalan tapi Mellan sendiri tak tahu ke mana dia harus berjalan. Sampai dia menabrak sesuatu yang cukup keras, Mellan merabanya.

"Mmmh..." Mellan tahu yang dia sentuh dada bidang seseorang, tapi ia ingin memastikan sekali lagi dengan meraba bagian leher dan pipi berjambangnya.

"Kau berusaha menggoda ku?" Mellan tersentak, percayalah, kedua mulut mereka hanya berjarak tipis, keduanya bahkan bisa merasakan embusan napas satu sama lain.

"Sudah ku bilang, jangan pernah menggoda ku!"

"Mmmh..." Mellan tak mau menyahuti Ellard yang terus membuatnya berdesir. -Lama-lama aku bisa mati berdiri jika terus di sisinya...

"Kemari lah Mommy."

"Iya Sayang..." Mellan meraba udara, berusaha lebih keras untuk bisa mendengar di mana asal suara Casey dan menuju ke arahnya.

"Awh!" Mellan meringis. Tulang kering kaki Mellan sampai harus terpentok sudut ranjang.

"Kau ini menyusahkan sekali!" Ellard meraih tubuh gadis itu lalu menggendongnya untuk diletakkan di sisi Casey dengan cara kasar.

"Pelan sedikit, Ellard!" Mellan protes, Ellard mungkin sudah terbiasa dengan kamar ini, tapi Mellan tidak.

Casey tertawa, akhirnya dia mendengar sosok ibunya memanggil nama ayahnya. "Kalian manis sekali."

Mellan tersenyum, lekas ia memeluk Casey yang meraba perutnya. Tapi kemudian Mellan merasakan ada derit yang menandakan ada seseorang di sisinya.

"Kau sedang apa di sini?" tukasnya.

"Apa di sini bisa bermain golf?"

"A-apa, golf?" Mellan rasa pertanyaan Ellard ambigu. "M-maksud ku. Kau kenapa tidur di sini juga?" tanyanya.

Terdengar tipis tawa Ellard. "Kau pikir aku akan membiarkan putraku tidur dengan orang asing begitu?"

Mellan terkekeh. "Kau meminta bantuan ku tapi mencurigai ku terus..." Seketika Mellan membeku merasai hunusan pistol tepat di dadanya. "A-apa tidak bisa benda mu itu diletakkan saja?"

"Dia bagian dari hidup ku," bisik Ellard.

Mellan memejamkan matanya. Ah, Tuhan, bisa-bisanya Mellan meremang saat bibir berewok itu menyentuh telinganya. -Dia tidak mau digoda tapi terus menggoda ku...

"Kenapa kalian bisik-bisik?"

"Tidak apa-apa jagoan." Mellan beralih memeluk Casey. "Mari kita tidur," ajaknya.

Mellan mulai mengusap usap kepala anak asuhnya dengan harapan Casey segera tidur dan dirinya akan ikut tidur. Ya, tidur di sisi dua makhluk tampan yang sangat aneh.

Dilimpahkan kekayaan, tapi juga didera kemalangan. Mellan menjadi iba pada tuan kecil yang tampan ini.

Casey pasti tersiksa karena tak bisa melihat cahaya yang sangat indah. Casey pasti belum pernah melihat warna pelangi, warna langit dan lain sebagainya.

Apa pun itu... Mellan hanya bisa pasrah dan berharap pada malamnya, semoga Casey cepat sembuh dan dia bisa cepat bebas dari jerat psikopat kaya seperti Ellard.

Sampai getaran dari panggilan telepon terasa di dadanya, Mellan menggeliat kecil, dirinya hampir berteriak saat mendapati paha dan kakinya telah menyeberang di tubuh Ellard.

Mellan tidak bodoh, dia tahu pahanya menekan milik Ellard yang mengeras sangat tajam di bawah sana.

"Jangan berteriak!" Beruntung, Ellard Myles menutup mulutnya yang hampir saja membangunkan tidur nyaman Casey.

Keduanya sempat saling tatap saat Ellard dengan sengaja menyalakan lampu flash ponselnya.

"Kau bangun karena aku?" Mellan terkikik kecil, yang mana membuat Ellard segera menepis lutut gadis itu secara kasar. "Ini kebiasaan pagi harinya. Bukan karena mu!"

Ellard terlihat gugup dan manis. Entah lah, gambaran seram Ellard kemarin sudah hilang diganti dengan kegemasan Mellan terhadap pria berotot itu.

"Kalau pun terbangun karena ku. Bukankah itu disebut normal, Ellard?"

"Jangan pernah bermimpi bisa menggodaku! Lakukan saja tugas-tugas mu di sini. Ini hari pertama mu untuk mengikuti terapi Casey bersama Edgar. Ingat! Waktu hidup kalian hanya dua bulan dari sekarang, atau lenyap jika tidak berhasil membuat putra ku melihat!"

Ellard bertolak keluar dengan langkah yang sepertinya sudah sangat hapal dengan bagian-bagian kamar gelap ini.

Mellan terkikik kecil, ternyata begini rasanya terbangun di sisi pria seksi, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Terpopuler

Comments

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Haishhhhh Mellan.... kenapa juga kamu selalu berdebar????🥴🥴🥴🥴🥴

2025-02-10

0

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

bagus mellan jgn takut sama ell

2025-02-10

0

guntur 1609

guntur 1609

ia kah.alasan sj

2024-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!