Nasib baik tampaknya masih belum mau menghampiri Azkia. Setelah pernikahannya, kesialan demi kesialan serta penderitaan seakan setia mendampingi langkahnya.
Jalanan yang biasanya lancar entah kenapa tiba – tiba saja macet total setelah kecelakaan yang terjadi dibeberapa ruas jalan akibat oli yang tercecer dijalan.
Bukan hanya Azkia yang kena maki dengan kata – kata kasar oleh Ardan, sang supir dan assisten pribadinya yang ikut bersama sang istri juga terkena imbasnya.
“ Maaf ya pak….”
“ Gara – gara saya pak Somad dan pak Roby jadi kena marah suami saya….”, ucap Azkia merasa bersalah.
“ Tidak apa – apa nya…”
“ Ini juga bukan salah nyonya...."
" KIta mana tau jika disini akan terjadi kecelakaan hingga terlambat sampai rumah akibat terjebak macet…”, ucap Somad berusaha menenangkan kekhawatiran majikannya meski dia sendiri ketar – ketir menghadapi kemarahan Ardan nanti.
Beberapa kali Ardan menghembuskan nafas secara kasar waktu menatap GPS dalam ponselnya yang masih belum ada pergerakan yang berarti.
Tanpa Azkia sadari, Ardan telah memasang pelacak dalam ponsel istrinya itu sehingga dia bisa mengetahui keberadaan Azkia meski didalam rumah sudah ada cctv.
Hal ini dia gunakan supaya sang istri bisa terlacak seandainya Azkia berniat melarikan diri sebelum balas dendamnya usai.
Saat tiba didalam rumah, Azkia disambut tatapan sinis Ardan yang seolah menyalahkan dirinya karena terlambat pulang kerumah.
Azkia meringis dalam hati dan merasakan sebuah bahaya sedang berjalan kearahnya, entah kenapa Ardan selalu saja mencari – cari cela untuk bisa menyalahkan dirinya atas apapun itu.
Semua hal yang dilakukan oleh Azkia terasa salah dimata Ardan sehingga membuat suaminya itu marah dan menghukumnya.
“ Sudah berani membangkang kamu rupanya….”
“ Bukankah sudah kubilang agar pulang kerumah sebelum aku pulang dari kantor….”, bentak Ardan kesal.
“ Bukan salahku jika ada kecelakaan dijalan raya….”
“ Jika mas tak percaya, mas bisa langsung bertanya pada pak Roby dan pak Somad…. ”, jawab Azkia memberi penjelasan
“ Banyak bicara kamu….”
“ Cepat masak dan buatkan aku makan malam sekarang….”, perintah Ardan tajam.
Tak ingin membuat suaminya bertambah marah, Azkia pun melangkahkan kakinya menuju kearah dapur untuk membuat makan malam buat Ardan.
“ Semua bahan sudah saya siapakan didalam kulkas non….”, bisik bik Mina pelan.
Meski Ardan sangat kejam, untungnya para pekerja didalam rumah ini sangat baik terhadap Azkia termasuk bik Mina yang sering membantunya secara sembunyi – sembunyi.
Tak perlu waktu yang lama, Azkia pun sudah berkutat dengan berbagai peralatan didapur dan memastikan agar masakannya sesuai dengan lidah Ardan agar tak ada drama piring pecah atau makanan tumpah dilantai malam ini.
Setelah berkutat selama dua puluh lima menit, akhirnya masakan untuk makan malam sang suamipun telah matang.
“ Mas, makanannya sudah siap….”, ucap Azkia setelah menata apik masakannya diatas meja makan.
Ardan berjalan menuju meja makan sambil memicingkan satu matanya menatap dua menu simple namun menggugah selera yang tertata apik diatas meja.
Azkia beberapa kali menelan ludah waktu melihat Ardan memakan ayam goreng mentega dan tumis kangkung udang yang merupakan makanan kesukaannya.
Meski begitu, dia hanya bisa berdiri diam disamping meja makan sampai Ardan selesai makan dan berharap suaminya itu menyisakan lauk untuk dia makan malam ini.
Beberapa kali Azkia terlihat menelan ludahnya dengan susah payah sambil berusaha menahan rasa perih dalam perutnya.
Tadi, karena asyik bercerita dengan sang papa, Azkia melupakan makan siangnya. Alhasil sekarang perutnya keroncongan karena pagi tadi hanya diisi oleh selembar roti tawar.
Sesuai peraturan yang dibuat oleh Ardan, Azkia harus memasak dan membersihkan rumah meski ada pembantu disana.
Dan dia hanya diperbolehkan makan sisa makanannya. Jika tidak ada maka Azkia harus rela untuk berpuasa hingga Ardan kembali menyuruhnya memasak.
“ Ngapain berdiri disitu…”
“ Pergi mandi sana, tubuhmu bau asap….”, ucap Ardan sambil mengibaskan satu tangannya mengusir sang istri.
Azkia pun berjalan mundur tanpa suara sambil menekan cacing – cacing yang mulai kelaparan dalam perutnya.
Selama ini Ardan tak pernah mengajak Azkia duduk bersama dimeja makan dan menyantap hidangan yang tersedia diatas meja.
Azkia hanya diperbolehkan berdiri disamping meja makan hingga Ardan selesai menyantap makanan yang tersedia diatas meja tanpa bersuara.
Istrinya itu baru diperbolehkan makan setelah Ardan selesai makan itupun tidak boleh dimeja makan harus didapur bersama para pelayan yang lainnya kecuali ada tamu atau anggota keluarganya datang.
Jika tidak, maka Ardan akan menyuruhnya pergi dengan alasan tubuhnya bau asap seperti malam ini yang secara tidak langsung sebagai isyarat jika Azkia tidak diperbolehkan makan malam ini.
Ardan yang sangat kelaparan melahap habis masakan yang dibuat oleh sang istri hingga habis tak bersisa dan hanya meninggalkan piring kotor diatas meja makan.
Sementara itu didalam kamar, Azkia sudah membersihkan diri didalam kamar mandi agar tak memancing kemarahan sang suami.
Setelah selesai mandi, Azkia yang baru saja mengeringkan rambut panjangnya mendapati Ardan didalam kamar sedang menatapnya penuh gairah.
Azkia yang menyadari jika malam ini suaminya itu akan kembali memangsanya dengan rakus berjalan pasrah kearah Ardan sebelum lelaki itu marah dan berbuat hal buruk terhadapnya.
Hanya dengan satu kali sentakan, tali simpul yang mengikat handuk kimono yang membalut tubuh Azkia terlepas dan memperlihatkan tubuh indahnya.
Ardan beberapa kali terlihat menelan ludahnya menatap keindahan yang terpampang jelas dimatanya dengan tatapan penuh nafsu.
Tak menunggu lama, Ardan segera menarik pinggang Azkia dan mengendus leher jenjang istrinya itu sambil sesekali mengecup dan menggigitnya hingga meninggalkan bekas unggu kemerahan.
Tak butuh lama, tubuh Azkia pun segera dibanting dengan kasar oleh Ardian keatas ranjang dan siap dipergunakan untuk memuaskan nafsunya.
Azkia yang tak memiliki tenaga karena kelaparan hanya bisa diam dan pasrah terhadap nasib buruk yang malam ini kembali dia alami.
Tanpa pemanasan, Ardan langsung memasuki Azkia hingga membuat gadis tersebut menjerit kesakitan dan membuat Ardan semakin beranfsu dan bertambah liar.
“ Mendesahlah !!!....”, perintah Ardian sambil meremas p******a Azkia dengan kasar.
Tak ingin membuat Ardan marah dan semakin menyakitinya, Azkia pun mulai mengeluarkan nyanyian merdu dengan mulut terbuka sambil berderai air mata.
Diantara rasa sakit dan putus asanya, Azkia berusaha untuk menikmati setiap sentuhan sang suami yang jauh dari kata lembut tersebut.
Azkia berusaha untuk melebur rasa sakit yang ada dengan rasa nikmat yang hadir meski hal tersebut sulit untuk direalisasikan.
Suara nyanyian akibat pergumulan panas malam tersebut diiringi dengan jerit dan tangisan membuat Ardan semakin bersemangat.
Jiwa psikopat dalam diri Ardan terasa terpuaskan setiap kali suara rintihan dan jeritan kesakitan keluar dari bibir munggil istrinya.
Semakin Azkia kesakitan maka nafsu Ardan semakin bergelora hingga pelepasan demi pelapasan berhasil dia dapatkan.
Setelah puas, dia langsung meninggalkan Azkia begitu saja seperti malam – malam sebelumnya dan keluar dari dalam kamar tanpa rasa bersalah.
“ Sampai kapan aku harus hidup dalam neraka ini…”, ucap Azkia sambil terisak.
Karena terlalu lemah Azkia hanya mampu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya yang penuh dengan memar serta luka cakaran dan gigitan.
Meski terasa sakit dan perih karena luka tersebut mengeluarkan darah namun Azkia tak mampu untuk duduk dan mengoleskan obat dilukanya.
Karena tenaganya telah habis terkuras Azkia pun langsung terlelap dalam kondisi benar - benar mengenaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Annie Soe..
Benar2 suami luckn*t kau ardian..
2024-05-17
1
guntur 1609
racun saja sdh. mampus kkau ardan. bntr lagi kau akan menyesal
2023-12-23
0
Fitrian Delli
suami laknat nyesal lo br tau rasa lo
2023-12-15
0