BAB 2

Ardan cukup lihai memainkan perannya sebagai suami yang baik sehingga seluruh anggota keluarga percaya dengan semua perkataan dan sikap yang ditunjukkan didepan semua orang pagi ini.

Selesai sarapan, Ardan melangkahkan kaki menuju kekamarnya setelah sebelumnya dia mampir ke apotik didepan hotel untuk membeli obat.

“ Minum ini….”

“ Aku tak sudi anakku lahir dari rahimmu….”, ucap Ardan sinis sambil melempar pil kb ke hadapan Azkia.

Ucapan Ardan yang kasar dan tajam langsung menusuk tepat dijantung Azkia hingga membuatnya hanya bisa menatap wajah suaminya dengan kedua mata berkaca – kaca penuh kemarahan tanpa bisa berkata – kata.

Melihat Azkia tak menanggapi ucapannya, Ardan langsung membuka pil kb yang baru saja dibelinya diapotik dan mencengkeram wajah istrinya, memasukkan pil kb tersebut ke mulut sang istri dengan kasar.

“ Telan….”, teriak Ardan sambil menutup mulut Azkia dengan kasar.

Setelah memastikan pil kb tersebut masuk kedalam tenggorokan Azkia, Ardan pun langsung melepaskan cengkeraman tangannya didagu sang istri.

“ Untuk selanjutnya\, jangan lupa meminum pil ini setiap hari karena aku tak mau p*****r murahan sepertimu melahirkan anakku…. ”, bentak Ardan kasar.

Mendengar kembali ucapan kasar yang keluar dari mulut lelaki yang baru genap satu hari menjadi suaminya itu, tak terasa air mata Azkia kembali jatuh.

“ Mas, izinkan aku menjelaskan semuanya….”, ucap Azkia dengan tatapan penuh permohonan.

Meski perih namun Azkia berusaha untuk menjalin komunikasi dengan sang suami agar pernikahan yang baru seumur jagung ini bisa diselamatkan.

“ Tidak ada yang perlu kamu jelaskan !!!….”

“ Tubuhmu sudah menjadi bukti jika kamu hanyalah seorang j****g tak tahu diri !!!!...”

“ Semua yang akan keluar dari mulut kotormu itu tak akan bisa mengembalikan kepercayaan dalam diriku !!!….”, seru Ardan dengan nada tinggi, membungkam Azkia yang akan kembali bersuara.

Tatapan mata Ardan yang tajam dan menohok membuat Azkia menelan kembali kata – kata yang hampir terlontar dari mulutnya.

Dengan punggung tangannya, Azkia mengusap air mata yang kembali mengalir dengan derasnya tanpa diminta.

Bukannya iba melihat air mata Azkia, justru Ardan semakin membenci istrinya itu karena menganggap jika gadis itu hanya ingin menarik rasa simpatinya saja.

“ Berhentilah menangis….”

“ Sampai kapanpun, air mata buayamu itu tak akan sanggup meluluhkan hatiku…”

“ Dasar J****g !!!....”\, ucap Ardan kasar.

Azkia yang terus menerus mendapatkan kata – kata kasar dari sang suami pada akhirnya sudah tak tahan lagi dan  berusaha untuk melawan.

“ Cukup mas !!!….”

“ Aku tak tahu kenapa kamu sangat membenciku !!!….”

“ Tapi, aku tak terima kamu rendahkan seperti itu hanya karena aku sudah tak perawan lagi !!!….”, ucap Azkia dengan tatapan nyalang.

Cukup sudah bagi Azkia untuk pasrah atas semua perbuatan dan peerkataan kasar yang terlontar dari mulut Ardan.

Dia tak terima direndahkan seperti itu oleh suaminya hanya karena dia sudah tak perawan lagi tanpa lelaki itu mendengarkan penjelasan darinya.

Ardan yang merasa jika Azkia sudah berani melawannya segera mendorong tubuh munggil istrinya tersebut hingga membentur dinding dan mencengkeram rahang Azkia dengan kasar.

“ Mau melawanku ha….”

“ Punya nyali ?....”, geram Ardan dengan sorot mata penuh amarah, kebencian dan dendam yang sangat dalam.

Tubuh Azkia sedikit bergetar waktu melihat tatapan tajam Ardan terhadapnya, namun sebisa mungkin Azkia berusaha untuk tetap tenang.

Ardan yang sudah dilingkupi kabut kemarahan merasa tertantang waktu melihat Azkia berani menatap tajam kepadanya.

“ Aku bisa saja membunuhmu saat ini juga untuk membalaskan dendamku….”

“ Tapi itu tak sebanding dengan sakit hati yang keluargaku rasakan selama ini….”

“ Jadi, aku akan membuatmu menderita seumur hidup bersamaku….”

“ Dan jika kamu berani melawanku maka jangan salahkan aku jika menyeret papamu untuk merasakan penderitaan bersamamu…”, ucap Ardan penuh ancaman.

Mendengar Ardan menyebut nama papanya dalam kemarahannya, nyali Azkia pun langsung menciut karena dia tak ingin satu – satunya keluarga yang dia miliki ikut menderita bersamanya.

“ Apa maksudmu mas ?….”

“ Kenapa kamu membawa nama papa dalam masalah ini ?...”, tanya Azkia dengan suara serak dan kedua mata berkabut.

Melihat nada ketakutan dalam suara Azkia, hati Ardan tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat gadis itu dalam genggamannya.

“ Menurutlah….”

“ Maka, aku tak akan mengusik ketenangan papamu….”, ucap Ardan penuh penekanan.

Ada seringai sinis penuh kemenangan waktu Ardan melihat tubuh Azkia merosot kelantai dengan tatapan kosong dan beruarai air mata.

Ucapan Ardan membuat dunia Azka seakan hancur seketika dalam sekejap mata. Bahkan air mata dan seluruh tangisan yang sedari tadi dia keluarkan tak mampu membuat hatinya merasa lega.

Ardan menunduk dan jemarinya kembali mencengkeram rahang Azkia, memaksa gadis itu untuk kembali menatap matanya.

“ Ingatlah….”

“ Mulai hari ini kehidupanmu akan seperti dineraka….”

“ Karena kamu harus membayar kematian kakak kembarku dengan air mata dan kehidupanmu….”, ucap Ardan sambil menghempaskan wajah Azkia kesamping dengan kasar.

Air mata Azkia langsung mengucur dengan deras waktu dia kembali mengingat tentang kematian Ardi, saudara kembar suaminya satu tahun yang lalu.

“ Kematian mas Ardi bukan salahku….”

“ Dia meninggal karena kecelakaan….”

“ Semua murni karena kecelakaan karena tak ditemukan adanya sabotase atau apapun dimobilnya….”

“ Tapi, kenapa kamu masih terus menyalahkanku akan hal itu….”, ucap Azkia sesenggukan.

“ Tutup mulutmu j****g !!!....”\, hardik Ardan kasar.

Ingin sekali Ardan mencekik dan menghabisi nyawa Azkia waktu mendengar gadis itu kembali mengelak akan kesalahannya, tapi dia urungkan.

Tujuannya saat ini bukanlah membunuh Azkia karena kematian sangat mudah bagi gadis yang telah merengut nyawa kakak kembarnya itu.

Dia ingin menyiksa Azkia seumur hidup dan membuat gadis itu merasakan sakitnya penolakan dari orang yang sangat dia cintai.

Ya…Ardan tahu jika Azkia sangat mencintai dirinya. Maka dari itu Ardan akan membalas perlakuan Azkia yang berulang kali menolak pernyataan cinta dari  kakak kembarnya tersebut hingga menyebabkan mental Ardi down.

“ Aku akan membuat kamu merasa putus asa seperti apa yang kak Ardi rasakan akibat penolakan demi penolakan yang kamu berikan kepadanya….”, ucap Ardan dengan sorot mata tajam dan membunuh.

Tatapan tajam dan setiap kata yang Ardan ucapkan dengan penuh kemarahan serta dendam membuat tubuh Azkia menggigil ketakutan.

“ Aku tidak tahu apa yang kakak ku lihat dari wanita murahan seperti dirimu !!!....”, ucap Ardan sinis.

Beberapa kaset lama kembali berputar dikepala Ardan membuat kepalanya berdenyut dengan kencang hingga tubuhnya lemas seketika.

Azkia yang masih meringkuk di tembok perlahan menengadahkan kepalanya waktu mendengar  Ardan menjerit sambil memegangi kepalanya, terduduk dilantai kesakitan dan berusaha untuk menenangkannya.

“ Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu !!!....”, Ardan menghempaskan dengan kasar tangan Azkia yang berusaha untuk menyentuhnya.

Azkia yang melihat kedua mata Ardan yang memerah menahan amarah hanya bisa terdiam ditempatnya tanpa bisa melakukan apapun.

Setelah rasa sakit dikepalanya sedikit reda, dengan langkah terhuyung – huyung Ardan membuka tas ransel yang ada didalam almari, mengambil sebutir obat dan langsung menelannya.

Melihat Ardan sudah tertidur diatas ranjang, diam – diam Azkia melangkah keluar kamar untuk mencari makan karena tubuhnya sudah sangat lemah tak bertenaga dan perutnya kembali berdemo minta diisi.

Tak lupa dia memakai topi dan masker untuk menyamarkan wajahnya yang bengkak akibat penyiksaan yang suaminya lakukan semalam.

Selama perjalanan menuju restoran, Azkia terus memikirkan semua perkataan Ardan mengenai Ardi yang meninggal akibat perlakuan dan ucapan kasar yang telah dilontarkannya.

Dia sama sekali tak mengetahui jika penolakan atas lamaran romantis yang diberikan oleh Ardi kepadanya akan berakibat fatal seperti ini.

“ Apakah mas Ardi benar – benar terluka atas penolakan yang kuberikan kepadanya?....”

“ Tapi malam itu aku ingat dengan jelas jika mas Ardi dan aku sepakat untuk berteman saja….”,

“ Itupun juga atas permohonan dari mas Ardi yang bahkan rela bersujud dihadapanku agar aku mau berteman dengannya setelah penolakan yang aku berikan agar aku tak menjauhinya…”.

“ Karena merasa tak enak hati, akupun menyetujuinya….”

“ Lalu, salahku dimana ?.…”, batin Azkia perih.

Meski Ardi dan Ardan adalah saudara kembar yang wajahnya sangat mirip, tapi entah kenapa hati Azkia lebih condong kepada Ardan yang memiliki jiwa lebih bebas jika dibandingkan dengan Ardi sang kakak.

Alasan itu jugalah yang membuat Azkia selama ini selalu menolak semua ungkapan perasaan Ardi yang diberikan kepadanya.

Bahkan Azkia juga menolak waktu Ardi melamarnya dengan romantis disebuah restoran bintang lima satu setengah tahun yang lalu karena dia sama sekali tak memiliki perasaan apapun terhadap saudara kembar suaminya tersebut.

“ Jika tahu begini, mungkin aku dulu menerima pertukaran pelajar antara negara yang diadakan dikampus sehingga mas Ardi bisa melupakanku….”, guman Azkia penuh penyesalan.

Terpopuler

Comments

S

S

Salah Azkia juga si meski awal pernikahan sdh salah niatnya dr laki laki tapi harusnya kekurangan yg bersifat krusial harus di katakan agar tak menimbulkan salah faham dan harus siap dg resikonya juga .lah klo malam pertama gak perawan ya pasti kecewa tu cowok merasa di bohongi.

2023-09-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!