Waktu menunjukkan jam satu lebih lima belas menit siang, sebuah taksi bandara berhenti di depan pagar sebuah rumah. Seorang lelaki tinggi, kulit putih, dan hidung mancung turun dari taksi ia melihat papan yang bertuliskan " Kos-an Putri Tante Rully" di sisi pagar rumah tersebut. Ia tersenyum miring kemudian berjalan masuk sambil menyeret koper yang ia bawa.
"Assalamualaikum... permisi bu kami dari yayasan ingin minta sumbangan? ", suara lelaki itu agak keras. Ia sengaja tidak memencet bel yang ada di samping pintu.
" Waalaikumsalam... ", suara dari dalam terdengar berjalan menuju pintu.
" Hei... bocah nakal kirain orang minta sumbangan betulan. Ibuk...mas Saga sudah datang" , teriak Rosmah pada majikannya yang di kenal dengan tante Rully.
"Lho lha piye tow (lho gimana sih) katanya sampai sini jam enam? ", tante Rully yang kaget menuju ruang tamu pasalnya sang putra memberitahu bahwa akan tiba di rumah sekitar pukul enam sore.
Tante Rully orang asli Jawa yang merantau di Kalimantan oleh sebabnya ia kadang masih menggunakan bahasa Jawa jika berbicara sehari - hari.
"Yah... nanti nggak kejutan dong ma ", jawab Saga sambil menjabat tangan ibunya mencium punggung tangannya kemudian berpelukan.
" Ayo masuk ke dalam! Rosmah antar kopernya Saga ke kamarnya! "
"Baik buk"
"Makan dulu ya... mama ambilkan? "
"Nggak ma, Saga masih kenyang sudah makan tadi sebelum terbang ke sini", sambil mengelus perutnya.
" Jadi gimana sudah positif kan kamu pindah kerja di sini? "
"Iya, kan mama yang minta"
"Lha wong kamu kalau mama nggak begitu, kamu malas pulang ke sini. Seperti nggak punya orangtua saja", sambil mencubit paha sang anak gemas.
" Aw... sakit ma"
"Umur kamu sekarang sudah berapa kelakuan masih kayak anak SMA hm...? "
"Baru dua tujuh belum genap"
"Baru dua tujuh? "
"Belum genap ma...belum genap"
"Ma, Saga baring di kamar dulu ya? "
"Ya sudah sana! "
Pukul lima lewat lima belas menit Atheya sampai di kos, sebelum masuk ke kamarnya ia melewati tempat yang biasa anak - anak kos berkumpul menonton TV atau santai. Di situ sudah ada Luluk yang sedang menonton TV dan Tari yang bermain ponsel.
"Cin... nanti malam di ajakin makan bersama tante Rully", ucap Tari tanpa melihat orang yang di ajaknya bicara.
Atheya mengernyit bingung siapa yang di ajak bicara.
" Kamu ngomong sama aku? " , Atheya bertanya sembari menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya.
"Ya iyalah, emang sama siapa... kucing? "
"Siapa tahu sama Luluk? "
"Dia mah nggak perlu di kasih tahu, nggak penting", Tari melirik Luluk.
" Sialan lo ya", Luluk tidak terima.
"Ada acara apa kita di ajakin makan malam bersama? "
"Anaknya datang, Saga yang semalam di omongin itu lho. Sebagai penyambutan"
"O iya tadi pagi kan mbak Rosmah belanja banyak, aku lupa", Atheya yang baru ingat.
"Bukan penyambutan sih kalau aku bilang, tepatnya syukuran karena anaknya mau pulang. Hihihi", celetuk Luluk.
" Hush, kalau di dengar tante Rully nggak enak" , Tari memperingati sambil matanya melotot ke arah Luluk.
"Ups... maaf? "
"Hati - hati kalau bicara! ", lanjut Tari.
" Ya sudah makasih infonya Tar, aku ke kamar dulu! ", pamit Atheya.
"Siip"
Malam harinya pukul tujuh semua anak kos makan bersama dengan keluarga tante Rully. Banyak sekali makanan yang tersaji.
Mereka makan di bawah beralaskan karpet sebab jika di meja makan tidak akan cukup.
"Nih ya...tante itu seneng banget karena anak tante yang pertama mau pulang makanya tante ngadain makan bersama, sebagai rasa syukur tante", tante Rully yang tiba - tiba membuka suara di tengah - tengah acara makan.
Semua memperhatikan tante Rully dan mendengarkan apa yang di sampaikan.
Sementara Saga tidak memperdulikan yang di sampaikan oleh mamanya lantaran pandangannya fokus pada seorang perempuan berambut panjang lurus yang ada di sebrang.
'Siapa cewek itu? aku sepertinya nggak pernah lihat. Kalau yang lain aku masih ingat", batin Saga penasaran masih tidak mengalihkan pandangannya. Justru semakin dalam. Hingga ia di kagetkan suara yang berada di sampingnya.
"Bang makan, malah melamun! ", Rasya yang melihat kakanya tidak menyendok - nyendok makanan yang ada di depannya.
Orang yang di tegur tidak menjawab hanya melanjutkan makannya.
Selesai makan menu utama, mereka belum bubar karena masih menikmati makanan penutup seperti kue dan buah.
"Sya, siapa cewek rambut panjang itu? Aku nggak pernah lihat, anak baru ya? ", bisik Saga di dekat telinga adiknya.
" Yang pakai baju biru itu? ", Rasya memastikan.
"Hm"
"Itu mbak Thea. Dia bukan anak baru, udah lama kos di sini. Abang aja yang nggak pernah ketemu sama dia. Makanya bang kalau di suruh pulang itu pulang. Ini... enak di Jakarta enak di Jakarta heh... ", Rasya mencibir kakanya.
Namun yang di cibir tidak menggubris sebab masih fokus pada perempuan berambut panjang. Ia tidak telalu cantik, sedang saja. Kulitnya juga tidak putih, hidungnya juga biasa tidak mancung. Tapi wajahnya terkesan tegas dan dingin membuat penasaran Saga.
'namanya Thea', batin Saga.
Di sisi lain, siapa yang tahu di tengah - tangan acara makan ada seseorang yang sebenarnya tidak nyaman. Sudah tidak betah berada di sana. Hanya saja ia harus menghormati tuan rumah. Orang itu adalah Atheya. Ia merasa tidak nyaman lantaran Saga yang memperhatikannya terus dari awal Ia duduk hingga saat ini. Ia merasa seperti di telanjangi karena pandangan Saga yang fokus terhadap dirinya dengan sorot mata tajam.
'Ya Tuhan tolong cepat selesai acara ini. Aku sudah tidak tahan berada di sini', dalam hati Atheya berdoa.
Beberapa menit kemudian acara makan malam pun selesai namun mereka masih duduk - duduk.
"Permisi tante, saya undur diri dulu ya soalnya masih ada yang mau saya kerjakan? ", Atheya yang sudah tidak tahan akhirnya menjadi orang pertama yang meninggalkan tempat itu.
" O silakan! Makasih ya Atheya? ", jawab tante Rully.
" Sama - sama tante, saya yang makasih sudah di undang. Permisi tante, semuanya duluan ya? "
"Oke", serempak teman - teman kosnya.
" Huft... akhirnya", Atheya menghela napas lega. Seperti seseorang yang bisa lolos dari kejaran preman.
Ia buru - buru menuju kamar, kemudian duduk di atas ranjang begitu masuk kamar dan mengunci pintu kamar.
"Ada apa sih sebenarnya? kenapa lihatin aku kayak gitu? ", ia bicara sendiri.
Setelahnya ia mengambil ponsel yang sedari tadi di kantonginya. Ia mulai berselancar memainkan ponsel sambil berbaring dan akhirnya ketiduran. Ia lupa jika belum melaksanakan shalat isya'. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit. Ia terbangun.
"Ya Tuhan aku belum shalat... ", pekiknya pelan.
Ia bergegas bangkit dari ranjangnya kemudian keluar untuk mengambil wudhu.
" Klek", suara pintu kamar Atheya yang di buka dari dalam.
Saga menoleh ke arah sumber suara, ia yang saat itu sedang berdiri merokok di rooftop. Ia melihat Atheya yang keluar dari kamar. Kebetulan yang menguntungkan, pasalnya posisi kamar Atheya terlihat dari rooftop. Desain kos-an tersebut memang terbuka di bagian depan kamar - kamar. Jadi tempat yang di gunakan anak - anak berkumpul menonton TV itu merupakan ruangan terbuka los. Jika ingin ke dapur atau ke kamar mandi sudah pasti melewati ruang tv. Di sebelah tempat TV terpasang ada tangga yang menuju ke lantai dua, lantai dimana pemilik kos tinggal. Lalu di dekat tangga tersebut ada pagar besi tinggi yang setiap malam di kunci sehingga orang tidak bisa asal keluar masuk area kamar penghuni kos. Jadi baik ruang TV atau tangga yang menuju lantai dua posisinya ada di dalam pagar besi yang desainnya celah - celah, dimana orang tidak bisa menerobos. Jangankan orang dewasa anak kecil saja tidak bisa masuk karena tidak muat di lalui badan.
"Jadi kamarnya di situ", gumam Saga sambil tersenyum misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments