Di sebuah sekolah menengah atas, lalu lalang siswa siswi berseragam putih abu - abu.
"Atheya... ", sapa seorang pria remaja dengan senyum hangat ketika berpapasan dengan seorang gadis yang ia sukai.
" Hai... ", balas si gadis dengan senyum sumringah.
Mata Atheya terbuka, hatinya berdebar merasa lilung ternyata ia bermimpi masa SMA.
"Huh... ", ia membuang nafas.
Kemudian duduk meraih ponsel di meja samping ranjangnya, waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
" Ya Tuhan mau sampai kapan aku memimpikannya ?", ucapnya sembari menyunggar rambut panjang lurusnya ke belakang dengan frustasi.
Mimpi yang ia alami pagi ini entah mimpi yang ke berapa kalinya. Mimpi di tempat dan waktu yang sama hanya situasi yang sedikit berbeda. Waktu semasa SMA, di sekolah, memakai seragam putih abu - abu.
Beberapa saat kemudian ia turun dari ranjangnya, menuju pintu untuk keluar mengambil air wudhu. Keadaan di kos-an masih lengang di jam tersebut.
Pukul setengah delapan Atheya bersiap untuk berangkat bekerja. Ia berjalan menaiki jalan berundak yang ada di samping kamarnya menuju keluar. Kamar kos-an memang berada di bawah sementara rumah atas di tempati pemilik kos-an.
"Berangkat mbak Theya? ", sapa mbak Rosmah yang merupakan pegawai di situ.
" Iya mbak Rosmah, yuk duluan! "
"Iya hati -hati"
Setiap hari pulang pergi bekerja Atheya menggunakan transportasi umum. Tempat ia bekerja tidak begitu jauh. Hanya sekitar lima belas menit jika tidak macet.
Sesampai di tempat kerja, ia langsung naik menuju lantai dua yang merupakan kantor tempat ia bekerja.
Lantai satu sendiri merupakan restoran.
Siang harinya, Atheya turun untuk beristirahat. Biasanya makan siang di bawah namun hari ini ia malas. Ia duduk di kursi depan kasir. Hanya ada beberapa tamu yang makan siang. Restoran ini di sebut juga restoran pusat. Di tempat ini tidak begitu ramai karena memang lebih fokus untuk kantor dan memasak, serta mess karyawan. Beda dengan di cabang yang lebih fokus untuk jualan, di sana lebih ramai. Di kota ini sendiri restoran cabang berada di beberapa mall. Sedangkan di beberapa kota lain juga ada cabangnya.
"Hei... kamu nggak makan? " tanya Nia kepada Atheya dengan posisi membungkuk lengannya di sandarkan pada meja.
"Kamu dari pagi ku perhatikan kelihatan kusut, seperti nggak semangat gitu. Nggak seperti biasanya ceria. Kenapa hm...? ", lanjut Nia sedang pertanyaan yang pertama saja belum di jawab Atheya.
" Aku lagi males"
"Males kenapa? Ada masalah? Ceritalah siapa tahu aku bisa kasih saran atau pendapat hehehe", kali ini Nia merubah posisi jadi duduk di kursi berhadapan dengan Atheya.
"Kamu pernah nggak mengalami mimpi yang berulang - ulang ? Di waktu yang sama, tempat yang sama hanya situasinya saja yang sedikit berbeda"
"Hm... sepertinya nggak pernah sih", Nia mencoba mengingat setiap mimpinya.
" Memang kamu mimpi seperti itu? ", lanjutnya.
" Iya"
"Mimpi apa?"
"Aku mimpi mantanku waktu SMA, aku sering mimpi kita masih sekolah"
"Kamu masih ada perasaan ya sama mantanmu itu? "
"Mungkin lebih ke arah merasa bersalah karena aku memutuskannya tanpa alasan yang jelas"
"Kok bisa begitu sih kamu... aneh? "
"Udahlah ceritanya lanjut nanti aja kalau aku udah waktunya pulang, biasanya kan jam segitu masih sepi"
"Iya sebisa kamu dan kalau aku nggak sibuk. O iya kamu makan gih! Nanti kamu kena lambung lo kalau telat makan. Aku ambilkan ya... mau menu karyawan atau yang lain? "
"Menu karyawan hari ini apa? "
"Tumis cumi"
"Ya udah itu aja sama minumnya air putih"
"Oke", Nia berlalu mengambilkan Atheya makan.
Nia adalah salah satu karyawan yang bertugas di dapur namun ia juga termasuk karyawan yang dekat dengan Atheya. Ia merasa senang berteman dengan Atheya karena menurutnya Atheya orangnya tidak sombong, baik, cantik pula.
Waktu berjalan hingga jam menunjukkan pukul lima sore dimana waktunya Atheya pulang. Sesuai kesepakatan dengan Nia tadi siang ia pun menceritakan apa yang menjadikannya tidak semangat hari ini.
"Bisa jadi sih itu mungkin karena rasa bersalah kalau aku dengerin ceritamu. Kamu minta maaf aja sama dia! ", saran Nia.
" Sudah, aku sudah minta maaf dan dia juga udah maafin aku"
"Kalau gitu berarti kamu dong yang belum bisa move on ? "
"Entahlah, yang pasti kalau aku belum bisa move on lantas kenapa aku biasa saja mengetahui dia yang menikah dengan orang yang satu sekolah denganku? "
"Apa? Maksud kamu mantanmu itu menikah sama teman satu sekolah denganmu ? "
"Iya"
"Kamu kenal? dekat sama perempuan itu? "
"Kenal. Dekat nggak terlalu sih tapi hubunganku dengan dia baik"
"Ya Tuhan..., dan kamu masih sering mimpi mantanmu sementara dia sudah menikah? "
"Hm, itu lah kenapa aku merasa lelah dengan mimpi ini. Aku nggak mengerti apa maksud mimpi ini? Kenapa berulang - ulang? Jika saja itu hanya sekali atau dua kali, itu wajar kan ? Tapi yang ku alami tidak begitu. Huh... jujur aku lelah Nia bahkan terkadang aku seperti tidak tahu arah tujuanku"
"Sabar ya...! ", Nia merangkul pundak Atheya. Ia merasa iba dengan yang di alami temannya itu.
Sampai di kos-an Atheya langsung pergi mandi, hari ini pulangnya agak telat karena ia tadi berbicara dengan Nia. Di luar kamar begitu ramai karena anak - anak kos berkumpul sambil menonton TV.
"Kalian pada ngomongin apa sih heboh banget? ", Atheya yang baru keluar dari kamar ikut bergabung.
" Eh kak Theya belum dengar ya? ", tanya Lia salah satu yang kos di situ.
Atheya menggeleng karena tidak tahu.
" Anaknya tante Rully yang di jakarta mau datang besok"
"Trus kenapa? "
"Kok 'kenapa? '. Eh kenapa ya? Nggak kenapa - kenapa sih hehehe"
"Dasar o'on lo " , sahut Nita sambil melempar Lia dengan bantal sofa.
"Hahaha", yang lain tertawa tak terkecuali Atheya.
Mereka yang saat ini berenam yaitu Lia, Nita, Tari, Yanti, Luluk, dan Atheya sedang penghuni kos yang lain berada di kamar.
" Hei, si Lia itu mau coba deketin anaknya tante Rully. Makanya dia heboh banget. Aku kasih tahu kamu ya Lia... anaknya tante Rully itu nggak bakal minat modelan kayak kamu", Yanti ceplas ceplos.
"Kenapa nggak, aku manis gini... imut lagi", Lia tidak mau kalah.
" Cih... ", Tari berdecih.
" Prett... " , Lulu dan Nita juga menanggapi bersamaan.
"Gedeg aku sama kamu Lia, PD mu selangit", ucap Yanti.
Atheya hanya tertawa melihat kekonyolan teman - teman satu kosnya.
Keesokan harinya seperti biasa ketika Atheya akan berangkat kerja ia melihat mbak Rosmah di bantu pak Yanto yang bekerja di situ juga sebagai tukang kebun yang berada di belakang rumah sedang menurunkan belanjaan dari mobil.
"Banyak banget belanjaannya mbak Rosmah? ", tanya Atheya.
" Iya mbak Theya, mau masak - masak buat menyambut kedatangan mas Saga"
"Saga? ", Theya baru mendengar nama itu.
" Itu lo anaknya ibu kos kita yang di Jakarta, yang di omongin Lia semalam tuh", sahut Yanti yang tiba - tiba muncul di belakang Atheya.
"Oh", Atheya baru tahu.
'namanya Saga', batin Atheya.
"Asyik makan gratis. Lumayan ngirit duit", ceplos Yanti.
" Yuk Thea jalan, kita naik angkot bareng! ", ajak Yanti.
" Kamu nggak bawa motor? "
"Bannya bocor. Males bawa ke bangkel"
"Eh Theya, kamu udah lama kos di sini tapi kok kayaknya nggak tahu Saga sih? O iya ya setiap Saga pulang kan kebetulan pas kamu pulang kampung juga. Lagian Saga juga jarang pulang", Yanti bertanya namun di jawabnya sendiri.
" Kayaknya aku aja yang nggak tahu Saga ya? "
"Sepertinya sih gitu. Tapi wajarlah kamu nggak tahu, dia emang jarang pulang kok. Sekalinya pulang pas kamu nggak ada di sini. Dia lebaran aja belum tentu pulang, padahal Jakarta - sini naik pesawat bentar aja"
"Hah... lebaran nggak pulang? Ke rumah orangtuanya sendiri loh? "
"Iya. Kalau dibilang nggak ada duit buat pulang nggak mungkin kan? Emang dasar orangnya aja yang begitu"
"Memang dia seperti apa orangnya? "
"Slow, cuek... ya gitu lah pokoknya. Susah di jelasin".
Setelahnya tak ada pembicaraan lagi di antara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments