Dan sesuai dugaan, esoknya Sakura datang ke perkumpulan mereka. Hal pertama yang dia lakukan adalah menyiram smoothie ke atas kepala Rara persis setelah dia memijak ruangan VIP itu.
"Lo gila, hah?" desisnya penuh murka. "Cewek macem lo berani godain suami gue? Lo kira lo pantes?!"
Tentu saja tidak. Kalau saja bukan Abimanyu yang datang, jangankan menggoda suami Sakura, menggoda suami orang yang biasa-biasa saja pun ia tak percaya diri.
Namun Rara harus bertingkah seperti pelakor. Tugasnya adalah menjadi pelakor di hubungan Abimanyu dan Sakura.
"Suami lo yang melas-melas sama gue," jawab Rara mendalami perannya.
Tentu saja ucapan itu mengundang tamparan. Suara terkesiap dari semua orang terdengar dan Sakura bahkan terlihat siap melakukannya lagi.
"Jelas-jelas lo yang godain suami gue! Lo enggak malu jadi pelakor, hah? Gue tau lo kebelet terkenal tapi bisa-bisanya lo ngira ngerebut suami gue bikin lo terkenal!"
"Abimanyu yang dateng—"
"Jangan berani nyebut nama suami gue!"
"Dia bilang mau cerai." Rara harus bertingkah tidak tahu malu tapi merasa benar dan layak membela diri. "Dia bilang dia udah mau cerai dari lama tapi lo mohon-mohon sama dia karena takut semua yang lo gembor-gemborin balik ngetawain lo."
Abimanyu tidak pernah bilang sampai sejauh itu tapi Rara harus berusaha sendiri, kan? Toh pada akhirnya memang harus dipanasi.
"Dasar enggak tau malu!"
"Bukannya lo juga sama?" balas Rara tajam. "Lo bilang kalian begini kalian begitu tapi nyatanya? Nyatanya dia ngemis ke gue, perempuan yang levelnya beda dari lo, karena dia sadar lo enggak seluar biasa yang lo pikir."
Sakura menjambak rambut Rara dan pertengkaran itupun menimbulkan kericuhan parah. Syukurnya itu tempat tertutup hingga hanya mereka yang melihat.
Aksi saling dorong mendorong pun terjadi. Sakura terus berteriak mengatai Rara menjijikan, tidak tahu malu merebut suaminya, bahkan berkata akan menghancurkan Rara di sosial media. Tapi ini adalah kesempatan.
Ini adalah kesempatan Rara untuk melihat betapa menjijikan circle pertemanan ini.
"Sakura, stop!" Hana mendorong Sakura dari Rara dan yang lain menarik Rara, seolah melindungi. "Lo enggak malu, hah?! Lo udah bohong sama kita semua, lo bohong sama semua orang soal hidup lo tapi sekarang lo malah ngamuk di sini?!"
"Kalian belain dia?! Pelakor kayak dia?!"
Tidak. Mereka tidak membela Rara. Tapi mereka mau menjatuhkan Sakura bahkan sekalipun harus mengangkat Rara. Dan karena kemarin Rara mengajak mereka ke salon, hari ini mereka jadi 'pasukan' Rara.
"Yang enggak tau malu di sini tuh elo, Sakura," kata Livia, orang yang diam-diam juga sering mengejek Sakura di belakang. "Kelakuan lo aja malu-maluin gimana laki lo enggak kabur? Lo minta dia setia sementara lo sendiri bikin dia jijik? So what kalo Rara jadi pelakor? Toh ujung-ujungnya suami lo yang duluan ngajak."
"Lo yang enggak tau malu, dasar tukang tipu!" teriak Sakura hilang kendali. "Lo pikir kita semua enggak tau lo dua kali oplas?!"
Rara tahu akan begini. Masalahnya adalah jadi masalah beramai-ramai karena pertengkaran wanita sangat penuh dengan kebencian tersembunyi.
Orang yang tadinya tidak punya urusan akan terseret dan masalah akan sangat lebar.
"Lo juga, Hana, lo kira gue enggak tau lo jualan tas palsu? Lo semua, lo pikir gue enggak tau aib kalian? Fine, lo belain si Miskin ini. Gue bongkar semuanya biar lo semua tau siapa sebenernya yang mesti nyesel!"
Rara juga memperkirakan ini. Ancaman Sakura bukan membuat takut namun menyulut amarah. Bukan hanya dia yang terkenal dan bukan hanya dia yang punya fans.
Begitu dia membongkar semua aib teman-temannya, maka teman-temannya pun akan membongkar aibnya hingga mereka saling serang.
Dan dari sanalah ... nama Rara akan naik pelan-pelan.
*
Rasanya benar-benar sangat kotor. Namun Rara menyadari bahwa semakin tinggi kalian naik justru semakin gelap dunia akan terlihat. Rara harus memilih antara dirinya atau orang lain.
"Lo enggak pa-pa, Ra?" tanya Caca lepas mereka mengusir Sakura.
"Si Crazy ***** sialan!" teriak Livia yang masih emosi. "Awas aja lo, anjing! Lo kira gue takut sama lo?!"
Hana menyambar minuman di meja. "Kalo beneran Sakura ngomong di sosmed, kita mesti kompak ngelawan."
"Sori, guys." Rara masih harus bertingkah. Berpura-pura sedih dan merasa bersalah untuk mendapat dukungan. "Sori banget. Gue harusnya enggak ngelibatin kalian."
"Ah, come on, Ra, santai aja." Mereka menghiburnya dan bahkan membantu Rara yang habis disiram smoothie.
Rara terus berkata bahwa ia menyesal, ia seharusnya tidak menerima rayuan Abimanyu dan sebagainya. Padahal Rara pelakor tapi mereka justru menghiburnya, berkata kalau Rara tidak salah melainkan Sakura memang tidak pantas diberi kesetiaan oleh laki-laki.
Begitu yakin itu cukup, Rara beranjak, pamit untuk pulang dulu karena kulitnya lengket. Ketika Rara pergi, semua orang di ruangan itu langsung memasang wajah serius.
"So, kita dukung Rara?"
Mereka mendiskusikan siapa yang harus mereka bela dalam kasus ini.
"Tapi emang harus banget?" Caca memutar matanya malas. "I mean like, ngapain juga kita jadiin dia princess? Rara kan bukan siapa-siapa. Kemarin dia punya duit juga dikasih kan sama lakinya Sakura."
"Enggak, intinya sekarang ya jatuhin Sakura dulu." Livia berucap penuh kebencian. Dia nampaknya marah karena Sakura mengungkit-ungkit soal oplasnya walau itu kenyataan. "Lagian kita juga yang untung kalo belain Rara. Kalian semua denger kan Abimanyu kayaknya manjain dia. Yang Rara mau kan ujung-ujungnya diakuin sama kita. So manfaatin itu buat nikmatin fasilitas yang dikasih Abimanyu ke dia."
Hana tertawa. "Lo semua kenapa busuk banget, sih?"
Caca melemparnya. "Kayak lo enggak."
Sedangkan Rara yang pergi (meskipun sebagian besar tahu bahwa mereka pasti sedang sibuk bicara buruk) kini memilih menghubungi Abimanyu.
"Ya?" kata pria itu sesaat setelah mengangkatnya.
"Sakura datengin saya." Rara merasa harus memberitahunya. "Saya bilang kamu yang melas-melas sama saya."
"Hm." Dia malah bergumam seolah tidak peduli.
"Terus dia juga ngajak yang lain berantem. Besar kemungkinan dia bakal ngalihin topik soal artikel dia ke persoalan selingkuh. Ngaku ke publik kalau kamu selingkuh sama saya biar semua orang kasihan dan belain dia."
"Enggak ada masalah."
Itu masalah besar, dasar orang yang tidak peduli jalan kerja dunia.
"Kalo gara-gara ini saya dihujat sama orang lain, kamu siap tanggung jawab? Kalo kamu sampe lepas tangan, saya bakal lakuin apa pun buat balikin semuanya ke kamu."
"Emang buat apa kamu takut?" balas dia cuek. "Kamu kira saya orang bodoh yang ngelakuin sesuatu sambil ngandelin pendapat publik? Kalo saya bilang kamu bakal dibela berarti kamu dibela."
Rara hanya diam.
"Kamu udah beli tas baru?" tanya dia, diluar topik.
"Emang kenapa?"
"Kalo semua temen kamu punya lamborghini, kamu pikir kamu yang jalan kaki boleh numpang ke kursi kosong di sebelah mereka?"
Tidak. Rara tahu tidak.
"Di dunia kamu sekarang jangan pernah mikir cari orang tulus. Kamu pake emas, kamu dipuji, kamu pake berlian, kamu diajak. Beli apa pun yang bikin kamu jadi temen mereka. Udah saya bilang, kan? Mereka pasukan buat ngelawan Sakura."
Mulut Rara terkunci rapat saat ia mematikan panggilan tanpa membalas.
Apa pria itu tidak merasakan sesak ini? Sesak karena rasanya ia berbuat salah tapi terus dan terus melakukannya dengan munafik.
Rara takut Tuhan menghukum perbuatannya.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Kamiem sag
akh... Rara kau sedang berada dalam rengkuhan iblis berwujud manusia bernama Abimanyu
2024-02-06
0