Abimanyu menyingkirkan ponselnya setelah selesai mengirim instruksi pada Rara. Ponsel Abimanyu yang satu lagi tengah sibuk bergetar meminta panggilan dari istrinya diangkat tapi pria itu pura-pura tuli.
Abimanyu tahu bahwa perbuatannya ini sangat tercela. Menggunakan teman yang dipandang rendah oleh istrinya sebagai senjata untuk merendahkan dia hingga tak berkutik. Tapi Abimanyu juga tidak merasa bersalah.
Pernikahan ini, pernikahannya dengan Sakura, hanya Abimanyu lanjutkan demi Juwita. Untuk membersihkan tangan Juwita dari kotornya keputusan Abimanyu. Kini sudah lima tahun berlalu sejak Abimanyu tidak pulang ke rumahnya dan seperti telah putus hubungan, jadi kalau sekarang ia bercerai dari Sakura, maka akan sulit menyeret nama Juwita, ibu tiri Abimanyu sekaligus wanita yang ia cintai sekalipun mustahil ia gapai.
Mobilnya berputar arah menuju kediamannya, sebuah istana yang telah berhasil ia dapatkan lewat kerja kerasnya.
Di mana Sakura menunggu.
"Maksud kamu apa begini, Abimanyu?!" teriak Sakura histeris.
Tentu saja apa lagi yang bisa dia lakukan dengan semua artikel menjijikan itu.
"Bi, please, Bi, hapus semuanya. Kita klarifikasi sekarang kalo semuanya bohong. Kamu temenin aku, please."
Abimanyu melepas luaran pakaiannya untuk diserahkan pada pelayan yang bersiaga. "Sakura," panggilan pelan dan tidak peduli pada pucat wajah istrinya. "Kamu operasi apa kemarin?"
Wajah Sakura memerah oleh tangisan.
"Operasi usus buntu, huh?" Abimanyu mendengkus. "Padahal harusnya kamu udah bersyukur sama semua yang aku kasih."
Kemarin Sakura diam-diam pergi menyambung kembali saluran indung telurnya. Ya, setelah setahun pernikahan mereka dan Sakura akhirnya tidak tahan Abimanyu tidak bicara padanya, dia memohon-mohon agar setidaknya Abimanyu mau bicara dan mau berpura-pura seakan pernikahan mereka bahagia. Sebagai gantinya Abimanyu meminta dia untuk tubektomi alias menjadi mandul walau Abimanyu sedikitpun tidak menyentuhnya.
Hanya berjaga-jaga karena Abimanyu kerap sadar Sakura berusaha merayunya.
Sekalipun tubektomi dikatakan permanen, masih ada kemungkinan penyambungan itu membuat Sakura kembali bisa hamil. Dan Abimanyu tahu apa yang mau dia lakukan jika dia benar-benar hamil.
"Kamu kayak gini cuma karena itu?!" jerir Sakura. "Kita bahkan enggak satu kamar! Kamu jatuhin aku cuma karena aku lepas KB, Bi?!"
"Terus, gunanya lepas KB?" tanya Abimanyu balik. "Kamu pengen punya anak dari selingkuhan kamu? Hm? Kalo gitu nikah aja sana sama dia, aku ceraiin kamu biar kamu bisa hidup bahagia. Selesai, kan?"
Sakura mengepal tangannya kuat-kuat. Pada kenyataannya dia hanya mencintai Abimanyu.
Tidak, mungkin lebih tepat menyebutnya 'terobsesi' pada Abimanyu. Dia berpikir bahwa dia istimewa bagi Abimanyu dan ketika dia tahu Abimanyu ternyata mencintai ibu tirinya sendiri, dia menggila, menolak kenyataan dan terus-menerus berusaha menipu dirinya sendiri bahwa Abimanyu menganggap dia istimewa.
Sejujurnya Abimanyu tidak peduli bagaimana Sakura mau bertindak. Toh pernikahan ini tidak terlalu buruk untuk dijalani daripada Abimanyu jadi single dan sibuk dijodohkan lagi karena tidak punya pasangan.
Tapi Abimanyu juga tidak menganggap pernikahan ini spesial. Mau hancur, tidak hancur, itu tidak berpengaruh pada hidupnya.
"Fine." Sakura mengangguk. "Kalo cara main kamu begini, aku juga bakal bilang ke publik kalo kamu, Abimanyu, selingkuh sama mama tiri kamu sendiri!"
Abimanyu malah tersenyum. Setelah lima tahun tidak bersentuhan dengan keluarganya terutama ibu tirinya, memang dia pikir pernyataan itu punya arti?
Dan kalaupun ada ... Rara adalah keberadaan yang akan membuat pernyataan itu tidak berarti.
"Sakura." Abimanyu mendekati istrinya. "Lima tahun kita nikah, kan?"
Wanita itu mendongak.
"Lima tahun, kamu enggak pernah mikir pergi ke Juwita buat minta maaf?"
"Aku enggak sudi minta maaf sama selingkuhan kamu!"
"Itu yang bikin kamu ngalamin mimpi buruk sekarang." Abimanyu menunduk padanya. "Ngerasa diri kamu korban dan milih nyalahin Juwita yang enggak ngapa-ngapain."
Kalau saja Sakura mau pergi minta maaf pada Juwita atas perbuatannya meneror wanita itu dulu, Abimanyu mungkin akan memaafkan dia. Bahkan kalau Abimanyu tidak mencintainya, Abimanyu mungkin akan memberinya perlakuan yang dia mau sampai dia merasa dia sungguhan dicintai.
Tapi Sakura lebih suka jadi korban yang dikasihani dan tidak mau disalahkan. Sepertinya dia malah berharap Juwita yang datang minta maaf, lalu Abimanyu minta maaf dan semua orang minta maaf atas kemalangan hidupnya.
"Jangan berani nyebut nama Juwita lagi," gumam Abimanyu seraya berlalu, "karena ujungnya bakal balik ke kamu juga."
Sakura mencengkram rambutnya frustrasi. Berteriak keras, membanting semua barang di sekitarnya.
Lima tahun lamanya dia bersabar. Meyakinkan dirinya bahwa perlahan Abimanyu juga akan berubah pikiran. Tapi pria itu hanya terus membela Juwita, Juwita dan Juwita.
"AKU BAKAL BIKIN KAMU NYESEL, BI!"
Wanita itu dirusak oleh cintanya sendiri. Andai dia menggunakan kakinya untuk meninggalkan Abimanyu alih-alih bertahan, mungkin lima tahun penderitaannya bisa diganti dengan kebahagiaan.
Tapi Sakura justru memilih bertahan.
Amukan yang sudah sangat biasa dilihat oleh pelayan itu mungkin tidak akan berhenti jika saja ponselnya tidak berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Rini, sahabatnya.
"Lo di mana sekarang?" tanya Rini dengan nada urgensi.
Sakura menangis terisak-isak di sofa. "Kalo lo nelfon buat ngomongin artikel, please enggak perlu. Gue enggak buta."
"Lupain dulu soal artikel, Sakura! Laki lo selingkuh!"
"Harus banget lo tekanin?!" Sakura membentak kesal.
Tentu saja dia tahu bahwa Abimanyu selingkuh. Dia punya istri namun dia tak pernah menyentuhnya jadi satu-satunya cara dia memuaskan diri adalah berselingkuh sana-sini ketika Sakura berkoar tentang romantis hubungan mereka.
"Sama Rara, Sakura! Sama Rara!"
"Hah?" Sakura mengelap air matanya. "Rara siapa?"
"Oh God, I can't believe you!" Rini mengumpat. "Rara yang sering ngumpul sama lo, yang kata lo orang miskin tapi kepengen keliatan kaya!"
Sakura menahan napas. "Ranaya Syiham?"
"Gue denger dari Hana, katanya dia pamer video call sama Abimanyu. Belum dua jam yang lalu! Dan lo tau, sekarang mereka semua ke salon Rashie dibayarin sama Rara yang katanya dikasih duit sama Abimanyu!"
Sakura merasakan bumi pijakannya tiba-tiba retak.
Bagaimana bisa? Wanita miskin yang selalu mereka tertawakan di belakang iti?
Abimanyu jelas mau menghinanya!
*
Rara menjatuhkan diri ke sofa begitu sampai di rumahnya. Padahal pulang dari salon, habis spa dan sebagainya tapi kenapa Rara malah merasa sangat capek alih-alih rileks?
Perempuan itu membuka ponselnya, melihat uang sisa transferan Abimanyu masih tersisa beberapa juta.
Mahal sekali, pikir Rara. Ini memang pertama kali ia ikut datang ke salon terkenal itu tapi tak ia sangka benar-benar habis ratusan juta.
Rara : Masih ada sisa uang kamu. Saya transfer balik sekarang.
Butuh beberapa saat untuk jawabannya datang. Tapi yang masuk justru transferan lain dengan jumlah dua kali lipat.
Abimanyu : Beli tas atau baju buat kamu. Jadi selevel sama temen tongkrongan kamu bikin kamu dianggep manusia.
Jadi maksudnya Rara bukan manusia selama ini di sana? Perkataannya kejam tapi sangat benar. Hari ini untuk pertama kali mereka mengucapkan 'bye, Rara' begitu pulang. Karena Rara mentraktir mereka ke salon dan uangnya habis ratusan juta.
Rara : Emang harus kamu buang-buang uang buat saya?
Abimanyu : Uang saya, suka-suka saya.
Dasar orang kaya. Tapi yah Rara ingin sederajat dengan mereka dan memberi kedua orang tuanya posisi terhormat di masyarakat. Untuk itu ia harus terbiasa dengan ini.
"Besok," gumam Rara menatap langit-langit, "Sakura bakal dateng, kan?"
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Kamiem sag
duh Raaaaa malang nian kisah hidupmu dan buatmu Sakura aku ikut prihatin dgn nasibmu yg 5thn bersama suami sakit jiwa
2024-02-06
0
Take
Abi msh gila ternyata
2023-08-19
1