Bab 5

Malam semakin dingin dan larut, tetapi hujan tak kunjung berhenti dan terus membasahi apa yang ada di bawahnya. Di kediaman Daella ada 2 orang yang sedang tertidur pulas di tengah gemuruhnya hujan. Tidak, yang satunya itu bukan tertidur melainkan pingsan.

Perlahan Lea membuka mata dan mengerjapkan nya beberapa kali. Lalu ia melihat ke sekeliling dan menyadari kalau ia sedang berada di kediaman Daella. Ia melihat Daella tengah tertidur tepat di seberang sofa nya. Ia pun melangkahkan kakinya ke tempat Daella berada.

Seekor gorila besar berlari menghampiri Daella yang tengah terdiam sembari memainkan handphonenya. Ia yang menyadarinya pun ingin melarikan diri tetapi entah mengapa tubuhnya begitu sulit untuk digerakkan, sehingga ia pun tak bisa melarikan diri.

"Sesak... " ucap Daella ketika sang gorila besar itu tiba dan langsung memeluknya dengan erat sampai membuatnya sulit bernafas.

Itulah yang terjadi di dalam mimpi Daella. Hingga akhirnya ia terbangun dari mimpinya dan mendapati gorila, maksudnya Lea yang kini tengah memeluknya erat dengan tubuh telanjangnya. Sontak Daella langsung mendorong Lea jauh darinya dengan ia yang menutupi matanya menggunakan kedua tangannya.

"Daella...? " Lea menunjukkan expresinya yang bak orang polos tengah tersakiti.

"F*ck! T-tutupin pake selimut!" tegas Daella masih dengan menutup kedua matanya. Ia menyuruh Lea untuk menutupi tubuhnya menggunakan selimut, sehingga ia bisa membuka kembali matanya.

Namun Lea tak menghiraukan perkataan Daella. Ia justru tersenyum dan kembali mendekati Daella dengan niat sedikit menggoda bocah berusia 16 tahun tersebut. Daella merasakan kalau Lea sedang berjalan mendekati dirinya, sebab itu ia langsung menerjang Lea sampai Lea terlempar beberapa langkah.

Lea langsung merintih kesakitan sembari ia memegangi perutnya. "Ughh! " Barulah setelah itu ia menuruti permintaan Daella, ia mengambil selimut yang tak jauh darinya dan langsung menutupi tubuh besarnya. Lalu ia duduk di sofa dan memberitahu Daella kalau ia sudah melakukan apa yang tadi Daella pinta.

Perlahan Daella mencoba menurunkan tangan dari wajahnya dan benar, ia melihat Lea sudah menutupi tubuhnya. Ia pun menghembuskan nafas yang terlihat begitu lega. Namun, disisi lain Daella merasa kasihan juga dengan Lea yang tadi ia tendang perutnya. pasti sakit bukan? Pikirnya. Ia pun menghampiri Lea yang kini tengah duduk di sofa, kamudian meraba keningnya dan ternyata demamnya sudah turun. Bisa dibilang Lea sudah mendingan.

Lea tertegun, seketika matanya membelalak dan pipinya memerah setelah apa yang dilakukan Daella kepadanya. Ia jadi merasa Daella saat ini begitu memperhatikan nya, dimana Daella bahkan sampai mau mengurus dan mengobatinya.

jangan bilang ni orang lagi ke ge'eran. Daella menaikan alisnya sebelah setelah melihat gelagat Lea yang sedang ke ge'eran. Oiya, ia jadi teringat untuk menanyakan kenapa Lea bisa menemukan alamat rumahnya. Karena di pikirannya kota Lübeck itu besar dan tidak mudah untuk menemukan alamat rumahnya.

"Btw, ko lu bisa nemuin alamat rumah gue?" tanya Daella masih berdiri di samping Lea yang terduduk.

Saat itu pula raut wajahnya berubah seolah-olah ia sedang sedih dan ia pun menundukkan pandangannya dari Daella. "Saya lihat kamu waktu lagi naik bus, " ucapnya.

"Terus--?!" Lea menyela perkataan Daella dengan ia yang meraih tangan Daella dan menggenggamnya erat.

"Daella, kenapa kamu kabur dari saya?" ucapnya dengan menatap lurus ke mata biru Daella. Seketika itu, seperti ada sesuatu yang masuk lewat mata Daella menuju hatinya, sehingga membuat jantungnya berdetak begitu cepat.

Daella langsung memalingkan wajahnya dari Lea. Kini gantian wajah Daella yang memerah, tetapi ia sendiri tidak menyadari kalau wajahnya sedang memerah. Ia pun berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Lea, masih dengan membuang muka.

Disisi lain Lea justru semakin mengeratkan genggamnya tetapi tak menyebabkan sakit di tangan Daella. "Jawab Daella, " mengharapkan sebuah jawaban dari mulut Daella.

"K-karena... " Daella sedikit ragu untuk mengucapkan nya. "G-gue takut... Sama lu, " lanjutan. Pada akhirnya ia benar-benar memberitahu Lea.

Lea kembali tertegun, kemudian ia pun melepaskan genggamnya dari tangan Daella. Daella takut padanya? Apa yang dia takuti? Pikirnya. mungkin dia masih berfikir saya yang akan membunuhnya, kenapa otaknya tidak bisa berpikir yang lebih positif? Batin Lea.

Keduanya sama-sama terdiam dalam sesat. Namun kemudian, Lea kembali buka bicara "Apa yang kamu takuti dari orang yang jatuh cinta sama kamu? " Sontak membuat Daella terkejut akan apa yang baru saja ia dengar.

"Kita baru kenal, mana mungkin lu bisa jatuh cinta sama gue. Lawak pfft-" ucapnya sembari geleng-geleng kepala lalu berjalan menuju meja tempat handphonenya tergeletak.

Lea beranjak dari duduknya "Tapi saya benar-benar jatuh cinta sama kamu Daella," ucap Lea untuk yang kedua kalinya begitu dengan sungguh-sungguh. Sedangakan Daella kembali menatapnya dengan expresi datar.

Ia tak menghiraukan Lea, justru ia pergi ke kamarnya setelah ia mengatakan kalau Lea boleh menginap semalam. Itupun terpaksa karena hujan yang tak kunjung berhenti.

Lea hanya mengela nafasnya, ia tidak tahu apa yang ada di pikiran Daella sehingga ia tak menghiraukan perkataannya tadi. Padahal ia sudah mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Ia pun kembali duduk di sofa sembari memikirkan bagaimana cara untuk memiliki seorang Daella seutuhnya.

Disisi lain dalam kamar Daella, ia terus saja bergumam tidak jelas mengingat apa yang Lea ucapkan padanya. Tak sengaja matanya tertuju pada cermin berukuran besar di kamarnya. Kemudian ia pun berkaca dan malah melihat wajahnya yang sedang amat memerah.

Entah itu memerah karena kesal dengan Lea atau malah sebaliknya. Saat itu juga jantungnya kembali berdetak kencang tak karuan. Menanggapi hal tersebut ia pun langsung menampar pipinya beberapa kali dengan terus berkata "Ga mungkin. "

Kemudian ia melemparkan dirinya ke kasur kerasnya, menyusun bantal, menarik selimut, dan memaksa dirinya untuk segera tidur kerena besok ia harus kembali bekerja. Ia memejamkan matanya secara paksa dan perlahan mulai terlelap.

Sudah biasa baginya tidur tidak menggunakan selimut. Bahkan, walau di luar sana sedang hujan deras ia tetap menyalakan kipas angin dengan nomor tertinggi.

...~...

...Tbc:/...

...Btw siapa yang sama kaya Daella? hujan-hujan aja masih ngidupin kipas....

Terpopuler

Comments

🅻ᵒʷᵉˡˡʸⁿ​᭄

🅻ᵒʷᵉˡˡʸⁿ​᭄

kejutan untuk daella romantis tpi nakutin 🤣

2023-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!