#jodogh dari langhit
Dua puluh menit selepas azan Dzuhur berkumandang, Tasha duduk di tepi ranjang dengan perasaan gelisah. Jemarinya saling bertaut menyiratkan kekhawatiran.
la menunggu suaminya pulang dari masjid karena tidak sengaja menganggap Dery sebagai Husain cukup membuatnya merasa bersalah .
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." Tasha berdiri spontan. la menatap fokus Dery yang sedang menutup pintu kamarnya. Laki-laki itu mengenakan perlengkapan sholat yang baru saja ia pinjam dari Ezwar.
Dery tidak mengatakan sepatah kata pun saat melewati Tasha. lelaki jakun itu berjalan mengabaikan istrinya mendekati nakas meletakkan peci yang ia pakai.
"Mas mau kemana lagi?" tanya Tasha memberanikan diri bicara mungkin tak ada salahnya, ini harus segera diselesaikan Tasha pikir dia harus minta maaf pada Dery.
Dery mematung. Matanya memicing ketika dua telinganya menangkap kata yang cukup asing didengar.
"Ya?" Dery justru balik melontarkan pertanyaan.
"Aku nanya kamu mau kemana lagi Mas?"
"Mas? Kamu panggil aku Mas?"
Tasha mengalihkan pandangan tidak sanggup lama lama menatap mata Dery entah mengapa setelah akad itu setiap menatap mata Dery jantung wanita tidak bisa di ajak kompromi.
Tasha mengangguk pelan, pertanda "benar" untuk menjawab pertanyaan sang suami.
"Jangan ge'er! Kata ibu kalau aku cuma panggil nama, nanti aku dinilai kurang ajar sama suami" ketusnya, tak ingin Dery berpikir macam-macam.
"Ya udah iya. Asal kamu nyaman."
Lain di mulut lain di hati. Faktanya Dery setengah mati menahan senyum agar tidak terlihat istrinya.
Dery geli mendengar Tasha menyebutnya dengan panggilan seperti itu. Di balik itu hatinya juga lega ketika menangkap sinyal bahwa hubungannya bisa saja memiliki harapan untuk berjalan seperti rumah tangga lain pada umumnya.
"Maaf untuk yang tadi ya?” Tasha mulai melunak, ia tidak seketus sebelumnya.
"Maaf untuk apa lagi? Mau berapa kali kamu minta maaf sama aku?"
Dery duduk di pinggir ranjang, agak jauh dari tempat Tasha berdiri. Laki-laki itu memandang Tasha sampai wanita itu harus menilik dirinya sendiri dari atas sampai bawah, takut kalau ada sesuatu yang salah.
"Aku tahu, pasti sulit melupakan Husain. Tapi coba ingat, kamu punya kenangan apa sama dia?" tanya Dery.
Tasha merasa suaminya itu tengah menyudutkannya terang terangan. Padahal kenyataannya, memang aneh. Bagaimana bisa Tasha menangisi penantian kosong tanpa kenangan apa pun.
Penantiannya terbilang lama tapi tidak ada momen yang bisa di kenang.
Tasha mengakui bahwa tujuh tahun memang tak bermakna apa pun Tasha dan Husain hanya saling bertukar pesan.
Tapi bukankah Tasha menjaga batasan juga demi menghargai Husain yang katanya tidak mau terjerembab di dalam hubungan haram? Lantas meski terasa kosong apakah berpindah hati adalah hal yang dibenarkan.?
Tasha mengerti bahwa manusia tidak bisa memilih kepada siapa hatinya akan berlabuh,namun sebagai laki-laki dewasa tidak bisakah Husain mengatakan sejak awal bila ia sudah tidak memiliki rasa terhadap Tasha?
Mengapa membuat wanita itu bahagia, Di hari dimana dia akan menjadi pengantin dan pernikahan impiannya yang harus berantakan.
Husain hanya datang memberi kebahagiaan sesaat kemudian pergi dengan luka besar yang dia tinggalkan.
"Memang nggak ada kenangan. Tapi tujuh tahun kamu pasti mengerti bahwa itu bukan waktu yang sebentar Mas. Sekarang semua sia-sia aku cuma buang-buang waktu."
Dery bingung harus menanggapi bagaimana sebab ia memang tidak berada di posisi Tasha.
Mungkin jika dia yang mengalami Dery tidak sempat berpikir untuk menyelamatkan harga diri keluarga dengan menikahi calon adik iparnya sendiri.
"Kita sudahi aja bahas Husain," ucap Tasha
"Kenapa? Dia laki-laki yang kamu puja kan? Dan dia kakak iparmu sekarang. Aku pikir sulit untuk kita berhenti membahas dia." jawab lelaki itu Sabil menaik turunkan alisnya menggoda sang istri.
"Ya terus wajahnya juga mirip sama suami aku"jawab wanita itu penuh emosi.
Kalau bisa Tasha ingin menghapus sejarah bahwa ia pernah mengenal Husain ia berharap punya kucing robot seperti Doraemon yang punya mesin waktu lalu esoknya ia bisa bertemu Husain sebagai ipar tanpa perasaan tidak nyaman.
"Dulu ya aku menolak banyak laki-laki yang datang karena yang aku mau cuma dia tapi sekarang Husain dimata aku cuma laki-laki yang nggak bisa pegang omongannya sendiri."
Dery memang pernah menjadi incaran banyak perempuan bahkan sekarang pun masih. Namun lelaki itu ragu bahwa semesta akan memberinya perempuan setulus Tasha.
Husain selalu menang dalam segala hal begitu pun tentang mendapatkan cinta yang tulus. Bodohnya lelaki itu malah menyia-nyiakannya.
Terlibat dalam pembicaraan serius dengan sang suami Tasha sampai tidak menyadari bahwa ponselnya bergetar sejak tadi di saku gamisnya.
Sepasang matanya bulat itu membaca deretan kalimat di salah satu aplikasi chatting, sebuah pesan dari nomer baru yang mengaku sebagai Alsan asisten pribadi suaminya yang mengirim pesan karena teleponnya tidak kunjung mendapat jawaban dari Dery.
('Bu, tolong bilang Dery kalau rumahnya bisa dilihat hari ini. Saya udah buat janji sama pemiliknya.')
Dalam hitungan detik Tasha melirik Dery yang masih duduk di ranjang.
"Mas?" panggil Tasha
"Hm?" Dery tidak menoleh.
"Kata Alsan dia udah dapet rumahnya."
"Oh ya? Bagus dong."
Melihat respons suaminya tidak sesuai harapan Tasha mendekat. Ia mendudukkan dirinya di samping sang suami dalam jarak satu lengan.
"Buat apa? Emang mas punya rencana kalau kita bakal tinggal terpisah? Pakai beli rumah baru segala."
Mendengar celotehan istrinya Dery mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk kemudian beralih menatap Tasha dengan serius.
"Siapa bilang kita bakal tinggal terpisah? Justru aku beli rumah itu, karena aku tahu mungkin kamu nggak nyaman kalau tinggal serumah bareng Abi sama Umi," ucapnya.
Tasha terperanjat. "Jadi kita bakalan pindah dari sini?" la menunjuk lantai kamarnya.
"Nggak mau!" katanya sambil menggeleng sok imut "Kamu kan bisa tinggal bareng keluarga kamu, dan aku di sini," protesnya.
Dery geli melihat ekspresi istrinya "Tasha kita ini pasangan suami istri ada cinta atau tidak kamu tetap istriku dan aku bertanggung jawab membahagiakan kamu. Memang benar kamu bahagia kalau tinggal di sini karena kamu bisa leluasa mengekspresikan diri.
beda kalau tinggal sama Abi dan Umi. Makanya sekarang aku cari rumah buat kita tinggali berdua, supaya kamu merasa rumah itu cuma milik kamu," jelas Dery sabar.
"Mas terpaksa beli rumah gara-gara aku ya?" Tasha tak terima seolah dirinya sungguh sangat merepotkan.
"Demi Allah enggak sha Udah dari lama sebenarnya aku mau beli rumah sendiri tapi selalu terhalang Umi yang nggak mau aku pergi dari rumah. Setelah pulang dari Mesir, Husain boleh beli rumah karena memang niatnya untuk ditinggali bersama kamu."
wajah Tasha pucat. Rasanya ia ingin membungkam mulut suaminya agar tidak terus menerus menyebut nama Husain. Lukanya memang tidak akan sembuh, tapi setidaknya Tasha tidak perlu merasakan perih berulang kali hanya karena lukanya disenggol.
Napas Tasha tercekat la buru-buru menyembunyikan wajahnya namun sayang sudah lebih dulu ditangkap oleh netra Dery. Suaminya itu merasa tak tega tapi Dery tidak terima juga bila Tasha tidak bisa melepas bayang-bayang Husain karena perempuan itu hanya sibuk menghindar alih-alih mengikhlaskan.
"Tolong untuk sekarang jangan sebut nama itu, apalagi mengingatkan kalau aku pernah mencintai dia sekarang suami aku itu kamu Mas. Walaupun sedikit sulit aku bakal tetap mencoba berusaha agar tidak menodai pernikahan kita.
Kalaupun kita sama-sama siap, kita bisa berpisah secara baik-baik tanpa perlu mengotori hubungan suci yang sudah ada,"
Dery merasa bagian hatinya ter cubit sakit rasanya bila mengingat bahwa ia menikah hanya karena terpaksa. Tapi di satu sisi ia tidak menyesali apa pun sekarang ia bersama Tasha jodoh yang sempat Dery minta dari sang pemilik langit.
“Aku udah bilang sha, Kita bisa bicara apapun kecuali tentang perpisahan. Di saat aku lebih memilih untuk menikahi kamu daripada Nasyisah itu artinya aku juga siap menerima kamu sebagai istri untuk seumur hidup."
Bohong kalau Tasha tidak menangis semua terasa terlalu berat untuk ia jalani.
kali ini rasanya ia ingin membunuh Husain sebab pemuda itu telah menciptakan penyesalan yang sangat dalam di hatinya. Andai Tasha tahu semuanya akan berakhir seperti ini, ia pasti lebih memilih menerima lamaran dari laki-laki yang datang padanya ketika Husain masih ada di Mesir.
Wanita itu terduduk memeluk lutut wajahnya disembunyikan diantara kedua lututnya, bahunya bergetar pertanda ia sedang menangis.
Dery bangkit dan memaksa Tasha untuk berdiri dan duduk berhadapan di tepian ranjang. Laki-laki itu memeluk pinggang istrinya dan telapak tangannya menghapus air mata yang memenuhi wajah Tasha sesaat lupa bahwa ia tidak boleh menyentuh Tasha selama perempuan itu tidak memberi izin.
Tasha semakin terisak dan menenggelamkan wajahnya di dada Dery. Ia menangis di dalam dekapan suaminya untuk waktu yang lama. keduanya hanyut dengan pikiran masing-masing tanpa bicara barang sepatah kata.
Persetan dengan rasa tidak nyaman karena disentuh oleh laki-laki asing Tasha butuh sandaran terima atau tidak tempatnya bersandar sekarang adalah dery suaminya yang sah di mata hukum dan agama.
**
Sore ini selepas melaksanakan sholat ashar Dery mengajak Tasha melihat-lihat rumah. awalnya Tasha menolak dengan alasan mager dan masih lelah karena acara pernikahan kemarin.
Tapi mengingat bahwa dirinya juga yang akan menempati rumah tersebut Tasha tiba-tiba setuju untuk ikut karena takut kalau Dery salah pilih.
"Loh? Kok bajunya begitu?" tanya Dery saat melihat istrinya sudah turun dari tangga.
Tasha yang ditanya begitu tentu saja menjadi bingung, la mengamati dirinya sendiri, lantas kemudian bergumam bahwa tidak ada yang salah dengan penampilannya.
Tidak ada yang salah dengan gaun army selutut itu lengannya tiga perempat tentu saja masih sangat masuk dalam kategori sopan lalu rambutnya ia gerai begitu saja.
"Apa? Kenapa emang? Kok lihatin aku begitu?" tanya Tasha sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Ganti baju. Pakai gamis sama kerudung, sekarang!" perintah Dery tegas.
"Tadi malam tidur aja kamu pakai jilbab, sekarang mau keluar dengan baju begitu"
Tasha memandangi penampilan diri, Tasha baru ingat kalau sekarang dia telah resmi menutup aurat baik didepan orang maupun suaminya.
Wanita itu lari tunggang-langgang kembali menaiki tangga, sambil merutuki kebodohannya, kenapa dia bisa lupa kalau sekarang sudah berhijab.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hardi
hihi senyum senyum sendiri bacanya
2023-09-08
0
Ichakim
Sama kalo mau pakek baju dinas bisa keliling rumah, gak cuma dikamar 🤣
2023-08-08
0
Ichakim
Nah pinter anak emak
2023-08-08
0