Suamiku Adik Dari Pujaan Hatiku

Suamiku Adik Dari Pujaan Hatiku

01

#jodogh dari langhit

Pernikahan merupakan momen sakral yang di impikan oleh setiap pasangan. Tidak terkecuali Nazira jarrih natasha. Perempuan dua puluh lima tahun itu sebentar lagi akan di akad oleh Husain Dauzi ramdan, pemuda yang membuatnya jatuh cinta karena akhlaknya sejak tujuh tahun silam.

Awalnya Tasha mengira perasaannya hanya sekedar rasa kagum saja, mengingat Husain memang begitu terkenal di SMA.Husain pemuda muslim paling religius di sekolahnya saat itu. la tak pernah absen mengumandangkan azan ketika waktu dzuhur, tak pernah berpacaran bahkan menyentuh wanita yang bukan mahram.

Lamat-lamat ketika Natasha sibuk mengamati Husain yang juga merupakan Kakak dari teman lelaki sekelasnya, Tasha menyadari bahwa Husain membawa terlalu banyak pengaruh di hidupnya. Tasha yang hanya Islam KTP mulai sering shalat dan membaca Al-Qur'an meski masih banyak bolongnya. Hanya satu hal yang belum sanggup Tasha lakukan sejak dulu memakai kerudung la yang berasal dari keluarga tidak paham agama tentu saja kesulitan untuk mengubah diri agar menjadi wanita idaman Husain.

Saat hari kelulusan, di tengah pupusnya harapan untuk selalu menatap Husain sebab pemuda itu akan melanjutkan studinya ketempat nun jauh. Tasha mendengar ucapan cinta dari Husain lelaki yang namanya selalu disebut saat sujud terakhirnya. Ternyata do'a itu berhasil menembus langit. Walaupun hanya sekedar ungkapan, tidak ada paksaan untuk menjalin hubungan atau membalas perasaannya.

"Aku dengar kamu tertarik denganku sha. Masyaallah sekali rasanya saat mendengar hal itu.

Asal kamu tahu aku juga merasakan hal yang sama terhadapmu, rasa tertarik meski kita tidak sering berbicara atau bertatapan mata. Akan memalukan bila aku hanya sekedar menyatakan perasaan tanpa berusaha untuk serius, jadi sanggupkah jika aku meminta kamu untuk menungguku menyelesaikan gelar dan kita menikah ?"

Natasha masih ingat rasanya. Husain pria yang begitu ia damba ternyata juga memiliki rasa yang sama dengannya. Tasha tahu persis kalau Husain tak pernah main-main dengan ucapannya, dan ketika Tasha merasa yakin bahwa tidak akan orang lain lagi selain Husain yang bisa mengisi hatinya, Tasha mengangguk setuju. la setuju untuk menunggu Husain.

"Mbak sha, sudah siap?"

tanya kaba, adik bungsu Husain. Bocah lelaki yang masih terbalut seragam SD itu menyembulkan kepalanya di balik tirai gorden, mengamati apakah calon kakak iparnya sudah siap dirias atau belum.

"Sebentar lagi, Ba. Kamu nggak ganti baju?"

"Iya, ini mau sambil sekalian minta tolong umi di gantiin."

Tasha tersenyum menatap kepergian calon adik iparnya dari pantulan cermin. Ia tidak bisa menoleh ke belakang, sebab penata rias itu masih memasangkan jarum pentul untuk melilit kepalanya dengan pashmina putih. Kaba adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Yang tertua di keluarga Atmaja adalah Husain, kemudian Dery yang terlahir dua tahun setelah Husain, baru kemudian si bungsu kaba. Husain dan Dery bak pinang dibelah dua, banyak yang mengira mereka adalah kembar identik, dulu saat masih awal mengenal keduanya, Tasha nyaris tidak bisa membedakan mereka.

Dadanya bergemuruh hebat, tidak sabar menuju ke pelaminan di mana Husain akan menyerukan akad atas namanya. Ia menanti momen ini setelah tujuh tahun lamanya hanya bisa berkirim pesan singkat dengan Husain. Tasha tidak bisa memaksakan hubungannya dengan Husain agar terlihat seperti sedang berpacaran. Ia tahu Husain tidak mau menjalin hubungan haram dan mau tidak mau Tasha harus sanggup menjaga hatinya untuk Husain meski hanya saling menyapa lewat pesan-pesan singkat. Tanpa mendengar suaranya via telepon, apalagi melihat wajahnya di balik panggilan video.

"Gimana, Mbak? Ada yang mau diubah?" tanya si penata rias.

Tasha mematut dirinya di depan cermin, lantas tersenyum kecil. "Enggak mbak sudah cukup cantik sekali hasilnya terima kasih ya."

Penata rias itu pamit undur diri ke belakang karena harus mengurus latar resepsi, mengingat ia merupakan penanggung jawab keseluruhan acara. Suara riuh di luar sana cukup menarik perhatiannya. Perempuan itu sedikit terkejut dan menoleh ke belakang saat Ezwar adik laki-lakinya menerobos pintu dan masuk ke kamarnya dengan napas tersengal.

"Mbak sha..." panggil Ezwar

Tasha memberengut, kemudian mendekat ke arah sang adik dengan mengangkat gaun itu sedikit tinggi di atas mata kaki. Matanya masih begitu berbinar, tidak sadar bahwa kedatangan Ezwar membawa kabar buruk.

"Bang Husain pergi"

Degh!

Tasha terpaku, padahal masih butuh satu langkah lagi untuk menggapai Ezwar. la masih tersenyum, meski ketakutan sudah bersemayam di dadanya.

"Maksud kamu apa, Ez? Mbak nggak ngerti deh. kebiasaan nge prank!" ucap Tasha sambil tertawa berharap memang hanya sekedar bualan pemuda itu saja.

"Mbak, Bang Husain beneran pergi. Kamarnya kosong, dia ninggalin ini buat mbak " Dengan berat hati Ezwar mengulurkan secarik kertas yang dibawanya kepada sang kakak.

"Surat?"

"Iya. Aku sama Bang Dery tadi nemu itu di meja riasnya, ditindih pakai kotak cincin kalian."

Jantung Tasha berpacu dengan cepat. Setelah selesai menunggu Ezwar merampungkan ucapannya, Tasha bergegas membuka lipatan kertas itu. la membekap mulutnya sendiri, menahan suara pekikan penuh kekecewaan seiring air matanya luruh dan pipinya yang chubby mulai basah.

Untuk Tasha

Sebelumnya aku ingin mengucapkan ribuan terimakasih pada wanita sebaik dirimu. Aku akui kamu yang terbaik soal urusan mencintaiku, sha Kamu tidak pernah bertanya macam-macam saat aku telat membalas pesanmu, kamu tidak mengeluh meski harus menungguku hingga tujuh tahun lamanya, kamu tidak pernah berpaling meski aku jauh berada di negara lain.

Aku pun dulu sempat begitu tak sabar menanti hari ini. Tapi sayangnya sebelum sampai di sini, aku menemukan sesuatu yang lain. Aku menemukan perempuan yang mengisi kekosongan saat aku tidak bisa melihatmu sama sekali. Dan orang itu pergi ke negara tetangga setelah mendengar kabar pernikahan kita. Aku akan menyusulnya karena aku tahu aku tidak bisa kehilangan dia. Ternyata yang selama ini kucari bukan kita sha.

Silahkan lanjutkan pernikahanmu atau batalkan, semua kuserahkan padamu sha. Menikahlah tapi bukan dengan aku.

Husain.

Tasha meremat kuat kertas itu. Tubuhnya ambruk ke lantai, tanda ia tidak mampu menerima kenyataan itu. Baginya kepergian Husain memang tidak masuk akal dan terdengar mendadak.

Ayolah, undangan sudah disebar dan hari ini semua tamu harus melihat prosesi akad dan resepsi pernikahan mereka.

Tapi Husain malah pergi mengejar wanita lain. Apa gunanya tujuh tahun menunggu dengan kesabaran? Apa ini akhir bahagia yang dijanjikan Husain? Sebuah pengkhianatan? Haha, lucu sekali!

"Mbak salah apa, Ez ?"

Ezwar masih berusaha menenangkan pikirannya sendiri. Kalau tidak, ia mungkin akan mencari Husain dan akan menghajarnya habis habisan hingga laki-laki itu mati. Tidak sudi Ezwar membiarkan Husain bersenang senang sementara saudarinya yang amat sangat dia cintai menangis pilu dihadapannya.

"Kalau dia brengsek, itu bukan salah Mbak," ucap Ezwar sambil merengkuh Tasha yang masih duduk di lantai.

Tasha meraung. la menangis di pelukan Ezwar, membuat adik laki-lakinya itu panik dan sulit berpikir jernih. la bahkan lupa jika Dery baru saja memerintahkannya untuk memberitahu anggota keluarga yang lain tentang kepergian Husain.

"Sudah, Mbak. Enggak papa melepas laki-laki brengsek seperti itu."

"Enggak, Ez. Dia nggak jahat. Mbak yakin pasti dia punya alasan," sergah Tasha tidak terima.

Gigi Ezwar gemeletuk tanda bahwa emosinya sudah di ubun-ubun. Bagaimana bisa Tasha membela Husain saat laki-laki itu sudah jelas mengkhianatinya?

"Ez kamu udah kasih tahu keluarga yang lain?"

Tanpa salam, Dery nyelonong masuk ke kamar Tasha. la tahu itu tidak sopan, tapi Dery sama paniknya dengan Ezwar hingga tidak bisa memikirkan hal lain. Sejak tadi ia kelimpungan mencari jejak kemana perginya Abang beren*sek itu.

"Belum, Bang. Mbak sha nggak bisa ditinggal," lirih Ezwar

Dery mengangguk mengerti. Sejenak ia memusatkan pandangan pada Tasha yang sudah terlihat lemah dan berantakan. Dalam hati, Dery meringis. la tidak menyangka Husain akan mengambil keputusan besar seperti itu. Padahal Husain selalu di agungkan lebih agamis daripada Dery, tapi melihat sikapnya hari ini, Dery tahu bahwa kakak yang selama ini menjadi panutannya itu tak ubahnya dengan lelaki diluar sana, tidak bertanggung jawab.

Dery tahu persis bagaimana tasha yang selama ini dengan tulus hati mencintai Husain. Padahal sekalipun Tasha mau, dia bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik daripada Husain di semua aspek. Tapi Tasha tetap menolak.

Setelahnya, Dery berlalu keluar kamar dan mulai mengumpulkan keluarga dari pihaknya dan Tasha. la menerangkan dengan begitu singkat duduk permasalahannya di luar kamar Tasha, takut kalau ia menjelaskan di dalam hanya akan menambah beban pikiran si pemilik.

"Bagaimana ini? Apa kita batalkan saja?" tanya Umi Asiah dengan air mata yang luruh. la mengintip Tasha yang masih terisak dari celah pintu.

"Nggak bisa, Bu. Semua kolega bisnis saya datang sebagai undangan. Apa jadinya kalau pernikahan putri sulung saya batal? Bisa malu saya!" teriak Waluyo.

Dery memijit pelipisnya pelan. Ia takut pembicaraan sensitif itu terdengar oleh tetangga-tetangga yang membantu menyiapkan acara. Bagaimanapun ini adalah aib dan tidak seharusnya diumbar.

Menyadari anaknya merasa tidak enak jika harus menyela, Abi Yusuf ber deham. "Bagaimana kalau bicaranya di dalam saja? Tidak enak bila terdengar oleh orang lain," ajaknya.

Semua mengangguk setuju. Mereka berbondong-bondong masuk ke kamar Tasha tapi tetap saja tidak membuat perempuan itu mengalihkan fokus dari kegiatan menangisnya.

"Tasha, sini nak" Umi Aisyah memeluk Tasha bagai memeluk Kaba kecil yang merajuk.

Sebagai seorang ibu, jelas ia kecewa dengan putra sulungnya itu. Ia sudah berharap banyak jika pernikahan ini akan diwarnai dengan cinta dan kebahagiaan, mengingat perjalanannya yang cukup panjang dan penuh kesabaran.

"Masih ada waktu untuk mengumumkan pembatalan, Umi." Tasha tiba-tiba bangkit. la menghapus air matanya dan berniat untuk keluar kamar.

"Mau apa kamu, sha?" tanya Waluyo dengan nada yang tidak ramah di telinga. la seolah tidak ingat bahwa Tasha adalah putri kesayangannya.

"Mengumumkan pembatalan, Pa. Aku tidak mungkin menikah di saat calon suamiku saja kabur entah ke mana," jawab Tasha.

"Jangan gila! Kamu mau membuat Papa malu?"

"Semua orang juga malu, Pa! Tapi apa kita punya pilihan lain selain ini?" Kali ini Ezwar yang bersuara.

"Kalian tahu kan kolega Papa datang semua hari ini. Mau ditaruh di mana muka Papa kalau mereka tahu putri Papa ditinggal kabur oleh calon suaminya menjelang akad?"

"Tapi calon mempelai laki-lakinya saja nggak ada, Pa. Mau bagaimana pernikahan ini dilanjutkan?" tanya Ezwar berang.

"Aku yang akan menikahi Tasha," ucapan Dery tiba-tiba, membuat semua orang mematung.

"Jangan gila, Der! Masih ada cara lain untuk menyelesaikan kekacauan ini," tegas Yusuf

"Abi dan Umi selama ini selalu menyuruhku mengalah dengan Husain, termasuk bertanggung jawab atas kesalahannya. Aku sudah terbiasa, jadi aku mengajukan diri dengan senang hati kali ini."

Yusuf dan Asiah saling pandang.

Nyeri begitu hebat terasa di dada saat pertama kali mendengar keluh kesah anak tengah mereka yang nyaris tidak pernah mengeluh sepanjang hidupnya.

Mereka baru sadar tidak memperlakukan kedua putranya dengan sama, hingga putra yang dicondongkan malah bersikap seenaknya seperti ini.

"Nah, begitu saja. Kita bisa bilang kalau undangan itu salah mencetak nama Husain," ucap Hartono senang.

"Aku tetap nggak mau menikah dengan laki-laki lain!" sentak tasha

"Tapi bagaimana dengan nama baik Pa-"

"CUMA NAMA BAIK YANG PAPA PIKIRKAN? PAPA NGGAK SAYANG AKU! " Tasha berteriak hingga wajahnya memerah, bahkan bedak itu tidak mampu menutupi rona wajahnya. "Apa Papa lebih peduli rekan kerja Papa dan ego yang Papa angkat setinggi langit itu daripada kebahagiaan aku?" tasha menunjuk dirinya sendiri dengan kasar.

"Ini juga demi kebaikan kamu, putri Papa. Kamu mau direndahkan orang lain karena kamu ditinggal calon suamimu begitu saja? Apa tanggapan orang lain menurutmu?"

Tasha terdiam. Ia membenarkan kalimat Waluyo dalam hati. Tapi untuk menikahi laki-laki selain Husain rasanya ia tidak sanggup. Apalagi dery yang wajahnya nyaris persis dengan Husain, pasti melihatnya dari pagi hingga malam hanya akan membuat lukanya semakin sulit sembuh.

"Tapi Dery juga akan menikah." Akhirnya Tasha menemukan alasan

"Sha aku itu dijodohkan. Menikah denganmu atau tidak akan sama saja buatku, aku tidak mencintai kalian berdua," ucap Dery. Laki-laki itu sudah membawa jas dan peci yang harusnya dikenakan oleh Husain. Ia memakainya di depan semua orang, seakan sedang mengatakan bahwa ia tidak main-main akan menikahi Tasha.

"Jangan bercanda, Der" bentak Tasha reflek.

"Aku nggak bercanda, sha. Aku serius. Kalau dengan menikahi kamu, harga diri keluarga kita bisa terselamatkan, kenapa enggak?"

"Tapi pernikahan bukan permainan," protes Yusuf

Keheningan terjadi beberapa saat, berganti kericuhan Tasha dan Husain. keduanya kini tengah berdebat dan saling meyakinkan satu sama lain hingga entah apa yang mereka bicarakan hingga keduanya kini terdiam.

Tasha berseteru dengan dirinya sendiri. Perempuan itu berusaha mengajak hati dan pikirannya untuk menjalani mediasi. Namun, hatinya yang tak menginginkan lelaki lain selain Husain.

Dia mengaku kalah dengan pikirannya yang terlanjur menyempit. Yang dipikirkannya hanya Waluyo yang tentu saja akan malu luar biasa, mengingat Tasha adalah anak yang begitu ia dibanggakan di depan seluruh rekannya.

"Aku setuju! Ayo menikah!" seru Tasha.

Dia fokus merapikan dandanannya sendiri. Selain wajahnya yang sempat kusut, ia juga merapikan hatinya untuk sesaat. Ia sudah tidak peduli tentang cinta atau apapun itu. Buktinya, ketika ia begitu menjunjung tinggi malah cinta mengkhianatinya.

Kali ini Tasha tidak akan berharap untuk sesuatu yang jauh di masa depan. Tujuh tahun lalu ia selalu bermimpi akan bahagia bersama Husain dan anak-anak mereka, tapi mimpi itu sirna oleh kenyataan pahit. Maka hari ini Tasha hanya akan berpikir untuk jangka pendek saja.

"Jangan gegabah, Nak," ucap Umi Asiah sembari membelai pundak putra tengahnya. la hampir tergugu menyadari betapa pundak itu sudah sangat kokoh saat ini.

"Sudah aku pikirkan matang-matang, Umi," jawab Dery sambil tersenyum.

"Biarkan saja, Mi. Kita sudah terlalu sering mengekangnya. Kalau memang ini yang dia inginkan, biarkan saja. Lagipula keputusannya memang akan menyelesaikan masalah." Yusuf membawa pundak istrinya menjauh dari kamar Tasha.

"Tapi mereka nggak saling mencintai, Bi. Kalau mereka cuma sama-sama saling menyakiti, gimana?"

"Kenapa Umi baru mikirin itu sekarang? Kenapa nggak dari dulu sejak perjodohan Dery dilakukan? Dery sama terpaksa nya dengan hari ini, bahkan yang sekarang dia sendiri yang meminta.

Umi Asiah terlihat berpikir sejenak. Benar juga. Waktu dulu ia tidak memikirkan sama sekali perasaan Dery.

"Karena Umi pikir mereka bisa saling mencintai seiring berjalannya waktu," jawabnya kemudian.

"Itu dia. Kalau Umi bisa berpikir seperti itu tentang perjodohan itu berarti Tasha juga bisa. Kita berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja setelah semua kekacauan yang terlalu mengagetkan ini, Mi," ucap Yusuf yang kemudian dihadiahi anggukan ragu oleh istrinya.

Terpopuler

Comments

Ais Twin

Ais Twin

keren👍 semangat kak💪 🤗

2023-09-08

0

MasyaAllah

MasyaAllah

sudah ku duga

2023-09-08

0

Teteh Lia

Teteh Lia

semangat berkarya Kaka author.
salam kenal dari "love story in SMA" 🙏

2023-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!