Tandai typo
.
.
.
Felisha menangis di tepi jalan melihat kiri-kanan berharap Jean tak pergi meninggalkannya karena hari sudah mulai gelap Felisha tak pergi ke mana-mana dia takut nanti Jean datang ke sini dan tak melihat dirinya.
Tahu gejrot dan cilok yang ia beli pun, belum tersentuh sama sekali karena saking gelisah nya, hari sudah mulai gelap suhu udara juga sudah mulai dingin. Kayla a.k.a Felisha menangis di tepi jalan dia takut bila mencoba pulang menyusuri jalan karena ini kota jadi kemungkinan besar orang jahat pasti ada di mana-mana menunggu mangsa dan satu lagi Felisha memakai baju yang sedikit terbuka.
.
.
.
Sesampainya di rumah tanpa memikirkan keadaan Felisha di sana Jean hanya acuh saja lalu membaringkan tubuh kecil Carlos yang masih anteng tertidur. "Tuan mari saya bantu?" ucap Layla yang entah muncul dari mana. Jean hanya acuh saja sembari memberikan beberapa paper bag belanjaan Felisha.
Layla yang melihat itu berbinar seketika, dengan ide liciknya dia mengambil barang yang di beli oleh Felisha seperti anting yang harganya 230jt dengan berlian bening yang sangat cantik. Layla hanya menaruh baju-baju yang menurutnya norak dan tak layak untuk di pakai oleh dirinya.
.
.
.
Hari sudah gelap jam juga sudah memasuki pukul 8:23 malam Felisha beranjak bangun lalu berjalan tak tentu arah, dia sungguh marah pada Jean kebencian yang tak timbul dalam dirinya kini sudah mulai muncul, awalnya Felisha a.ka Kayla mau memperbaiki hubungan Jean dan Felisha tetapi melihat perlakuan Jean yang seperti ini dan nyata ini Felisha a.k.a Kayla jadi pesimis dan tidak mau lagi.
Felisha memeluk dirinya merasa kedinginan handphonenya ada di mobil jadi dia tidak bawa apa-apa selain cilok dan tahu gejrot itu. Felisha memasuki jalan sepi dan di sana beberapa orang yang berbadan besar sedang nongkrong entah otak Felisha yang ngeleg apa gimana dia dengan bodohnya malah bertanya ke sana.
"Wah ada siapa ini bro?" celutuk sang pria berbadan bongsor dengan tato di leher. Felisha yang melihat itu tersenyum takut-takut dan semakin membuat si preman kesem-sem melihat senyum Felisha yang begitu manis dan menggoda.
Para preman itu saling lirik dengan kedipan beserta jilatan di bibir bawah bahwa itu tandanya mereka sangat bernafsu Felisha tidak bodoh dengan tanda itu Felisha melepaskan sepatu hak tingginya dan semakin memperlihatkan lekuk tubuh bagian dada dan bahu yang sangat sexy dengan ancang-ancang penuh Felisha berlari pontang-panting menuju jalan yang entah dia tidak ketahui.
"Emak tolong Mak...!" teriakan cempreng Felisha mengisi malam yang semakin gelap di tambah jalan yang iya lalui semakin sepi dan para preman itu masih mengejar dirinya napas Felisha semakin terengah-engah dia sudah tidak kuat. "Ini gue lari kemana?!" teriaknya lalu melihat jalan setapak yang berbelok ke arah kiri menuju sawah siapa tau ada rumah dan warga yang bisa menolong dirinya.
Di tengah sawah dengan padi yang belum kuning Felisha mengumpat di sana dengan melihat gedung pencakar langit yang berjejeran sangat indah bila melihat di tanah lapang seperti ini.
"Sial! Kemana gadis cantik itu?" kesal salah satu preman itu Felisha hanya bisa berdoa supaya mereka cepat-cepat pergi masalahnya Felisha bersembunyi di bawah mereka.
"Sial banget, jadi ga bisa menghangatkan badan deh malam ini!"
"Udah lah, kita cari yang lain aja, yang cantik bukan dia doang!" ucapannya lalu mereka bertiga pergi dari sana meninggalkan Felisha yang kedinginan di tengah sawah itu dengan kaki yang di penuhi oleh lumpur beserta dress yang Basar setengah.
.
.
.
Di ruang makan Jean dan Carlos makan dengan canggung, eee ..., cuma Carlos aja si yang canggung Jean ini kan manusia batu mana bisa canggung Carlos memakan makanannya dengan tidak selera pasalnya saat dia bangun dia mencari sang mama tapi tidak ada.
Selesai makan Jean langsung pergi tanpa menyapa sang anak. Carlos dia hanya diam lalu bertanya kepada bibi yang berdiri di sana. "Bibi, mama mana? Kok ga keliatan dali tadi?" tanya Carlos.
"Maaf, tuan muda, bibi tidak tau, karena dari siang nyonya belum pulang," jawab sang bibi pada tuan muda kecilnya ini.
"Kasihan di tinggal ibunya pergi!" ejek Nana seolah tak jera dengan hantaman yang Felisha berikan kemarin.
Carlos yang mendengar itu semakin tak berselera untuk makan, pikirannya jadi berkecamuk dia tidak mau di tinggal oleh mamanya, dengan cepat Carlos turun dari kursi lalu berlari menuju tangga untuk sampai ke kamarnya dia menghiraukan Jean yang masih berada di anak tangga mendengarkan percakapan mereka tadi.
Jean melihat mata bulat milik anaknya itu tampak berair. "Dia menangis?" batin Jean dengan alis terangkat satu, hey bung, pertanyaan konyol macam apa itu, ya jelas nangis lah orang ibunya belum pulang dari tadi.
Dengan tubuh kecilnya Carlos berusaha menaiki anak tangga yang begitu banyak membuat badan kecilnya kelelahan sehingga dia menangis di sana baru ada enam anak tangga yang di naiki Carlos dia sudah lelah seperti ini, karena bila naik lift Carlos tidak nyampai untuk menekan tombol lantai satunya.
Jean yang melihat itu entah kenapa geli sendiri dengan tubuh kecil milik putranya ini, dia membayangkan bila meremukkannya pasti sangat mudah karena tubuh kecil itu sangat lembek.
Hap!
Carlos melihat dia sudah berada di gendongan Jean. "Tuan mama kemana?" tanya Carlos dengan tangisan yang ia tahan agar tidak semakin besar suara tangisannya.
Jean begitu terkejut dengan penggilan dari putranya ini, ya walaupun dia acuh tak perduli dia selalu mengawasi sang anak, ya meskipun dia sering membiarkan Felisha membentaknya dan mencacinya selagi tidak main tangan, tetapi dia juga lupa bahwa pembantu di sini melakukan kekerasan terhadap anaknya dan Jean dengan pikiran bodohnya malah menuduh Felisha sebagai pelaku.
"Siapa yang menyuruhmu memanggilku seperti itu?" dengan tatapan tajam miliknya Jean menatap sang anak yang semakin takut untuk melihat ke arah dirinya. "Carlos Wditama!" panggil Jean. "Jika Daddy berbicara lihatlah ke sini jangan pernah menunduk!" ucapan tegas Jean membuat Carlos ketar-ketir.
"Jadi siapa yang menyuruhmu memanggilku seperti itu?" tanya Jean sekali lagi.
"Itu nyonya yang selalu bersama tuan," jawab Carlos dan semakin membuat Jean salah paham dia mengira itu ulah Felisha.
"Mulai sekarang panggil aku Daddy dan aku bukan tuanmu, tapi Daddy mu, mengerti boy?" tanya Jean dengan suara lembut di akhir Carlos yang polos hanya bisa mengiyakan.
.
.
.
Felisha menangis sepanjang perjalanan mencari di mana letak rumah Jean dia sungguh lupa apa nama kompleks yang di tinggali oleh Jean dan dia juga lupa di mana arah jalan pulang dan kini dia sudah sangat jauh berjalan Felisha duga iya sudah sangat jauh dari tempat dia pertamakali di tinggalkan oleh Jean.
Di tepi sawah ada beberapa rumah warga yang ada di sana Felisha pergi menuju ke sana untuk meminta bantuan karena malam semakin larut dan hawa dingin semakin menjalar ke seluruh tubuh.
.
.
.
Stay Wak Wak gaes 🥳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dhevandra Alfariano_03
waduh konek dong Jane nyonya yg dimaksud anakmu ya Layla babu mu yang sok polos dodol banget jadi orang
2024-01-24
0
Daniela Whu
kukira bisa berkelahi walo sdkit ini emak... soalx kan sdh bisa bikin pingsan itu pembokat nana kok penakut juga 😙
2023-09-04
1