Waktu berlalu, dan kehadiran Zia semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Nakula. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik di pangkalan militer maupun di luar tugas. Meskipun sikap dingin Nakula masih terkadang muncul, namun ketika bersama Zia, ia tidak bisa menahan senyum dan rasa hangat yang timbul di hatinya.
Suatu sore, setelah selesai menjalani latihan fisik yang melelahkan, Nakula berjalan sendirian menuju ruang perawatan. Ia merasakan rasa pegal dan sakit di seluruh tubuhnya, namun ia tahu dokter tidak akan memberi keringanan padanya. Namun, saat masuk ke ruang perawatan, ia kaget melihat Zia sedang duduk di sana dengan senyum cerah di wajahnya.
"Zia? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nakula dengan heran.
Zia melihat ke arahnya, dan senyumnya semakin melebar. "Oh, hai Nakula. Aku hanya menunggumu. Apakah kau merasa sakit atau terluka setelah latihan tadi?"
Nakula sedikit merasa malu karena Zia tampak mengerti apa yang terjadi padanya. "Hanya pegal-pegal biasa, tak perlu dikhawatirkan."
"Baiklah, tetapi sebaiknya kita periksa saja untuk memastikan semuanya baik-baik saja," ucap Zia dengan penuh perhatian.
Nakula mengangguk setuju, dan Zia membantunya duduk di salah satu tempat tidur. Dengan lembut, Zia memeriksa tubuhnya sambil bertanya tentang gejala yang dirasakannya. Nakula merasa aneh, biasanya ia yang berurusan dengan orang-orang yang terluka, tapi kali ini ia menjadi pasien Zia.
"Semuanya terlihat baik," kata Zia sambil mengangguk puas. "Cukup banyak pegal karena latihan keras, tapi tidak ada cedera serius."
"Terima kasih, Dokter Zia," kata Nakula sambil tersenyum tipis.
"Apa itu senyum kecil yang muncul di wajahmu, Kapten?" tanya Zia dengan senyum yang lembut.
Nakula merasa keterkejutan. Ia tidak menyadari bahwa senyumnya muncul dengan sendirinya di hadapan Zia. "Oh, itu tidak apa-apa," jawabnya cepat.
Zia tertawa kecil. "Kau tahu, Kapten Nakula, senyum itu indah. Aku ingin melihatnya lebih sering, tahu."
Nakula merasa wajahnya memanas. Ia tidak tahu bagaimana harus merespons kata-kata Zia yang tiba-tiba begitu berani mengungkapkan perasaannya. "Zia, aku... aku tidak terlalu terbiasa dengan..."
Sebelum Nakula sempat menyelesaikan kalimatnya, Zia menyentuh tangannya dengan lembut. "Kau tidak perlu berusaha menyembunyikan dirimu dari orang lain, Nakula. Aku ingin mengenalmu lebih dalam, termasuk bagian-bagian dari dirimu yang kau coba sembunyikan."
Nakula terdiam sejenak, melihat mata Zia yang penuh kehangatan. Ia merasa ada magnet yang menariknya pada wanita di hadapannya ini. "Aku hanya takut membuka hati, Zia. Aku takut cinta yang tumbuh bisa menyakiti kita."
Zia melepaskan genggaman tangannya dan duduk berdekatan dengannya. "Cinta memang membawa risiko, Nakula. Tapi itu juga yang membuat hidup berharga. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi aku percaya bahwa kita berdua bisa melewati apapun jika kita bersama."
Nakula mengamati wajah Zia dengan seksama. Dia melihat keberanian dan kehangatan di matanya. Sekarang ia menyadari bahwa Zia bukanlah seseorang yang hanya akan memberi kebahagiaan semu, tapi juga orang yang berani memahami dan berbagi beban dalam hidup.
"Aku... aku ingin mencoba," ucap Nakula dengan hati-hati.
Senyum bahagia merekah di wajah Zia. "Itu sudah cukup bagiku, Nakula. Aku senang kau memberi kesempatan padaku. Kita akan melangkah bersama dan melihat apa yang masa depan tawarkan."
Dengan hati yang penuh harapan, Nakula dan Zia saling berpegangan tangan. Di hadapan mereka, sebuah kisah cinta yang indah dan tak terduga mulai tumbuh. Di antara dinginnya Nakula dan cerianya Zia, mereka menemukan kenyamanan dan kebahagiaan yang jarang mereka rasakan sebelumnya. Kini, mereka siap untuk menghadapi semua cobaan dan mengukir cerita cinta yang takkan pernah terlupakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Salsabila Adp
lnjut lnjutt
2023-07-25
0
Ichigo Kurosaki
Liat karakter kaya gini bener-bener bikin aku dapat inspirasi!
2023-07-25
0
Akako
Gak sabar nunggu lanjutannya!
2023-07-25
0