Bab 5: Cobaan Pertama

Sinar matahari perlahan menyinari pangkalan militer, menyambut hari baru dengan hangatnya. Di ruangannya, Nakula duduk sendirian, merenungkan pertemuan yang mendalam dengan Zia di tepi danau semalam. Hatinya terasa hangat, tetapi keraguan masih mengganggu pikirannya. Ia tahu bahwa cinta adalah hal yang rumit dan tak terduga, dan ia tidak ingin terluka lagi.

Tiba-tiba, pintu ruangan Nakula terbuka, dan Zia masuk dengan senyuman ceria di wajahnya. "Hai, Nakula! Apa kabar pagi ini?"

Nakula mencoba menyembunyikan ketegangan di dadanya dan menyambutnya dengan senyum tipis. "Hai,Zia. Aku baik. Bagaimana denganmu?"

Zia berjalan mendekati meja Nakula dan duduk di kursi di hadapannya. "Aku juga baik. Kita akan bertugas bersama hari ini, bukan?"

Nakula mengangguk, "Ya, kita mendapat tugas bersama untuk misi yang cukup berat. Kita harus siap dan fokus."

Zia melihat ekspresi serius di wajah Nakula, lalu ia meraih tangannya dengan lembut. "Nakula, apa yang sedang kau pikirkan?"

Nakula menatap tangannya yang tergenggam oleh Zia, dan ia merasa kehangatan dari sentuhan itu. "Aku hanya... ragu, Zia. Aku takut terluka lagi, dan aku tidak ingin melibatkanmu dalam hidupku yang berbahaya."

Zia melepaskan genggaman tangannya dan menyentuh wajah Nakula dengan lembut. "Nakula, aku mengerti ketakutanmu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku sudah tahu risiko yang akan aku hadapi ketika aku memilih mencintaimu."

Nakula memandangnya dengan penuh kebingungan, "Apa maksudmu?"

Zia tersenyum lembut, "Ketika kita mencintai seseorang, kita harus siap menghadapi segala risikonya. Aku tidak ingin menyerah begitu saja hanya karena ada kemungkinan luka. Aku ingin mengalami semua hal bersamamu, baik suka maupun duka."

Nakula terdiam, merenungkan kata-kata Zia dengan hati-hati. Ia tahu bahwa Zia berbicara dari hati yang tulus, dan ia merasa beruntung memiliki seseorang yang seperti dia di sisinya.

"Tapi, Nakula, aku juga ingin kau tahu bahwa cinta bukanlah jaminan untuk kebahagiaan tanpa rintangan," lanjut Zia dengan bijaksana. "Mungkin ada cobaan dan rintangan yang harus kita hadapi bersama, tapi aku percaya bahwa kita bisa melewati semuanya jika kita bersama."

Nakula merasa begitu terharu oleh keberanian Zia untuk menghadapi cinta dengan segala ketidakpastiannya. Ia menyadari bahwa ia tak ingin melepaskan kesempatan ini untuk mencoba merasakan cinta sejati lagi.

"Aku ingin mencoba, Zia," ucap Nakula dengan penuh tekad. "Aku ingin mencoba mencintaimu dengan segenap hati dan jiwa. Aku ingin memberikan kesempatan pada perasaan ini."

Senyum bahagia merekah di wajah Zia. Ia melepaskan napas lega, merasa bahagia karena Nakula memberinya kesempatan.

"Aku berjanji akan berada di sampingmu dan mendukungmu dalam setiap langkahmu, Nakula," kata Zia dengan tulus.

Nakula menggenggam tangan Zia dengan erat, merasa ada semacam ketenangan yang ia rasakan saat bersamanya. "Terima kasih, Zia. Aku berjanji akan mencoba membuka hatiku dan memberikanmu cinta yang kau pantas dapatkan."

Kedua hati yang penuh dengan luka dan kegelisahan ini bersatu dalam sebuah kesepakatan. Mereka bersama-sama memilih untuk memberi kesempatan pada cinta, walau cobaan dan rintangan menanti di depan. Namun, mereka percaya bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala hal.

Hari itu, saat mereka bersiap-siap untuk misi yang menantang, Nakula dan Zia merasakan kekuatan dalam kebersamaan mereka. Ketakutan akan terluka perlahan berkurang, digantikan oleh kepercayaan yang tumbuh dalam hati mereka.

Di hadapan misi yang berbahaya dan tantangan yang belum terjawab, Nakula dan Zia tahu bahwa kini mereka memiliki satu sama lain. Keduanya siap untuk menghadapi dunia bersama, menyembuhkan luka-luka masa lalu, dan menemukan kebahagiaan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***