Bab 2: Mengungkap Luka dan Kelembutan

Hari-hari berlalu di pangkalan militer itu, dan setiap kali Nakula berjalan melewati ruang perawatan, hatinya selalu mencari sosok Zia. Mereka sering bertemu saat para prajurit membawa kembali rekan-rekan mereka yang terluka dari medan perang. Namun, Nakula tetap mencoba menjaga jarak dengan tetap terlihat dingin dan profesional di depannya.

Suatu pagi, Nakula sedang berjalan menuju kantin untuk sarapan. Langit cerah dan sinar matahari menyapa, tapi hati Nakula tetap terasa hampa. Ia merasa kesepian di tengah keramaian, dan walaupun ia selalu dikelilingi oleh pasukannya, ada perasaan kosong yang tak bisa dijelaskan.

Saat melangkah masuk ke kantin, tatapannya tiba-tiba tertuju pada sosok Zia yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan. Ia membaca buku sambil sesekali tersenyum. Nakula merasa heran, seorang dokter yang sibuk seperti dia masih menyempatkan waktu untuk membaca buku di tengah-tengah kesibukannya.

Tanpa disadarinya, langkah Nakula mendekati meja Zia dengan sendirinya. Ia menghela nafas kecil untuk menenangkan diri sebelum akhirnya bersuara, "Apakah kau selalu membawa buku di mana pun kau pergi?"

Zia tersenyum lembut dan menutup bukunya. "Ya, membaca adalah cara saya untuk bersantai dan melupakan sejenak segala urusan medis yang mengelilingi saya."

Nakula duduk di kursi kosong di hadapannya. "Kau memang sosok yang unik," ucapnya dengan nada hangat yang jarang terdengar dari bibirnya.

Zia tertawa ringan, "Mungkin begitu. Tapi saya merasa lebih dekat dengan diri saya sendiri saat membaca. Ada sesuatu yang menenangkan dalam dunia buku."

Perbincangan mereka berlanjut, dan semakin banyak waktu yang mereka habiskan bersama, semakin terbuka hati Nakula terhadap keceriaan dan kebaikan Zia. Mereka menemukan kesenangan dalam berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah mereka bagi dengan orang lain.

Saat bersama Zia, Nakula merasa nyaman berbicara tentang masa lalunya yang kelam. Ia mengungkapkan bagaimana kehilangan orang yang dicintainya dalam perang dan bagaimana itu mengubahnya menjadi sosok yang lebih dingin dan tertutup.

Zia mendengarkan dengan penuh perhatian, menawarkan dukungan dan pengertian tanpa menilai atau mencela. Ia melihat di balik sikap dingin Nakula ada luka yang belum sembuh, dan ia ingin membantu Nakula mengatasi rasa sakit itu.

Nakul juga tertarik dengan cerita Zia tentang bagaimana ia menjadi seorang dokter dan perjuangannya dalam mengatasi cobaan hidupnya. Zia telah kehilangan orang tuanya ketika masih muda dan harus menghadapi banyak kesulitan sebelum akhirnya menjadi seorang dokter yang berhasil.

Setiap kali Nakula dan Zia berbicara, mereka semakin merasa nyaman satu sama lain. Mereka saling melengkapi dengan baik, seperti dua puzzle yang akhirnya menemukan tempatnya. Nakula mulai menyadari bahwa kehadiran Zia membantu melunakkan hatinya yang dingin dan membuatnya merasa hidup lagi.

Namun, di tengah semua kebahagiaan itu, ketakutan Nakula masih ada. Ia takut membuka hati sepenuhnya dan mencintai lagi, takut menghadapi risiko kehilangan seseorang yang dicintainya lagi. Ia tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan bersama, ia harus memperjuangkan perasaannya dan mengatasi rasa takutnya.

Pada suatu malam, setelah hari yang panjang dan melelahkan, Nakula dan Zia berjalan bersama di bawah langit berbintang. Sesaat mereka berhenti di bawah cahaya bulan yang bersinar terang.

"Zia" ucap Nakula dengan ragu, "aku... aku mulai merasa sesuatu padamu, tapi aku takut."

Zia menatapnya dengan lembut, "Takut akan apa, Nakula?"

"Takut untuk mencintai dan kemudian kehilangan lagi," kata Nakula pelan. "Tapi aku juga tak ingin melepaskan perasaan ini. Aku merasa bahagia saat bersamamu."

Zia tersenyum, meletakkan tangannya di atas tangannya. "Ketakutan itu wajar, Nakula. Kita semua pernah merasakannya. Tapi tak ada kebahagiaan tanpa risiko. Jika kita tak berani menghadapi rasa takut, kita takkan pernah menemukan cinta yang sejati."

Nakula memandangnya dengan perasaan campur aduk. Ada keteguhan dalam matanya, tapi juga kerentanannya yang tersembunyi.

"Zia, aku ingin mencoba," ucapnya dengan tegas. "Aku ingin mencoba mencintaimu tanpa takut kehilangan."

Senyum ceria melintas di wajah Zia, "Aku juga ingin mencoba, Nakula. Kita bisa menghadapi segala hal bersama-sama."

Mereka saling tersenyum, merasakan kehangatan cinta yang tumbuh di antara mereka. Inilah awal dari perjalanan mereka dalam menyembuhkan luka dan menemukan kebahagiaan di antara dingin dan ceria.

Dan saat mereka berjalan bersama di bawah langit berbintang, Nakula merasa hatinya menjadi lebih hangat dari sebelumnya, karena kini ia memiliki seseorang yang memahami dan mencintainya apa adanya. Dan Zia, dia menemukan sosok yang selalu dapat membawanya ke dalam cahaya, bahkan di tengah kegelapan.

Terpopuler

Comments

im_soHaPpy

im_soHaPpy

Terima kasih, bikin hari jadi lebih baik!

2023-07-25

0

Blush✨☃️

Blush✨☃️

Wah, seru banget nih ceritanya, THOR! Lanjutkan semangatmu!

2023-07-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!