04. Mulai Sefrekuensi

"Hm, lo gak perlu putusin pacar lo demi gue."

Saat itu juga, Alaska membelalakkan kedua bola matanya.

Tunggu! Maksudnya apa?

"Kenapa?"

"Gimana, ya? Gue tahu banget gimana rasanya melepaskan orang yang paling dicintai. Berhubung pernikahan kita juga, yaah, aneh? Gue rasa nggak ada salahnya lo-"

"Lo nyuruh gue selingkuh?" Alaska memotong ucapan Sharon. Dahinya mengernyit, tak paham dengan cara pikir perempuan itu.

"Emang itu kehitungnya selingkuh, ya? Dia 'kan pacar lo! Lo pacaran sama dia udah lama dari sebelum kita nikah mendadak kemaren,"

Alaska menepuk dahinya pasrah. "Iyalah! Dengan lo bilang kayak gini, secara nggak langsung lo nyuruh gue buat selingkuh secara terang-terangan. Emang lo mau diselingkuhin? Status kita bukan PACARAN, tapi SUAMI ISTRI! Apalagi kemaren malem kita skidipapap! Orang pacaran nggak ada tuh yang sampe ke sana! Iya mungkin ... ada beberapa? Tapi 'kan kelakuan kayak gitu nggak mencerminkan orang pacaran."

Sharon dibuat bungkam oleh rentetan kata-kata Alaska yang begitu panjang lebar dan jelas. Otaknya dibuat berpikir keras soal kata-kata yang sebelumnya dia lontarkan pada Alaska.

"Iya juga, ya. Tapi masalahnya-"

"Shar, dengerin gue! Lo tahu biologi 'kan?" Alaska mendekatkan posisi duduknya dengan Sharon. Tatapan matanya berubah serius. Membuat Sharon gelagapan hingga berakhir mundur sedikit lebih jauh dari Alaska.

"Ta-tahu!" Jawab Sharon, tanpa berniat menatap wajah Alaska.

Alaska lagi-lagi menghela napas. "Lo nggak lupa soal apa yang kemaren kita lakuin 'kan?"

Jantung Sharon mendadak berdegup kencang. Sial! Pembicaraan itu sudah sangat mati-matian Sharon hindari, tapi Alaska malah mengungkitnya.

"Shar?" Karena tak mendengar balasan dari Sharon, Alaska memanggilnya sekali lagi seraya menjentikan jari.

"Hah? Em, i-iya. Ya kali gue lupa,"

"Nah! Tuh lo inget. Gue kayak gini karena mau bertanggung jawab. B*go lo!" Tanpa diduga-duga, Alaska menyentil dahi Sharon, lalu melenggang memasuki kamar.

"Awh, sakit! Sembarangan ngatain gue b*go!"

...****...

"Alaska!" Sharon memajukan bibirnya kesal, saat panggilannya tak digubris oleh Alaska.

Ck, kenapa tuh cowok? Sariawan?

"Woi, Alaska! Lo dengerin gue gak sih?" Terlanjur kesal, Sharon melempar bantal tepat ke arah wajah Alaska.

Alaska yang tengah sibuk bermain game pun dibuat menoleh garang saat handphone-nya dibuat jatuh ke pangkuannya karena ulah Sharon.

"Apaan sih lo? Gak lihat gue lagi mau push rank?" Alaska mendengus seraya memungut kembali handphone-nya. Mulutnya kembali mendumel kesal saat heronya sudah lebih dulu mati sebelum Alaska benar-benar hendak beraksi.

"Sialan!" Terlanjur kesal, Alaska mematikan handphone dan menaruhnya asal di atas nakas. Perhatiannya kembali pada Sharon yang menunduk tak enak hati.

"Mau apa?" Sahut Alaska, tanpa berniat mengubah posisi duduknya di atas tempat tidur.

"Em, gue cuma mau nawarin makan. Soalnya ini gue lagi pesen gofud, kali aja lo juga lagi laper, jadi ..." Sharon menggantungkan ucapannya saat tatapan dingin Alaska terasa semakin menusuk.

"Em, kalau nggak mau-"

"Lo pesen apa?" Nada suara Alaska terdengar melemah. Tanpa sadar Sharon menghela napas lega.

"Pesen ayam geprek sama colla,"

"Ya udah, samain."

"O-oke." Dirasa selesai, Sharon melenggang dari dalam kamar tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

Anehnya, Alaska jadi kepikiran, apalagi mengingat raut wajah Sharon yang terlihat syok karena sikap Alaska.

"Fine, gue ngalah!"

...****...

"Lagi ngapain?" Dengan perasaan kaku, Alaska bertanya spontan ketika melihat Sharon tengah mengeluarkan beberapa buah piring dari dalam rak.

"Lagi ngambil alat makan. Pesenannya bentar lagi nyampe." Ujar Sharon, sedikit pun perempuan itu tidak berniat menatap wajah Alaska. Anehnya, Alaska jadi kesal sendiri.

"Lo marah?" Alaska mencekal pergelangan tangan Sharon tiba-tiba. Kedua alisnya spontan bertaut saat sepasang bola mata Sharon menatapnya dengan begitu bingung seolah tengah balik bertanya.

"Bukannya yang lagi marah elo, ya?"

Peka juga nih cewek!

"Enggak! Siapa juga yang marah?" Alaska berdeham beberapa kali seraya melepaskan cengkraman tangannya. Sontak gelagatnya itu mendapat respons geli dari Sharon yang terkikik pelan melihatnya.

"Terserah!" Sharon mendengus, lalu melanjutkan langkahnya menuju meja makan untuk menaruh piring bawaannya. Setelahnya, Sharon kembali ke tempat semula untuk mengambil dua buah gelas. Dan tentunya gerak-gerik Sharon terus diperhatikan oleh Alaska.

"Bawa apa lagi?" Sharon mengernyit bingung. "Bawa gelaslah! Nggak lihat?"

"Ck! Maksud gue, apa lagi yang mau dibawa biar sekalian." Terang Alaska, dibalas oh panjang oleh Sharon.

"Udah, kok. Gue makan pake tangan. Kalau lo kayaknya nggak terbiasa, ya? Ambil aja sendok sama garpu buat lo!"

Diam-diam Alaska berdecih. Kedua kaki jenjangnya berjalan mengitari meja makan, lalu berhenti di sebuah kursi yang berhadapan dengan posisi duduk Sharon.

"Dikira gue apaan makan ayam geprek pake sendok garpu? Nggak banget,"

"Ya 'kan? Kak Sherly malah bilang 'iyuuh, apaan sih? Nggak steril, blablabla'. Padahal makan pake tangan tuh suatu kenikmatan yang haqiqi,"

"Setuju! Tos dulu dong." Alaska menyodorkan kepalan tangannya dan langsung dibalas antusias oleh Sharon. Bertepatan dengan itu, bel apartemen mereka berbunyi.

"Gue aja yang bukain." Ujar Alaska, lantas beranjak dari kursi.

Ketika membukakan pintu, seorang ojol tersenyum ramah padanya. "Apartemennya Mbak Sharon?"

"Iya, saya suaminya,"

Dengan cepat si ojol menyerahkan sekantung keresek berukuran sedang pesanan customernya. "Ini pesanannya, Mas! Sesuai aplikasi."

"Totalnya jadi berapa?"

"Udah, Mas, lewat aplikasi."

"Oh, ya udah. Makasih, ya!"

"Iya, Mas. Mari!"

Pintu apartemen kembali ditutup. Dengan langkah pelan, Alaska berjalan menghampiri Sharon yang masih berada di dapur.

"Berapa tadi makanannya?"

"Kenapa? Ojolnya minta dibayar lagi? Udah, kok. Ini pake-"

"Bukan." Alaska menyela cepat. Helaan napas pendek turut ia embuskan. "Terus?"

"Biar gue ganti."

Tanpa diduga-duga, Sharon tertawa pelan disela menaruh makanannya ke atas piring. "Dih, sok-sokan banget pake acara ganti!? Gak usahlah, segitu doang. Udah, cepetan makan! Ntar keburu dingin nggak enak."

Alaska sudah hendak kembali membalas. Namun ketika melihat antusiasme Sharon yang memulai ritual makan malam lebih dulu, Alaska memilih untuk menahannya.

Masih banyak waktu. Toh, kita tinggal seatap.

...****...

"Shar! Lo udah tidur?" Alaska mengubah posisi berbaringnya menjadi terlentang seraya kembali membuka mata. Saat melirik jam di atas nakas, pukul 10 lewat 30 menit tertera di sana.

Sharon yang pada dasarnya masih mencoba untuk terpejam, akhirnya kembali membuka mata. Dengan cepat dia mengubah posisi berbaring dari terlentang menjadi menyamping.

"Belum."

"Mau-"

"Enggak!" Selaan cepat dari Sharon, membuat Alaska refleks bangun. Kepalanya menoleh pada Sharon yang masih dalam posisi sama.

Tersadar akan apa yang baru saja dia ucapkan, buru-buru Sharon berdeham beberapa kali seraya ikut bangun. "Mak-maksud gue ..."

"Gue cuma mau ngajakin lo nonton. Tapi kalau gak mau, ya udah." Alaska mengendikkan bahu, lalu kembali meringkuk di atas tempat tidur.

Omong-omong, Sharon dan Alaska tidur tempat tidur yang sama, namun posisi yang berbeda. Dikarenakan tempat tidur mereka memiliki 2 kasur yang ditumpuk, jadilah Alaska tidur di kasur bawah, sementara Sharon di kasur paling atas.

Sharon menghela napas berat seraya melirik Alaska yang berbaring memunggunginya. "Em, besok lo masuk kampus?"

"Hm." Balas Alaska, malas. Atau lebih tepatnya mencoba untuk terlelap.

Sharon lagi-lagi menghela napasnya. Tubuhnya mulai kembali dibaringkan di tempat semula. Kedua tangannya pun mulai sibuk menarik selimut sampai batas dada.

"Katanya lo kuliah di kampus gue juga?" Sahutan itu berasal dari Alaska yang mendadak gemas saat Sharon tak lagi melontarkan pertanyaan.

"Hm."

"Fakultas mana?" Tanya Alaska lagi.

"Seni."

"Lukis?"

"Bukan, tapi musik." Sempat terjadi keheningan di antara keduanya. Selang berapa lama, Alaska kembali bertanya. "Belajar apa aja di sana?"

"Hm, banyak!"

"Yang paling lo suka apa?"

Sharon mulai berpikir keras. Sebenarnya, Sharon suka semuanya. Tetapi ... "Yang paling gue suka itu bikin instrumen. Ya, walau masih belum se-pro player yang lain, tapi lumayanlah."

"Berarti lo juga bisa nyanyi, dong?"

"Hm, dikit."

Lagi. Suasana di antara mereka kembali hening.

Alaska masih ingin lanjut mengobrol, tapi ia bingung harus membahas apa lagi. Begitupun dengan Sharon yang terus menunggu pertanyaan lain dari Alaska.

"Hm, besok lo mau berangkat bareng gue?" Alaska diam-diam merutuki dirinya sendiri yang selalu to the point.

Kebiasaan memang! Sharon nggak akan menganggap Alaska kegatelan 'kan?

"Nggak, deh. Nanti jadi Hot News, lagi. Semua orang juga tahu kalau lo tuh udah punya pacar. Nanti kalau gue jadi bahan ghibah gimana? Ntar beritanya nyampe ke twitter dengan judul, Senior Alaska Memutuskan Ganti Cewek Setelah 1 Tahun Menjalani LDR."

Alaska terkekeh pelan menanggapi ujaran panjang Sharon. "Jadi selama ini lo udah tahu semua tentang gue?"

Sharon mengangguk. "B*go dong gue kalau nggak tahu apa-apa soal senior yang seringggg banget dibicarain sama temen-temen gue?!"

"Gue nggak tahu kalau gue seterkenal itu." Alaska kembali mengubah posisi berbaringnya menjadi terlentang. Diam-diam juga Alaska melirik Sharon.

"Yah, gimana lo nggak terkenal? Artikel sama gosipnya sampai sekarang masih ada. Mahasiswa Jurusan IT dengan kemampuan dan nilai terbaik sepanjang semester." Tanpa diduga-duga, Sharon menggeser posisi tidurnya ke sudut kasur. Posisinya pun sengaja menghadap pada Alaska yang terlihat sedikit tersipu karena ucapan Sharon.

"Biasa aja kali. Nggak se-wah itu,"

"Justru nggak biasa! Gue denger-denger lo juga sempet diganggu, ya, sama senior lo? Mereka kesel karena lo yang notabene junior diantara yang lain, kepilih sebagai mahasiswa terbaik di Jurusan IT. Itu ... beneran?"

"Waah, sejauh mana lo tahu soal gosip gue? Jangan-jangan lo salah satu penulis artikel di Lambe Turu? Atau ... jangan-jangan lo stalker, ya?" Tudingan spontan Alaska berhasil membuat Sharon memberengut kesal.

Niat awal ingin menggali informasi seputar Alaska, malah Sharon yang balik diinterogasi. Apa-apaan cowok itu!?

"Tahu, ah! Gue mau tidur, bye!"

"Cepet banget? Gak mau olahraga bareng gue? Kek kemaren." Alaska terkikik geli hanya karena mendengar ucapannya sendiri.

Dasar cowok!

"Enggak! Sendiri aja sana di kamar mandi. Gak usah ngajak-ngajak gue." Balasan ketus dari Sharon, semakin membuat jiwa usil Alaska menggelora. Sebuah seringaian tak biasa mulai terpatri di wajahnya.

Sayang, Sharon tidak dapat melihatnya karena posisi perempuan itu yang memang sengaja membelakangi Alaska.

"Btw, Shar!" Alaska kembali menyahuti Sharon. Terdengar decak sebal dari mulut Sharon yang semakin membuat Alaska bersemangat untuk melanjutkan keusilannya.

"Apaan sih? Nggak jelas banget. Udah nungguin juga." Sharon mendumel kesal saat Alaska yang sempat menyahutinya malah diam.

"Ooh, lo nungguin? Gini, tapi, gue mau jujur aja nih, ya. Soal yang kemaren malem, jujur aja ... gue puas."

"ALASKAAA! DIEM, NGGAK!?"

^^^To be continued...^^^

Terpopuler

Comments

Istrinya Kim Mingyu

Istrinya Kim Mingyu

waahhh gk bnerrr si alaska🤣🤣🤣

2023-07-26

1

bulu jetek juki

bulu jetek juki

pen 1 cwok kyk dia d rl ad gk yaks:'(

2023-07-26

1

Ghania-chan

Ghania-chan

mulai muncul roman"nya

2023-07-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!