Just Married

Just Married

01. Pernikahan Palsu

"Selamat! Kalian berdua telah sah menjadi pasangan suami istri! Pengantin pria dipersilakan untuk mencium pengantin wanita."

Sharon menatap nanar laki-laki di hadapannya yang juga berekspresi sama. Gaun putih cantik yang melekat pas di tubuhnya hanyalah sebuah topeng yang terpaksa dikenakan.

Acara sakral yang seharusnya adalah milik Sherly, kakaknya, berubah menjadi hari pernikahan Sharon.

Lagi, Sharon menatap lekat-lekat laki-laki di hadapannya. Dia yang seharusnya menjadi ipar Sharon, berakhir menjadi suaminya. Tampak gelagat tak nyaman yang laki-laki itu perlihatkan, namun sebisa mungkin dia terlihat natural.

Alaska Regiantara. Demi menutupi aib keluarga yang dilakukan oleh kakaknya, Alaska merelakan masa depannya demi menikahi Sharon. Perempuan yang tak sekalipun dia pikirkan.

Jika bukan karena kakaknya, Gibran, pergi tepat di hari pernikahan, Alaska dan Sharon tidak akan melakukan pernikahan gila ini.

Keduanya seperti tumbal untuk menutupi masing-masing aib dari keluarga. Gibran yang pergi begitu saja tanpa alasan, dan Sherly yang tiba-tiba menghilang meninggalkan sepucuk pesan dengan maksud tidak ingin melanjutkan pernikahan.

Kacau. Pesta pernikahan dengan kesiapan hampir 100% itu hampir saja hancur. Biaya untuk pesta pernikahan yang digelar dengan begitu megah begini tidaklah murah. Semuanya mengeluarkan biaya yang cukup fantastis. Dan demi tidak merugi sekaligus meminimalisir rasa malu, kedua keluarga dengan tega menojokkan masing-masing anak bungsu mereka.

Sharon mengerjap mata saat tangannya disentuh oleh Alaska. Kepalanya mendongak menatap wajah Alaska yang cukup tinggi dari jangkauannya.

Saat itu juga, air mata Sharon jatuh saat dengan terpaksa, Alaska mencium keningnya. Perasaan kesal dan marah teruntuk Sherly dan juga keluarganya, hanya bisa Sharon tahan sampai pesta pernikahan ini selesai.

Tepukan tangan heboh dari para tamu teruntuk pasangan pengantin baru itu mulai terdengar. Hampir seluruh tamu mempertanyakan, mengapa yang berakhir menikah adalah orang yang berbeda?

Berdalih karena salah tulis undangan dan undangan yang telah terlanjur disebar, akhirnya tak lagi dipermasalahkan oleh mereka. Sayangnya, bagi Sharon dan Alaska, hal ini adalah masalah besar.

Mereka berdua telah sepakat. Besok pagi-pagi sekali, Sharon dan Alaska akan membubarkan pernikahan gila ini dan tidak akan pernah bertemu lagi. Persetan dengan urat malu keluarga. Yang jelas, masa depan Sharon dan Alaska dipertaruhkan di pernikahan palsu ini.

...****...

Pesta pernikahan telah sepenuhnya usai. Dan saat ini, Sharon dan Alaska, beserta kedua keluarga tengah merenung di dalam kamar hotel yang telah dipesan dari jauh-jauh hari untuk Sherly dan Gibran.

Namun sepertinya, kamar hotel luas nan mewah itu hanya akan menjadi tempat perundingan keluarga untuk saat ini.

Di tengah keterdiaman, Alaska bangkit dari sofa. Seluruh fokus anggota keluarga lantas beralih pada laki-laki yang usianya baru menginjak angka 21 tahun itu.

Alaska menarik napasnya dalam-dalam dengan kedua rahang yang mengeras. Kedua tangannya pun mulai terkepal kuat. Jika saja Alaska mengikuti nafsunya, Alaska ingin sekali menggila untuk melampiaskan amarahnya.

Sayang, kewarasan Alaska masih penuh. Sekeras apa pun dia ingin menggila seperti kata nafsunya, hal itu tidak akan berbuah apa-apa.

"Seperti kesepakatan awal, besok aku sama Sharon akan cerai!" Alaska berucap lantang di tengah keterdiam.

Sementara Sharon, perempuan itu ikut bangkit dari posisinya. Mengiyakan ucapan Alaska. "Aku setuju! Pokoknya, malam ini aku mau pulang ke-"

"Sharon, Alaska! Tolong dengarkan dulu!" Rafinza, selaku ayah kandung Sharon, memotong ucapan putrinya. Seluruh perhatian lantas beralih pada pria paruh baya itu.

"Kami mohon sekali lagi, apa kalian tidak mau mempertimbangkan untuk mempertahankan pernikahan kalian?"

"Iya, Nak! Jika kalian bercerai, status kalian akan berbeda nanti. Kalian mau jadi janda dan duda di usia muda? Nggak, 'kan?" Timpal Priska, selaku istri dari Rafinza serta ibu kandung Sharon.

Sharon tertawa miris mendengar permintaan lain yang tak kalah 'tak masuk akal'. "Salah siapa!? Kalian yang memojokkan kami untuk menikah menggantikan Kak Sherly dan Kak Gibran! Mereka yang berulah, tapi kami yang dikorbankan! Kami sudah menurut seperti yang kalian inginkan! Coba kalian pikirkan. Kurang patuh apa lagi aku sama Alaska?"

Semuanya kembali terdiam.

Benar. Masih untung putra dan putri bungsu mereka menuruti pernikahan ini. Jika tidak, tidak tahu akan jadi semalu apa nantinya.

Terdengar helaan napas berat dari mulut Gavindra, ayah kandung Alaska. "Ya sudah. Kami semua minta minta maaf karena sudah memaksa kalian! Terima kasih sudah mengikuti keinginan kami. Keputusan akhir tentu saja ada di tangan kalian. Tapi sebagai permintaan terakhir dari kami, menginaplah di sini. Hanya untuk malam ini. Besok, terserah kalian."

...****...

Sedari kepulangan kedua keluarga, Sharon tak henti-hentinya terus mengusap air mata yang entah sudah berapa kali membasahi wajah cantiknya. Fokus perempuan yang belum genap berusia dua puluh tahun itu menghadap ke luar jendela kamar hotel. Menampilkan beribu cahaya dari beberapa gedung pencakar langit dan kendaraan yang masih aktif di jalan raya.

Pakaiannya sendiri masih belum berganti. Gaun putih panjang cantik yang sempat dikenakan di acara sakralnya bersama Alaska masih melekat di tubuh indahnya.

Sementara Alaska sendiri, laki-laki itu tengah membersihkan badannya di kamar mandi. Sama halnya dengan Sharon, Alaska membenci hari ini. Menikah diusia muda apalagi bukan dengan perempuan yang Alaska cintai.

Sial!

Bagaimana Alaska menjelaskan kejadian hari ini pada kekasihnya?

Ya, Alaska sudah punya kekasih! Perempuan yang amat dia cintai selama kurang lebih setahun ini.

Lagi. Alaska menghela napas berat sebelum dia keluar dari dalam kamar mandi. Sepasang netranya menatap dalam pada pantulan dirinya di cermin.

Tak sampai satu menit, Alaska kembali menghela napas. Salah satu tangannya dengan kasar menyisir rambutnya yang setengah basah.

"Sialan!" Gerutu Alaska, sebelum akhirnya dia berjalan keluar.

Saat pintu kamar mandi terbuka, Alaska dapat dengan jelas melihat punggung ramping Sharon yang sedikit membungkuk. Terdengar isakkan kecil yang membuat Alaska langsung menyimpulkan, jika perempuan yang kini telah sah menjadi istrinya itu tengah menangis dalam diam.

"Shar, lo mandi dulu, gih!" Sahutan pelan dari Alaska menyadarkan Sharon. Dengan cepat perempuan itu menghentikan tangisnya. Tangannya mulai sibuk menghapus make up yang mulai luntur sebagian akibat air mata yang terus menerus turun tanpa diminta.

"I-iya. Ka-kalau gitu, lo bisa bantuin gue bentar gak?" Sharon melirik Alaska sekilas lewat pantulan cermin. Perempuan itu dibuat tidak nyaman ketika melihat tampilan Alaska yang hanya memakai sebuah handuk yang dililit di pinggang yang panjangnya hanya sampai menutupi lutut. Sementara itu, dada bidangnya yang setengah basah terekspos dengan polos.

Entah laki-laki itu sengaja atau memang itulah kebiasaannya, Sharon pun tidak tahu. Atau lebih tepatnya, tidak ingin tahu.

"Bantuin apa?" Langkah kaki Alaska mulai terdengar di belakang.

Dirasa posisi laki-laki itu telah berada tepat di belakang Sharon, Sharon pun bangkit dan berbalik. "Tolong turunin resleting gaun gue!" Pinta Sharon. Kepalanya menunduk segan.

Jujur saja, Sharon tidak terbiasa berhadapan dengan laki-laki yang penampilannya setengah telanjang begini. Atau lebih tepatnya, Sharon belum pernah dan Alaska adalah laki-laki pertama yang berlaku santai, padahal tubuh bagian atasnya begitu terpampang nyata.

Sharon sampai menelan ludahnya sendiri saat matanya tidak sengaja melirik ke arah otot perut Alaska yang begitu menawan dan menggiurkan.

Sial! Mikir apaan sih gue?

"Mana, sini!" Ucapan Alaska lagi-lagi nenyadarkan Sharon. Dengan cepat perempuan itu berbalik seraya menyampirkan rambut panjangnya yang menutupi sebagian punggungnya.

Tanpa berpikir panjang, Alaska mulai menurunkan resleting gaun Sharon seperti yang perempuan itu inginkan. Namun, ketika resleting itu telah benar-benar terbuka sampai memperlihatkan punggung mulus Sharon, dari situlah Alaska merasakan sesuatu aneh yang tidak seharusnya.

"Makasih! Kalau gitu gue mau lanjut mandi." Dirasa usai, Sharon langsung berlari menuju kamar mandi tanpa menghiraukan Alaska.

Sedangkan Alaska, laki-laki itu mulai memijit pangkal hidungnya saat otaknya mulai memikirkan hal mesum hanya karena melirik punggung ramping nan mulus milik Sharon.

"Sadar, Alaska! Ini bukan pertama kalinya lo lihat punggung cewek! Jangan karena lo belum pernah skidipapap, otak lo mulai berpikir gak waras! Pasti godaan setan. Ya, itu pasti!"

...****...

Tepat tengah malam, tak satu pun dari Sharon dan Alaska mulai terlelap ke alam mimpi. Keduanya sama-sama melamun dan berbaring menghadap ke arah langit-langit kamar hotel.

Sharon berbaring di atas tempat tidur, sementara Alaska sendiri berbaring di atas sofa panjang. Keduanya sibuk memikirkan hal yang berhubungan dengan kejadian hari ini.

Entah itu alasan mengapa Gibran dan Sherly memutuskan mengakhiri hubungan mereka tepat di hari pernikahan, maupun nasib mereka yang kini telah sah menjadi pasangan suami istri.

Cukup rumit.

"Sharon!" Terlalu lama dalam keterdiaman membuat mulut Alaska gatal. Perlahan dia juga mulai mengubah posisinya menjadi berbaring menyamping menghadap Sharon.

"Hm?" Sharon ikut mengubah posisi. Tatapan matanya terkunci pada raut wajah Alaska yang tidak terlalu jelas akibat pencahayaan kamar hotel yang hanya mengandalkan lampu tidur.

"Mau minum?" Tawaran Alaska, sedikit membuat Sharon tidak paham. Dengan cepat perempuan itu bangkit dari posisi tidurnya.

"Minum?"

Alaska mengangguk, lalu ikut bangkit dan berjalan menuju kulkas. "Tadi gue lihat ada whisky. Lo mau?" Alaska mengangkat sebuah botol penuh whisky ke arah Sharon.

"Hah? Minum ... beneran?" Sharon yang pada dasarnya polos dalam hal minuman beralkohol, menatap ragu Alaska yang ikut mendudukkan diri di atas tempat tidur.

"Iyalah! Belum pernah, ya?" Terdengar kekehan kecil dari Alaska yang membuat Sharon sedikit malu. Dengan cepat Sharon mengangguk sembari menyembunyikan rona merah muda di wajahnya.

"Sini, cobain! Khusus buat malam ini doang! Jujur aja, dengan minum sampe mabok, lo akan lupa soal masalah hari ini! Ya, walau cuman buat sesaat." Tanpa pikir panjang, Alaska meminum whisky itu langsung dari mulut botolnya.

Sharon sampai dibuat tersedak tak percaya dengan kegilaan Alaska. "Lo ... tahu dari mana kalau dengan mabok, lo akan lupa soal masalah hari ini? Lo sering, ya?"

Alaska tertawa lepas menanggapi pertanyaan Sharon. Dengan cepat Alaska menyerahkan botol minuman whisky itu ke tangan Sharon.

"Cobain sendiri. Dikit-dikit, tapi!" Peringat Alaska, ketika Sharon mulai menelisik kemasan botol minuman itu, sampai pada akhirnya, Sharon mulai menenggaknya.

"Uhuk, uhuk, uhuk! Kok, rasanya gini?" Aneh. Itulah yang Sharon rasalan. Namun anehnya lagi, Sharon merasa ketagihan. Sehingga dirinya berakhir untuk mencoba lagi.

"Gimana?" Tanya Alaska, seraya mengambil alih whisky di tangan Sharon, lalu dilanjut meminumnya lagi.

"Pertama nyoba aneh, kek seret gitu. Pengaruh kadar alkoholnya kali, ya? Terus lama-lama enak juga." Papar Sharon, diakhiri tertawa pelan.

"Mau lagi, nggak?" Tawar Alaska, yang langsung diangguki oleh Sharon.

Malam itu, kedua muda mudi itu bercerita sana sini. Fokus intinya berawal dari pernikahan yang seharusnya menjadi milik Gibran dan Sherly.

Tak terasa, botol whisky telah sepenuhnya habis. Begitupun dengan kesadaran dua manusia itu yang perlahan semakin menipis.

Seolah melupakan batas demi batas yang telah disepakati, Alaska merebahkan diri di samping Sharon yang tengah tertawa keras menertawai nasib hidupnya.

"Mulai besok, gue bakalan jadi janda." Sharon lagi-lagi tertawa. Kesadarannya kali ini benar-benar telah menipis sampai rasanya sudah benar-benar mau habis.

"Lha, besok gue juga jadi duda!" Timpal Alaska. Pandangan matanya mulai memburam dan hawa panas serasa merebak di beberapa titik tubuhnya.

"Pokoknya, gue gak mau jadi janda! Umur gue aja belum bulet dua puluh tahun, masa udah mau jadi janda? Nggak banget, anj*r! Ya 'kan?" Sharon menatap Alaska dengan sorot menyedihkan.

Dengan terang-terangan Alaska mengangguk sembari mencebikkan bibirnya. "Ya udah, gak usai cerai aja. Biar lo nggak jadi janda, dan gue gak jadi duda! Gimana?"

"Yakin?" Perlahan, Sharon mengubah posisi berbaringnya menjadi setengah tengkurap. Wajahnya sengaja didekatkan dengan wajah Alaska.

Tanpa pikir panjang, Alaska mengangguk, lalu menarik tubuh Sharon sehingga berakhir berada di bawah tubuhnya.

"Biasanya kalau habis resepsi, terus pas malemnya ngapain?" Jemari telunjuk Alaska terangkat menyentuh pipi Sharon. Tampak perempuan itu berpikir sok keras sampai membuat kedua matanya menyipit.

"ITU!" Pekik Sharon. Sontak Alaska mengernyit bingung. "Itu apaan?"

"Bohong banget cowok kayak lo nggak ngerti." Sharon mencolok salah satu mata Alaska sampai membuatnya mengaduh.

Tak berlangsung lama, Alaska tertawa seraya mendekatkan wajahnya dengan wajah Sharon. "Ya udah, daripada gabut, lo mau nggak?"

"Hm ... boleh! Berarti besok nggak jadi cerai?" Tanya Sharon. Alaska sempat dibuat terdiam sejenak, hingga akhirnya Alaska pun mengangguk mantap.

"Ya udah." Ucap Sharon, diakhiri tersenyum simpul. Kedua tangannya kemudian dia kalungkan di leher Alaska. Tatapan matanya mulai menggelap seiring dengan Alaska yang kian mendekatkan wajahnya.

Detik selanjutnya, Sharon merasakan tubuhnya melayang ketika bibir Alaska mendarat di atas bibirnya. Menyesap dan memagut dengan lembut yang berakhir menuntut.

^^^To be continued...^^^

...Alaska...

...Sharon...

Terpopuler

Comments

zuell_ell

zuell_ell

author pinter banget sih ,,, milih visualnya itu kan Sehun EXO ,,, lanjutkan thor

2024-01-12

0

bulu jetek juki

bulu jetek juki

cakep bgtt wehhh

2023-07-26

1

Istrinya Kim Mingyu

Istrinya Kim Mingyu

hahh??? sesadddd woi sesaaadddd😭

2023-07-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!