Setalah kejadian tadi, di mana dirinya memakan ikan yang katanya bernama lele itu berhasil membuat Raka uring-uringan. Bagaimana tidak panik, setalah memakan itu Raka konsultan pada pakar ikan dan menanyakan tentang ikan yang dia makannya. Namun Raka dikejutkan dengan pernyataan sang pakar itu, beliau mengatakan jika ikan lele makan belatung dan segala jenis kotoran.
Hal itu membuat Raka langsung muntah-muntah. Padahal tadi dia makan dengan lahap karena rasanya sangat enak. Nyesal dia makan dengan lahap tadi. Huh si4lan sekarang dia sangat lemas karena habis muntah 5 kali.
Raysa geleng-geleng kepala melihatnya. "Kenapa juga mencari tahu hal yang tidak penting? Selama kau tidak sakit perut berarti makanan itu aman-aman saja." Raysa mulai jengah dengan sikap uring-uringan Raka yang tidak jelas. Lihat dirinya, dia baik-baik saja. Tubuhnya tidak bereaksi apapun yang berarti ikan kurus itu tidak mengandung racun.
"Bagaimana bisa tenang?! Aku memakan sampah!" Hardiknya yang membuat Raysa geleng-geleng kepala pasrah akan sikap keras Raka.
"Terus kau maunya gimana? Minum vitamin udah, kau juga udah memuntahkan semua ikan itu sekarang berhentilah mondar-mandir begitu. Aku pusing liatnya." Raysa mendesah frustasi.
Raka menggigit kuku jempolnya, sungguh dia sangat takut saat ini. Entah dia ini lebay atau memang benar-benar takut tapi yang jelas kakinya ini gemeteran.
"Haruskah aku panggil dokter Rivan?" usul Raysa yang langsung dihadiahi pelototan dari Raka.
Raka mendongak menatap Raysa, "kau mau aku jadi bahan ejekan dokter gila itu?! Aku tidak mau! Lebih baik aku mati karena keracunan." Sambil mendelik membayangkan wajah Rivan yang menyebalkan itu tertawa mengejek sambil memeriksanya. Tidak akan dia biarkan harga dirinya diinjak-injak.
Raysa tertawa mendengarnya, "hahahah kau tidak akan mati semudah itu. Hanya karena ikan lele? Cih yang benar saja. Kau kan sudah dikutuk akan menderita di hari tuamu nanti. Jadi kau tidak akan mati mu-" Raysa langsung mengantupkan bibirnya rapat-rapat saat dia sudah sadar akan hal yang dikatakannya itu salah.
Mendengar itu Raka mendudukkan dirinya di sofa bersebelahan dengan Raysa. Dia melupakan Acha hari ini, karena sibuk dengan kepindahan juga sibuk dengan memikirkan si gadis ketus itu membuat dia lupa akan rasa sakitnya.
Raysa panik ketika Raka yang tiba-tiba diam. Dia mengutuk dirinya yang suka bicara sembarangan. "Hey Raka maksudku bukan begi-"
Raka mengangkat tangannya ke udara tanda dia tidak mau lagi mendengar yang akan dikatakan oleh Raysa.
"Jangan diteruskan, lagi pula kau benar. Aku akan hidup panjang umur dan menderita dihari tua." Raka tersenyum kecut membuat Raysa semakin merasa bersalah.
"Kau kenapa murung gitu sih? Membuatku merasa buruk saja. Mau minum wine?" Tawar Raysa. Dia pikir sudah lama tidak minum-minun dengan pria ini karena selalu sibuk bekerja.
Raka tampak menimang sesaat lalu mengangguk menyetujui ajakan Raysa. Namun sebelum itu atensi mereka dialihkan pada suara bell yang berbunyi. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Begitulah isi otak mereka saat ini.
Sesaat mereka saling pandang. Raka mengkode Raysa untuk dia yang pergi membukakan pintu lewat sorot matanya. Walau malas Raysa tetap menurut tanpa protes. Raka kan tuan rumahnya, seharusnya dia yang membukakan pintu. Mau bagaimana lagi di sini dia bawahan dan Raka bosnya.
"Oh, hai Ala." Sapa Raysa ceria.
Ternyata yang bertamu malam-malam begini itu Nala. Dia menunduk menatap Nala yang tingginya hanya sebatas dada. Wajah gadis itu tetap sama, datar dan jutek.
Nala mendongak, "tuanmu mana?" tanya Nala dengan nada yang ketus.
"Ada di dalam. Tapi maaf nih aku gak bisa ajak kau untuk masuk. Ini sudah malam, takut digrebek pak lurah hehe." Dia terkekeh kecil seperti orang bodoh dimata Nala.
"Panggil dia." Titah Nala.
"Ya? Dia? Oh Raka maksudmu. Sebentar aku panggil dulu." Raysa masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Nala yang berdiri di depan pintu.
"Eh tunggu dulu, ada perlu apa? Raka tidak akan mau kalo gak jelas mah." Raysa balik lagi.
"Suruh ke sini aja." Tekan Nala, membuat Raysa buru-buru berbalik lagi ke dalam menyeret Raka.
"Apaan sih?!" Raka melepaskan cengkraman tangan Raysa dengan kasar. Dia sedang duduk dan merenungi kesedihannya tiba-tiba Raysa datang dan menyeret tangannya tanpa mengatakan apapun. Sungguh sial4n.
Raka mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sedabg berdiri di hadapannya, Raka memindai pakaian rumahan yang dipakai oleh Nala. Nala seperti ondel-ondel.
"Apa?" Tanya Raka ketus, alisnya menukik tajam. Dia masih kesal pada gadis ini, karenanya dia harus makan ikan pemakan kotoran itu.
"Nih." Nala menyerahkan kotak makan yang entah apa isinya.
Raka menaikkan satu alisnya, "apa ini?"
"Ikan lele. Tadi kulihat kalian sangat menyukainya jadi bibi Tika yang baik hati ini menyuruhku untuk membeTikan ini pada kalian dimalam yang gelap ini. Ini cepat bawa dan juga katakan pada Bibi Tika itu jika aku sudah minta maaf pada kalian." Ujarnya panjang lebar.
Raka berdecih, "ikan lele? Cih aku sangat tidak menyukainya! Berani sekali kau memberi kotoran pada kami. Kau tidak tahu? Aku muntah 5 kali karena makan kotoran ini. Bawa kembali pada bibi Tika."
Raysa sendari tadi diam saja terkejut mendengar perkataan dari Raka. Kami? Apa maksudnya dirinya dan Raka gitu? Hey kenapa Raka bawa-bawa aku sih. Pikirnya.
"Aku gak ikutan. Sumpah Ala, hanya dia saja yang muntah-muntah aku nggak." Cetus Raysa melambiakan tangan pada Nala.
"Heh jangan bawa-bawa aku." Ujar Raysa berbisik pada Raka yang diabaikan oleh pria itu.
"Kau itu memang angkuh sekali. Apa katamu? Kotoran? Muntah? Hah yang benar saja. Ini namanya ikan lele dia pemakan segalanya, kotoran dari mananya sih. Lagi pula kau itu lebay sekali hanya makan ini muntah-muntah, cih perutmu lembek sekali." Nala tersenyum miring mengejek Raka.
Raka melotot tak terima, "dia ini pemakan segalanya termasuk kotorannya sendiri yang dimana dagingnya mengandung kotoran, dan apa katamu? Perutku lembek? Heh tahu dari mana? Kau pernah lihat perutku?!"
"Apa sih? Mengandung kotoran apaan? Ikan lele ini mengandung banyak gizi. Mengomsumsi ikan lele itu bagus untuk otak, ini cocok untukmu yang otaknya tidak sehat."
"Apa?! Bagus untuk otak, apaan? Kau saja yang mengomsumsi ikan ini jadi sedeng begini. Tidak kah kau menyadari jika dirimu yang kurus kerdil ini terlalu banyak makan sampah." Ejeknya pedas.
"Apa?! Kurus kerdil?! Kau buta ya?! Tubuhku ini semok! Kurus dari mananya?! Lihat wajahku yang glowing ini, adakah jerawat di wajahku yang bersih dan bersinar ini?"
Memang benar sih. Tubuh Nala yang bak gitar spanyol ini sangat ideal, tubuh dan wajah Nala nyaris tidak ada celah. Gadis ini tumbuh dengan baik, namun sayang dia tidak berkembang sama sekali. Kepribadiannya persis seperti terakhir kali mereka bertemu.
Tidak kah Raka menyadari jika dirinya juga tidak berkembang.
"Pokoknya kau itu jelek. Sana pergi dari rumahku dan bawa kembali kotoran itu." Usirnya ketika Raka kalah telak.
"Ish gak jelas. Yakin ini tidak mau diterima? Kau mau bibi Tika yang sangat menyangimu ini jadi sedih karena ikannya tidak diterima?"
Raka tidak peduli, dia melengos ke dalam tanpa menyahuti perkataan Nala membuat sang empu mendengkus kesal.
"Ehh Ala biar aku yang bawa." Serobot Raysa mengambil alih kotak makan yang ada ditangan Nala.
"Sudah kubilang jangan manggiku seperti itu!" Hardiknya.
"Iya-iya maaf aku sudah kebiasaan. Jadi akan sulit untuk menghilangkan habitku yang ini." Dia tersenyum bodoh.
"Jangan tersenyum seperti itu. Kau terlihat bodoh, bagaimana bisa pria sekonyol dirimu memiliki banyak wanita? Cih." Setelah berkata pedas Nala berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan Raysa yang gendek padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
ninena
ya cari aja lele yg budidaya
makannya pelet gitu, kan banyak
ayo, jangan berhenti makan lele
2023-08-17
1
Riri_awrite
masa😭
aku yang suka lele baru tau kl ikan itu suka belatung 😭
2023-08-01
1
Nur.Syit_
lele itu enak loh😭
2023-07-31
1