Nala gadis yang mengerikan

Raka dan Raysa diundang makam malam di rumah bibi Tika. Sebenarnya Raysa sedikit canggung bertemu dengan Tika setelah perlakuan Raka yang tidak sopan pada sore tadi. Namun si pelakunya anteng-antang saja, dengan wajah yang datar dia menunggu bibi Tika dan anaknya yang sedang menghidangkan makanan.

Ingin sekali Raysa meraup kasar wajah tanpa dosa Raka yang sangat menyebalkan dimatanya. Raysa melirik takut pada Nala yang terlihat tak bersahabat itu. Dulu ia gadis yang lugu, namun lihat sekarang wajahnya sangat menyeramkan, belum lagi mulut tajamnya yang mempu menggoreskan luka terdalam. Raysa sang penakluk wanita pun menyerah menghadapi Nala.

"Kami hanya bisa menghidangkan makanan sederhana seperti ini. Semoga kalian bisa menikmatinya." Bibi Tika tersenyum sungkan, dia takut mereka tidak bisa makan makanan yang sederhana, seperti ikan goreng, ayam goreng, tahu-tempe, tumis kangkung, dan juga sambal.

Raysa yang mengerti itu, tersenyum. "Tidak apa-apa bibi. Aku dan juga Raka sering makan makanan lokal, dan kami juga menyukai tumis kangkung ini, yakan Raka?" Raysa menyikut tubuh Raka meminta bantuan pria itu untuk meyakinkan bibi Tika.

"Kalo gak mau makan kalian bisa pergi aja, makanan seperti ini tidak layak untuk di makan oleh konglomengrat seperti kalian, kan?" Serobot Nala, berkata ketus membuat Tika tak enak.

"Aku tidak pernah makan ini, tetapi aku akan coba." Raka mengabaikan ketusan dari Nala, dia hendak mengambil tumis kangkung namun piring itu dijauhkan dari jangkauannya oleh Nala.

"Tidak perlu mencobanya nanti kau sakit perut." Ucapnya setelah manjauhkan piring yang berisi tumis kangkung dari jangkauan Raka.

Raka mengigit bibir bawahnya, dia tersenyum paksa. "Benar, kalau begitu aku akan mencoba daging ayam ini." Dia hendak mengambil satu potong daging ayam, namun belum sempat tangannya mengambil sendok, sendok itu lebih dulu menjauh darinya. Itu perbuatan Nala juga.

Raka menatap Nala dengan penuh tanya, "makanan ini khusus untuk rakyat jelata, kau yang memiliki tubuh yang suci harus memakan daging yang berkualitas."

"Makan ini saja." Nala menyodorkan sepiring ikan goreng pada Raka.

Raka dibuat cengo oleh Nala, maksudnya dia harus memakan ikan kurus ini? Hahh yang benar saja, seumur hidup dia tidak pernah makan ini. Dia seorang Wiguna yang sangat disegani dan dihormati, sekarang dengan tak sopannya gadis songong itu menyuruhnya memakan ikan tak bergizi ini, lebih baik dia tidak makan sekalian.

Raka menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, dia mengembuskan napas dengan kasar.

"Tidak mau? Kalau begitu pulanglah, suruh antek-antekmu mengihadangkan makanan yang mewah dan bergizi. Pasti dirimu memiliki banyak koki yang berpendidikan, bukan tangan kotor ini yang memasak." Nala menekankan tangan kotor dari kalimat yang terucap olehnya. Dia mengangkat tangan Tika ke atas yang langsung ditepis oleh si empu.

Ah rupanya gadis ini masih dendam atas kejadian tadi sore. Sungguh dia tidak bermaksud berkata kasar seperti itu pada bibi Tika, namun karena pertemuannya dengan bibi Tika terlalu mendadak membuat dia jadi tidak tahu harus bersikap seperti apa. Bodoh memang si Raka ini.

"Baiklah aku akan per..." Raka tidak lagi melanjutkan perkataannya ketika netra matanya tidak sengaja raut sedih campur kesal yang terpajang di wajah bibi Tika. Mungkin bi Tika kesal pada anaknya dan juga sedih padanya karena kejadian sore tadi.

Arghh Raka jadi semakin merasa bersalah, "aku tidak akan pergi. Kita sudah menunggu lama untuk makan lalu kau menyuruh kita untuk pergi tanpa memakan apapun? Sungguh tega sekali, yakan Ray?" tanya Raka menyeret Raysa kedalam perdebatannya.

Raysa yang sedang asik berbalas pesan dengan para pacar tak menghiraukan Raka, dia asik senyum-senyum sendiri sambil menatap layar posel yang menyala. Raka yang melihat itu kesal sendiri, Raysa dan para wanita si*lan itu.

"Lihat temanmu, dia sangat mencerminkan sekali orang-orang yang kaya miskin adab." Ujar Nala pedas.

Perkataanya itu membuat Raysa mendongak, "kau berbicara padaku?" Tanya Raysa menunjuk dirinya sendiri.

"Sudah-sudah. Kalau kalian berdebat terus kapan aku makannya? Tidak bisakah kalian membiar wanita tua sepertiku makan dengan tenang?" cetus Tika. Sudah cukup dia diam saja menyimak perdebatan bodoh itu. Dia sangat lapar.

"Kau Nala, diam." Serobot Tika ketika melihat Nala yang hendak membuka suara.

Raka tersenyum kemenangan, dia merasa menang kali ini. Melihat Nala yang mengantupkan bibirnya. Dia tersenyum miring pada Nala yang dibalas delikan tajam oleh gadis itu.

Awas saja kau! Seperti itulah mata Nala berkata.

.

.

Raka dan Raysa terpaksa hanya makan ikan kurus dan sedikit nasi, mungkin hanya 2 huap nasi saja karena Nala keburu ngambil alih centong nasi itu. Kejam sekali.

Raka melirik piring ayam goreng, dia ingin sekali makan itu. Dengan terpaksa dia mengambil satu ekor ikan kurus itu, lalu mencicipnya sedikit. Lumayanlah masih bisa ia makan. Pikirnya.

Raka mengambil satu ekor lagi setelah menghabiskan satu ekor padahal nasinya udah abis, ternyata Raka menyukainya. Nala melihat itu tersenyum miring.

"Kau menikmatinya." Sindir Nala pada Raka.

Raka menanggapi sindiran dari Nala hanya dengan menaikkan alisnya sebelah, "mau bagaimana lagi? Tuan rumah hanya membeTikanku ikan ini, aku hanya memanfaatkan apa yang dikasih saja."

Nala berdecih, "yayaya silahkan makan yang banyak ikan lelenya."

"Ini enak, jadi namanya ikan lele." Timpal Raysa, piringnya sudah di penuhi dengan tulang ikan. Raysa makan dengan rakus membuat Nala geleng kepala dan Raka malu melihatnya.

"Iya ikan lele ini langsung di tangkap dari sungai. Makanya enak. Makan yang banyak Aden ini bagus buat kesehatan." Ucap Tika ikut bersuara.

Raka menoleh, "sungai? Sungai apa?"

"Ya sungai, kumpulan air mengalir." Nala menjawab asal. Lagian pertanyaan Raka itu aneh sekali, masa dia tidak tahu sungai.

"Maksudku sungai yang suka di penuhi sampah itu?"

"Itu sungai yang ada di Jakarta, sungai di sini beda bersih dan juga sangat terjaga. Apart desa ini sangat ketat membuat paa warganya di siplin." Jelas Tika.

Raka nampak tak puas dengan jawaban dari Tika, mau sebersih apapun sungai itu tetap saja tempat pembuangan. Raka meletakkan kembali ikan itu, dia tidak jadi memakannya.

"Kenapa?" Tanya Raysa.

"Ngga, aku sudah selesai makannya. Kau masih lama?"

"Ngga, aku udah kenyang." Meneguk air putih yang ada di sampinya hingga tandas.

Raka mengangguk, "kami sudah selesai bibi. Terima kasih makanannya kami sangat menikmati dan juga maaf atas perlakuanku yang kasar tadi sore aku tidak bermaksud begitu."

Bibi Tika tersenyum, "tidak apa-apa bibi tahu kau bukan orang yang seperti itu. Mari bibi antar ke depan."

Mereka bangkit berdiri kecuali Nala yang masih sibuk dengan makanannya lantas tatapan mereka beralih pada Nala, "apa? Aku masih mau makan." Ujarnya dengan mulut yang penuh.

Tika menghela napas kasar, "terserah kau sajalah. Mari Aden."

Mereka berjalan keluar meninggalkan Nala seorang diri di dapur.

Terpopuler

Comments

raazhr_

raazhr_

lele memang enak, apalagi klo di goreng. tim lele goreng☝️

2023-08-12

1

raazhr_

raazhr_

loh loh malah doyan🤣

2023-08-12

1

raazhr_

raazhr_

lauknya sederhana tapi enakloh itu, jdi laper😔

2023-08-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!