Nala dan Tika sedang menonton orang-orang yang sibuk menurunkan barang-barangnya dari mobil pikap.
Nala sibuk menghitung jumlah kardus yang ada di mobil sedangkan Tika sedang mencari pemilik rumah baru itu yang belum memunculkan batang hidungnya.
"Mereka membawa sedikit barang, apakah ia belum menikah atau belum punya anak? Menurut ibu yang pindah ke sebelah kita itu bujangan atau gadis?"
"Bujang." Tika menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kok ibu yakin banget jawabnya."
"Sebelumnya ia pernah datang ke sini dan menanyakan tentang rumah itu."
Nala mengangguk-anggukan kepalanya dengan bibir yang membentuk huruf o.
"Pria itu bagaimana? Ia tidak aneh kan? Mengingat orang yang pindah ke rumah itu orangnya pada aneh-aneh."
Terakhir kali ada yang pindah ke sana anak indigo dan sering kesurupan membuat Nala, Tika dan warga sekitar merasa takut berada dekat dengan anak itu.
"Dia tampan. Kau pasti akan suka." Tika senyum-senyum sendiri membayangkan wajah tampan Raka, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan bocah yang sering nangis itu.
Nala menatap ngeri ke arah ibunya, "kenapa aku yang suka? Bukankah ibu yang suka pria tampan?" sindir Nala, ia heran siapa yang gadis siapa yang janda di sini?
"Kau tidak suka? Sepertinya kau tidak normal."
"Bagiku yang tampan itu hanya ayah." Binar mata Nala meredup setelah mengatakan itu, ada perasaan rindu yang tersimpan di bola mata itu.
Mendengar itu, Tika jadi ikut sedih. "Ish ayahmu itu the one and only, tapi yang seperti ayah pasti ada meski tidak banyak. Kau hanya perlu menunggunya dengan sabar, karena takdir seorang wanita itu dikejar."
Tika juga sebenarnya sangat merindukan almarhum suaminya itu tetapi ia tidak berani mengungkapkan semua itu, terlebih dihadapan Nala putrinya. Jika ia juga sedih maka siapa yang akan menguatkan putrinya itu? Itulah mengapa ia seolah bersikap baik-baik saja.
"Dia pemilik rumahnya?" Tanya Nala ketika seorang pria jangkung yang keluar dari rumah itu, alisnya mengerut ketika pria itu tersenyum ke arahnya. Seolah pria itu sangat senang bertemu dengannya, ralat bertemu dengan ibu sepertinya.
Pria itu, atau kita sapa saja Raysa namanya menghampiri Nala dan Tika.
"Kemarin aku terlalu sibuk untuk sekedar menanyakan kabarmu Bibi, maaf." Ujar pria itu memeluk Tika.
Tika balas memeluk Raysa, mengusap lembut punggung kekar pria itu. "Tidak apa-apa. Aku tahu kau sibuk sekali." Sahut Tika begitu pelukan mereka terlepas.
"Oh iya, selama ini aku dan Raka mencarimu ke mana-mana, tapi kami tidak menemukanmu."
"Kami tinggal di desa kecil dulu sebelum ayah Nala meninggal, 3 bulan setelah dia meninggalkan kami, aku dan Nala juga pindah meninggalkan ia. Lalu kami tinggal di sini." Jelas Tika.
Raysa jadi merasa bersalah, ia tidak mengetahui jika paman Gion sudah pulang ke rumah Tuhan. Pantas saja ia tidak melihatnya.
"Maafkan aku Bibi, aku tidak tahu jika paman Gion sudah meni-"
"Sudah tidak apa-apa. Meninggalnya juga sudah lama. Kau tidak perlu khawatir, kami sudah baik-baik saja. Kami sudah mau jalan 2 tahun tinggal di sini." Tika tersenyum meyakinkan Raysa agar ia tidak merasa bersalah.
Raysa menganguk-anggukkan kepalanya, pantas saja ia mencari kesemua penjuru Jakarta tidak ketemu ternyata bibi Tika pindahnya ke desa kecil. Mau sampai ke bawah tanah juga tidak akan ketemu.
"Oh ya, Raka mana?" Tika belum melihat Raka. Ia tahu jika Rakalah yang akan tinggal di rumah sebelahnya, namun pria itu tidak memunculkan batang hidungnya sejak tadi.
"Dia sedang bersemedi di gua temuannya." Jawab Raysa ngawur.
Tika mendelik mendapat jawaban yang ngawur itu, "bersemedi dengan tempat tidur maksudmu?" Tika terkekeh begitu juga dengan Raysa.
"Dia sedang menata tempat tidurnya, untuk tempat tidur ia sangatlah rewel." Keluhnya.
"Dia memang rewel pada semua hal." Cetus Tika membuat keduanya tertawa.
Nala yang menyaksikan semua itu hanya menatap datar dengan segala pertanyaan yang bersemayam diotaknya, seperti siapa pria ini? Kenapa begitu akrab dengan ibunya? Dan juga Pria itu mengenal ayahnya juga? Siapa Raka?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sedang menyerang otaknya. "Ibu siapa dia?" Tanya Nala yang akhirnya mengeluar pertanyaan yang ada diotaknya.
Keduanya menoleh. Tika menepuk dahinya, ia lupa memperkenalkan Nala, putri semata wayangnya pasti bingung dengan interaksi antara dirinya dan Raysa.
Raysa tersenyum pada Nala, bukan senyum ramah yang ia tampilkan tetapi senyuman yang menggoda, mungkin wanita lain akan tergoda dengan senyuman itu namun beda lagi dengan wanita spesies Nala.
Ia justru menampilkan wajah jutek, ia mendengkus kesal membuat Raysa melenyapkan senyuman itu. Sia*an ia ditolak.
"Raysa, ini anak gadis bibi yang dulu sering kalian jaili hingga nangis kejer, kau masih ingat?" Tika mengenalkan Nala pada Raysa.
Raysa tersenyum lagi, kali ini tersenyum ramah dan disertai dengan tawa kecil. "Ingat dong, dulu gigimu ompong tengahnya apa sekarang sudah tumbuh?"
Nala hendak membalas perkataan Raysa, namun suaranya ia telan kembali ketika seorang pria yang tak kalah tampan menghampirinya dengan wajah yang kusut.
"Kenapa lama sekali?! Mana bantalku? Aku tidak akan bisa tidur tanpa itu?!" Hardiknya mentap tajam pada Raysa, ia belum menyadari sekitarnya.
"Raka ini-" ucapan Raysa terpotong.
"Siapa mereka?" tanya Raka yang membuat Raysa menatapnya heran.
Raka amnesia? Baru ditinggal sebentar saja Raka sudah amnesia, bagaimana nanti setelah ia kembali ke rumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari sini?
"Mereka itu, maksudku dia bibi Tika, kau lupa, heh? Dan ini putrinya, kau juga pasti tidak bisa mengenalnya bukan? Jika gadis yang dulu suka ngompol dan giginya ompong itu berubah menjadi gadis yang-"
"Aku lupa. Mana bantalku?"
Lagi-lagi Raka memotong ucapan Raysa, membuat pria itu menghela napas. Raka dengan gengsi si*lan nya itu. Heuh memuakkan. Raysa tahu jika Raka itu pura-pura lupa, padahal Raka sedang menahan mati-matian keinginan untuk memeluk Bibi Tika. Bibi Tika kan kesayangan Raka.
"Raka..." Tika hendak meraih wajah Raka namun pria itu memalingkan wajahnya membuat kedua tangan Tika melayang diudara.
Tika menatap sendu pada Raka yang tidak mau menatapnya, ini yang dia takutkan. "Jangan sembarang menyentuhku dengan tangan kotormu itu." Desis Raka tanpa menatap Tika.
Nala melotot tak terima ibunya dihina seperti itu, si*lan Raka dia memang selalu angkuh. Ya Nala mengenal kedua pria itu, pria yang suka membullynya dulu. Mana mungkin dia lupa dengan hal itu. Kali ini dia tidak akan diam saja direndahkan seperti itu. Dia harus memberi pelajaran pada pria angkuh ini. Nala sudah bersiap untuk bertindak namun Raka sudah lebih dulu diseret oleh Raysa.
"Kita perlu bicara." Raysa menyeret kerar baju belakang Raka, dia seperti kucing yang diseret induknya.
"Bibi nanti kita bicara lagi, ya. Aku mau memberi petuah dulu pada anak gengsian ini." Raysa terus menyeret tubuh Raka dengn sekuat tenapa karena pria itu memberontak.
"Mereka itu angkuh sekali. Orang kaya memang suka begitu." Gerutu Nala.
Tika menoleh pada Nala, "jangan membelanya ibu." Cetus Nala, dia yakin jika ibunya akan membela mereka seperti yang sudah-sudah.
"Sudahlah kita masuk."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Novie
rasya cewek atau cowok sih
2023-11-08
1
Honeyhae
di kejar gak tuh... aku mampir lagi thor, aku bacanya berkala ya.
2023-08-03
2
Riri_awrite
bener. ayah the one and only😭
2023-08-01
1