Kecerobohan ku tak sampai di situ, kini aku sedang membongkar seluruh isi koper pink milikku dan berharap semoga saja benda pipih itu terselip di suatu sudut koper ini, tapi nyatanya tidak. Sial! Apa mungkin masih tertinggal di kereta, atau— Javier mengambilnya? Tanpa berpikir panjang, aku keluar dari kamar, sedikit berlari menuruni tangga.
"Dad, dimana Mr. Javier Watson?" Aku Menoleh ke kanan dan ke kiri, meneliti seluruh ruangan tengah yang cukup lebar ini.
"Dia baru saja pergi, mungkin sekarang masih di halaman depan"
Sial! Aku berlari cepat menuju halaman depan, tanpa memperdulikan Ayah yang sedang berteriak di belakang sana.
"Hei, Nala kau mau kemana?! Apa sesuatu milik mu tertinggal lagi?"
Aku menghentikan langkahku di ambang pintu utama, melihat Javier yang sedang berjalan menuju mobilnya.
"Permisi tuan" Aku mengejarnya dari belakang, Javier seolah tuli, dan tak menanggapi panggilan ku.
"Mr.Javier Watson"
Javier menghentikan langkahnya, membalikkan badannya, menatapku dari ujung rambut hingga ujung kakiku yang bahkan tak memakai alas. Javier mengangkat ujung bibirnya, pesona lelaki satu ini memang tak ada habisnya.
"Mengapa kau mengejarku Manis? Apa perlu mu?"
Javier memasukkan tangannya ke dalam saku celana, Aura penguasa miliknya menguar di udara. Mungkin saat kau bertemu Javier, kau akan tau dia memiliki segalanya tanpa harus bertanya, bahkan angin yang menerpa wajahnya saja seolah sudah ditakdirkan untuk menambah pesonanya.
"Kembalikan ponselku" Aku menatap Javier tajam, sembari menyodorkan telapak tanganku. Ponselku adalah segalanya, aku benar-benar tak bisa kehilangannya saat ini.
"Aku tak membawanya"
"Bohong" Potong ku cepat, Javier mengulum senyuman. Lalu menoleh ke belakang, memerintahkan anak buahnya untuk mengambil ponsel milikku di dalam mobilnya.
"Kau hendak mencuri nya ya?"
"Kau pandai mengintimidasi Manis" Javier menyodorkan ponsel dengan casing berwarna merah muda itu kepadaku tanpa menjawab pertanyaan retoris dariku , dengan cepat aku mengambil ponselku dari tangan lelaki itu.
"Dan kau tidak pandai berbohong Mr. Watson" Aku menyipitkan mataku "Dan satu lagi, berhenti memanggilku manis. Karena aku punya nama"
Aku membalikkan badan hendak kembali ke dalam rumah.
"Kau tak berterimakasih kepadaku, Manis?"
Aku kembali membalikkan badan.
"Harusnya Kau yang berterimakasih kepadaku Mr. Watson, karena aku tak mengadukan kesalahan yang telah kau perbuat kepadaku" Aku menunjuk wajah Javier tepat di depan matanya.
"Dan kau bahkan tak meminta maaf kepadaku Mr. Javier Watson" Aku sengaja menekankan intonasi bicaraku saat kuucapkan nama panjang Javier.
Javier mengangkat kedua alisnya, memegang jari telunjuk ku dan menjauhkan jemariku dari wajahnya.
"Kesalahan apa yang kau maksud, Analisa? Peristiwa di gerbong kereta itu?"
Nafasku menderu karena emosi yang mulai memuncak, dan ini pertama kalinya Javier memanggilku dengan namaku, itu sedikit terasa aneh ditelinga. Jari jemari Javier dengan tak sopan naik membelai pipi kananku.
"Kupikir kau sudah sering melakukan itu—"
Plak..
Satu tamparan tepat menghatam pipi kiri lelaki itu hingga wajahnya tertoleh ke samping, kuharap tamparanku bisa menyadarkan otak pria gila itu. Aku sempat melirik tajam kearah anak buah Javier yang ada di sampingnya, Pria bertubuh besar itu menundukkan wajahnya tak berani menatapku, badan seperti singa, tapi nyali seperti hello kitty.
Dengan cepat aku membalikkan badanku dan melangkah cepat ke dalam rumah. Ingin rasanya aku memotong ***** lelaki mesum itu, tapi kuurungkan karena aku tau dia akan menikah. Ah Sialan!
"Sampai jumpa nanti malam, manis"
Persetan dengan apapun yang terucap dari mulutnya aku tak peduli, aku terus melanjutkan langkahku ke dalam rumah. Nanti malam? apa yang akan terjadi nanti malam yang akan mengharuskan aku untuk bertemu dengan lelaki Gila itu lagi.
"Nala, apa yang terjadi hingga membuatmu berlari keluar tanpa memperdulikan panggillan Daddy? "
Aku meringis, mengusap tekuk ku, Ayah akan mengataiku ceroboh lagi kali ini.
"Aku mengambil ponselku pada Mr. Watson" Jelasku.
"Ponselmu? Javier? Kau juga melupakan ponselmu di kereta api? Astaga Nala, kau ceroboh sekali"
Aku duduk di kursi seberang, menyandarkan tubuhku, menghela nafas lelah untuk kesekian kalinya hari ini. Hari pertama di Melbourne ternyata tak semenyenangkan yang kubayangkan.
"Daddy bilang begitu karena Daddy tak tau yang terjadi padaku"
Ayah menyesap kopinya.
"Bagaimana Daddy bisa tau, kalau kau tak bercerita"
Lagi-lagi aku menghela nafas lelah.
"Untung saja ada Javier, dia yang sudah menyelamatkan semua barang-barang milikmu. Kau sudah berterimakasih padanya?"
Ayah menaruh cangkir kopinya di atas meja kaca yang berada di depan kami, kemewahan yang ayah ku miliki di sini sungguh diluar dugaanku. Tapi kini aku akhirnya mengerti mengapa Ayah selalu sibuk bekerja di Australia hingga melupakan Aku dan Ibuku. Yang sekarang masih tak aku mengerti, mengapa Ibu menceraikan Ayah? Apa mungkin karena ibu lelah dengan hubungan jarak jauh? Sekarang baru aku menyesal, mengapa aku tak dekat dengan mereka. Mungkin jika aku dekat dengan mereka, aku bisa mencegah perceraian itu.
"Ya—tentu saja" Aku tersadar dari lamunanku, dan menjawab pertanyaan Ayah dengan kebohongan"Apa Daddy sudah lama mengenalnya?"
"Javier?"
Aku mengangguk. Ayah terlihat berpikir sejenak, mengambil sebatang rokok dari sakunya lalu memantik nya.
"Dia salah satu kolega bisnis Daddy yang paling muda. melihat Javier, aku teringat masa mudaku dahulu sebelum aku mengenal ibu mu" Ayah menghembuskan nafas, asap rokoknya menguar di udara.
"Kau tertarik padanya Nala? Dia sangat baik bukan?"
Cih! Baik Apanya? Aku lebih tertarik untuk membunuhnya. Jika saja Ayah tau dia telah mengambil keperawanan putri satu satunya ini, mungkin Ayah akan mengumpatinya sekarang, bukan malah memujinya.
"Jika saja Javier belum bertunangan, mungkin Ayah akan menjodohkannya denganmu" Ayah terkekeh serak sembari kembali menyesap rokoknya.
Aku tak akan sudi!
"Dia Baik, mapan, dan— tampan" Ayah menghembuskan nafasnya lagi, asapnya kembali menguar ke udara.
"Dad, aku rasa aku harus mandi, badanku terasa lengket" Pungkasku. Aku tak ingin berlama-lama mendengarkan pujian untuk Javier lagi. Telinga ku gatal. Tadi Eros, sekarang Ayah. Mereka hanya membicarakan tentang kebaikan dan kesempurnaan Javier. Apa hanya aku saja orang yang membencinya di muka bumi ini?
Saat sudah melewati beberapa anak tangga, panggilan Ayah mampu menghentikan langkah kakiku.
"Nala. bersiaplah nanti malam"
Aku menolehkan kepalaku.
"Kita mau kemana Dad?"
"Makan malam bersama keluarga Javier. Menjadi suatu kehormatan jika kita bisa hadir di sana"
Aku mengerutkan dahiku, jadi ini yang pria gila itu maksud dari pembicaraannya tadi. Saat aku hendak membuka mulutku, ucapan Ayah mmemotongnya.
"Tidak ada penolakan Nala"
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rifa Endro
ayah agak rada² ....
2023-10-27
1
Codigo cereza
Seru banget deh!
2023-07-22
0
Aixaming
Jangan-jangan aku udah terjebak obsession sama tokoh di cerita ini😍
2023-07-22
0