“Sakit.”
Dalam suara kecilnya itu, Gita merintih penuh kesakitan.
“Duh, mengapa bisa jadi begini? Hei, kamu, cepat ambil tas besarku!”
Cythia tidak lagi peduli akan kesalahan pelayan tersebut.
Yang terpenting baginya sekarang adalah kesembuhan Gita.
Akan tetapi, alih-alih bergerak gesit, sang pelayan yang usianya masih terlihat sangat belia itu malah melongo seakan tidak tahu apa yang harus dikerjakannya.
Di saat itulah Cynthia tersadar, ‘Ah, pelayan ini tidak mampu berbahasa Inggris rupanya.”
Cynthia menggunakan segala kemampuan terbaiknya dalam berbahasa Indonesia yang telah berupaya dipelajarinya dengan setengah mati selama seminggu itu.
Di beberapa tempat, Cynthia masih perlu menggunakan bahasa tubuhnya pada bagian kosa-kata yang belum bisa diungkapkannya dengan baik.
“Ah, smartphone.”
Di kala itulah Cynthia baru tersadar, mengapa dirinya harus sesusah itu perkara terkendala masalah bahasa.
Bukankah ini sekarang adalah zaman modern di mana segalanya mudah dilakukan melalui gadget?
Itu tidak terkecuali dengan interpretasi bahasa, ada aplikasi google translate di playstore yang mempermudah segalanya.
Dengan segala effort, akhirnya apa yang ingin disampaikan Cynthia itu kepada sang pelayan akhirnya tersampaikan juga.
“Ibu, apakah ini saatnya aku bertemu Ibu kembali di surga?”
Sang Gita kecil berujar dengan malang.
Walau demikian sama sekali tak tampak ekspresi takut di wajah anak yang bahkan belum menginjak usia 7 tahun itu.
Tidak, daripada tabah, anak itu lebih mennjukkan ekpsresi kepasrahan.
Menyadari hal itu, Cynthia hanya bisa menggigit bibirnya sembari meraung dalam hati, mengapa sampai anak sekecil itu harus mengalami penderitaan yang semenyakitkan itu sampai-sampai sang anak malang sudah pasrah akan kematian.
Namun Cynthia tidak menyerah.
Dia melakukan effort sebisanya memberikan obat pereda nyeri ke tubuh sang anak malang sembari membasuh sekujur tubuh Gita yang terlanjur membengkak dengan obat khusus untuk menyingkirkan mineral demi membuat kulitnya segera lebih cepat kembali ke keadaan semula.
Berkat support sang pelayan, kondisi Gita berangsur-angsur membaik begitu matahari akan terbenam.
Namun semua telah terekam dengan baik di ingatan sang kepala pelayan jahat, Rikha, yang siap mengadukan keteledoran Cynthia itu kepada sang majikan yang sebenarnya semuanya terjadi akibat ulahnya sendiri yang telah dengan sengaja merekayasa segala informasi yang disampaikan oleh Cynthia itu kepada para pelayan lainnya.
“Gita sudah tenang, Nak.”
Perlahan, Gita dibangunkan oleh suara lembut Cynthia.
Itu bukanlah bahasa asing yang biasa didengarkan oleh Gita keluar dari mulut Cynthia, melainkan bahasa ibu yang dikenalnya dengan baik.
Cynthia pun berusaha melakukan effort terbaiknya dalam belajar bahasa Indonesia perihal tidak ada hal yang lebih baik yang mampu membuat pasien untuk sembuh selain keinginan pasien sendiri untuk sembuh.
Untuk membangun keinginan pasien untuk sembuh dibutuhkan dukungan moral, dan satu-satunya cara terefektif untuk memberikan dukungan moral termaksimal itu adalah dengan saling memahami bahasa tentunya.
-Plak.
Namun Gita segera menampik tangan Cynthia yang menyentuhnya lantas berupaya sekuat tenaga bergerak mundur ke pojokan tempat tidur menjauhkan jaraknya sejauh mungkin dari Cynthia.
Menanggapi itu, Cynthia hanya tersenyum lembut kepada sang anak malang.
“Apa jangan-jangan Gita takut kalau Tante Cynthia akan tertular penyakit Gita?”
Gita awalnya waspada, namun mungkin itu dirangsang oleh ketulusan Cynthia dalam merawat Gita, Gita pun bersedia menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.
“Bibi Surti bilang kalau dia mau berhenti merawat Gita karena takut tertular penyakit Gita.”
Bibir Gita manyun tiga senti dalam mata yang berkaca-kaca.
Walaupun dengan wajahnya yang dipenuhi garis-garis hitam menyerupai jaring laba-laba itu, Cynthia tidak dapat berpikir lain selain melihat Gita sebagai sosok anak kecil yang imut.
Tanpa Gita sangka-sangka, Cynthia segera naik ke atas tempat tidur lantas dengan cepat memeluk Gita bahkan di kala Gita belum sempat merespon untuk menghindar.
“Lantas bagaimana sekarang? Tante Cynthia terlanjur bersentuhan dengan Dedek Gita, jadi mau bersentuhan lagi atau tidak, itu bukan lagi masalah, bukan?”
Panggilan Cynthia begitu imut padanya hingga kulit putih yang hampir tertutupi pola hitam menyeramkan itu tampak memerah.
Namun Gita dengan cepat-cepat menggelengkan kepalanya lantas menjauhkan dirinya kembali dari pelukan Cynthia.
“Jika sebentar bersentuhan mungkin tidak akan tertular. Tapi Tante Dokter Cantik tidak boleh lagi memelukku setelah ini.”
Cynthia tersenyum karena Gita yang imut sampai menambahkan kata cantik secara spontan pada nama panggilannya.
“Tante dulu juga punya dedek kecil seusia Gita. Adik Tante juga sama seperti Gita menderita sindrom laba-laba. Tapi kala itu Tante masih berusia 9 tahun sehingga hanya bisa melihat adik Tante dibawa pergi karena penyakit itu.”
Gita yang cerdas segera bisa merasakan empati terhadap kilas balik kisah masa lalu Cynthia yang penuh dengan kemalangan tersebut.
“Apakah Tante Dokter Cantik masih bisa bahagia setelah ditinggal pergi oleh adik Tante Dokter Cantik itu?”
Cynthia sejenak tertegun akan respon balik Gita.
Bagaimana bisa dia bahagia ketika keluarga paling berharga satu-satunya itu sampai turut terenggut dari sisinya, meninggalkannya sendirian di dunia.
Cynthia setelahnya menjadi dokter demi penebusan rasa ketidakberdayaannya di masa lalu yang hanya bisa menyaksikan sang adik menderita bahkan sampai nafas terakhirnya.
Itu pun sekarang tampak juga sudah tidak berjalan seperti yang diharapkannya.
Cynthia kehilangan pekerjaannya di negeri asalnya.
Lalu dia yang menemui Gita di kala keputusasaannya memuncak, tidak dapat tidak melihat sosok adiknya yang berharga itu pada Gita yang kini menderita penyakit yang sama dengan yang telah merenggut nyawa adiknya.
“Sekarang kan ada Gita di sisi Tante. Jadi Tante bisa merasakan kembali kebahagiaan.”
Wajah tulus Cynthia di saat mengatakan hal itu kepada Gita membuat Gita merasakan perasaan yang aneh di dalam dadanya.
Perasaan yang sama yang dirasakannya terhadap ayahnya, yakni suatu perasaan yang melarangnya untuk pasrah akan kematian.
“Apa Gita bisa sembuh, Tante Dokter Cantik?”
“Itu pasti, Dedek Gita. Tante Dokter Cantik ini akan berupaya yang seterbaik mungkin demi kesembuhan Dedek Gita.”
Gita pun tersenyum oleh perkataan sang dokter cantik tersebut.
Seketika muncul kembali keinginan di dalam diri anak kecil malang itu untuk hidup lebih lama.
Sayangnya suasana senja yang cerah itu seketika terusik dengan kedatangan sang kepala pelayan jahat, Rikha, yang rupanya telah membawa Rukaf ke sisinya.
“Apa benar Gita tadi sempat mengalami peradangan parah?”
Rukaf bertanya sembari menelisik keadaan di balik ekspresi Cynthia.
Cynthia bisa dengan cepat menyadari apa yang telah terjadi begitu melihat tawa mengejek dari sang kepala pelayan jahat padanya.
Para pelayan kebanyakan menjauhinya dan tampak tidak peduli sama sekali dengan anak majikan mereka sendiri.
Ketika ada pelayan yang peduli, giliran pelayan itu malah melakukan pekerjaan yang berkebalikan dengan instruksi yang Cynthia berikan.
Jika itu bukan kesalahan dirinya maupun sang pelayan yang tulus merawat Gita tersebut, hanya ada satu penjelasannya.
Semuanya telah direkayasa oleh sang kepala pelayan sendiri sebagai interpreter instruksi Gita kepada para pelayan lainnya.
“Semua ini ulahmu kan, Rikha?”
Rikha tersenyum kecut seraya membuang mukanya dari Cynthia dengan sombong merasa dirinya telah menang.
Melihat ekspresi kepala pelayan yang kurang ajar itu, Cynthia akhirnya kehilangan ketenangannya lantas menampar pipi sang kepala pelayan.
-Plak.
“Apa yang kau lakukan, dasar orang barbar?! Lihat itu Tuan! Itu sejatinya sosok dokter yang telah Tuan bawa jauh-jauh dari luar negeri itu! Aku sudah melakukan penyelidikan padanya dan apa yang aku temukan, Tuan? Orang itu diusir dari negara asalnya sendiri karena telah melakukan tindakan malpraktik. Dan kini lihat hasilnya. Giliran dia kali ini melakukan malpraktik kepada Nona Gita. Anda harus segera memecatnya, Tuan, sebelum terlambat.”
Cynthia benar-benar penuh emosi di kala sang kepala pelayan jahat malah balik memfitnahnya.
Namun di situlah, sang gadis imut kita, Gita, tiba-tiba memegang tangan sang dokter cantiknya.
“Ayah, aku senang dengan Tante Dokter Cantik. Bisakah mulai sekarang Tante Dokter Cantik ini yang menjadi pengasuhku?”
Permintaan dari sang buah hati datang secara tiba-tiba sehingga membuat Rukaf telat merespon.
“Nona! Apa yang Anda katakan?! Dia itu kriminal, Nona, bukan lagi seorang dokter!”
Di saat suasananya memanas, di kala itulah muncul orang lain yang datang sembari mengetuk pintu.
“Tuan, bisa saya masuk.”
Seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang tampak berusia 11 atau 12 tahun memasuki ruangan setelah dipersilakan masuk.
“Ayah, maaf menyembunyikan ini dari Ayah. Sebenarnya Bibi Rikha itu memang seorang bibi yang jahat. Dimas, tolong tunjukkan rekamannya.”
Itu tiada lain adalah suara dari sang gadis imut, Gita.
Mengikuti instruksi Gita, sang anak laki-laki itu pun mulai memutarkan sebuah video dari handicam mini yang Rukaf kenal baik darimana asalnya itu.
Itu adalah hadiah pemberiannya sendiri kepada Dimas, sang anak tukang kebun, agar bisa menunjukkan keindahan bunga mawar merah yang sangat disukai Gita itu melalui rekaman video.
Tapi alih-alih rekaman bunga mawar, apa yang dipertontonkan oleh video itu justru adalah segala kelakuan bejat Rikha di belakang, mulai dari menghasut para pelayan, menyebarkan rumor mengenai penyakit menular Gita, sampai pada mengacaukan jadwal perawatan Gita, semuanya tidak lain dilakukan oleh sang kepala pelayan sendiri.
“Bibi Rikha selalu baik di depan, tapi Gita tahu kalau Bibi Rikha membuli Gita di belakang. Bibi Rikha menyuruh para bibi lain menghindari Gita, juga menjelek-jelekkan Gita. Gita belum mengatakannya kepada Ayah karena Gita takut Ayah sedih jadi Gita mencari tahu sendiri selama ini bersama Dimas tentang mengapa Bibi Rikha melakukannya. Gita curiga bahwa ini bukan tindakan dari Bibi Rikha sendiri.”
Seketika muka Rikha pucat di hadapan sang majikan.
Dia tidak bisa mengelak lagi akan semua kejahatannya itu di kala semua bukti telah jelas.
“Rikha, kau laknat! Aku mempercayaimu karena kita bekas teman seangkatan di akademi terlebih Ruvalia sangat mempercayaimu! Tapi apa yang telah kau lakukan pada putriku satu-satunya, hah?! Adam cepat seret wanita laknat itu ke ruang interogasi. Caritahu semua tujuan perbuatannya!”
Siapa yang menduga bahwa kemarahan itu justru balik tertuju kepada Rikha.
Rikha yang awalnya merasa dirinya berada di atas angin tidak menyadari bahwa justru itulah akhir dari masa kejayaannya.
Namun Gita memutuskan untuk tidak peduli lagi dengan nasib sang bibi jahat.
Gita akhirnya menyadari apa arti dari tatapan Rukaf itu kepada Cynthia.
Gita hanya tersenyum kecil melihatnya, namun di kepala sang jenius cilik kita mulai terpikirkan beberapa trik licik untuk menyatukan pasangan yang terlihat serasi itu.
“Terima kasih, Tuhan, karena kau telah menjawab doaku,” lirih sang gadis cilik itu seraya tersenyum haru penuh arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Nora Neko
Akhirnya Rikha ketauan juga jahatnya
2023-07-30
2
Nora Neko
Wah dikasih bukti kejahatan
2023-07-30
1