Beta - 2000347

“Apa yang terjadi pada Exceels, dan Vita ?”

Silvia, dalam tubuhnya yang baru, sedang duduk berhadap-hadapan dengan Tamashi di sebuah meja kafe, dengan kopi capuccino sebagai pesanan mereka berdua. Tamashi masih diam, menunduk seolah menghindari kontak mata dengan muridnya yang paling pertama itu. Mereka saat ini sedang berada di area kafe, bulwark, sebuah kota luar angkasa pertama yang diciptakan oleh peradaban manusia sebagai rumah baru mereka. Terletak dekat dengan bulan dan juga orbit mars, seolah-olah bulwark diciptakan untuk mengenang dua peradaban manusia lainnya yang ada di sana, yang telah hancur menjadi debu.

Hiruk-pikuk para warga di bulwark tidak menghentikan mereka berdua terjatuh ke dalam keheningan. Seluruh bulwark terasa seperti milik mereka berdua saja saat ini. Tamashi akhirnya menjawab pertanyaan Silvia dengan wajahnya yang terlihat sangat sedih, dan juga agak menyesal.

“Tidak ada frame yang cocok untuk Vita saat ini, jadi kesadarannya dikirimkan ke Limbo untuk sementara waktu. Dan Exceels, dia hanya perlu beberapa hari saja sebelum ia hidup dengan frame barunya.”

“Itu, agak baik kedengarannya..... Dan juga buruk.”

“Benar.”

Keheningan muncul di antara mereka kembali. Seolah tidak tahu apa yang akan dibicarakan lagi, Tamashi langsung menunjukkan tablet hologram miliknya, yang menunjukkan misi selanjutnya. Beta - 2000347, dunia lainnya dengan kadar oksigen 30%, 9,1% lebih banyak dengan oksigen yang ada di bumi.

“Apa ini ?”

“Aku tahu kamu butuh istirahat, Silvia. Tapi, frame yang kamu gunakan saat ini sebenarnya untuk menjelajahi dunia yang ada di sini, dan atasan benar-benar memaksamu untuk segera menjelajahinya. Maafkan, aku tidak melakukan terlalu banyak untuk mencegah para bedebah itu untukmu.”

“Tidak apa-apa. Aku sudah terlalu terbiasa dengan ini. Pastikan saja aku punya waktu libur sebulan penuh setelahnya.”

“Itu sudah pasti. Berjuanglah, Silvia.”

...****************...

[STARGATE ACTIVATED]

>>>>>>> DESTINATION<<<<<<<<

BETA - 2000347 : HIDRO PARADISE

“Akhirnya aku tahu kenapa mereka memberi nama dunia ini dengan nama yang aneh seperti itu.” gumam Silvia.

Setelah melewati proses transfer yang mengerikan dengan Stargate seperti biasanya, di sanalah Silvia akhirnya berada, sedang di tengah-tengah samudera raya yang cukup luas, dan dangkal. Di temani oleh dua orang baru sebagai rekan sementara miliknya, ia menoleh ke segala arah untuk menemukan sesuatu yang sekiranya dapat menarik perhatiannya. Namun tidak ada apa-apa di sini, hanya ada bentangan air laut berwarna biru kaca yang sangat luas, luas sekali. Silvia menghela nafasnya, dan kemudian berjalan lurus ke depan sebagai orang pertama yang berjalan di dunia biru ini.

“Oi, namamu Silvia, kan !? Sebaiknya kamu mengecek kadar oksigen brengsek yang ada di dunia ini dengan matamu sendiri ! Sangat aneh, tahu !!”

“Huh ? Ada apa memangnya ?”

Silvia menekan tombol di layar hologram yang terpancar dari kedua mata birunya. Benar saja. Saat ia melihat kadar oksigen di sekitar, ia segera mendapati keanehan dengan mata kepalanya sendiri.

“Oksigen di sekitar sini..... Menurun ?”

“Hei, punya ku juga !!” seru seorang pria dengan bersemangat, yang bernama Bastion. Silvia seketika menoleh ke arah Bastion, dan menatapnya dengan tajam. Cukup untuk membuatnya sedikit ketakutan.

Sementara itu, wanita yang barusan saja berseru kepada Silvia bernama Blast, dan dia adalah seorang yang suka berteriak dengan suara kencang, bahkan saat tidak dibutuhkan sama sekali. Di saat pertama kalinya Silvia bertemu dengan Blast, ia sudah memiliki kesan pertama bahwa Blast adalah orang yang menyebalkan, begitu juga dengan Bastion. Setidaknya Blast baru saja memberitahu sebuah informasi yang sedikit agak berguna dan menarik kepadanya, tentang oksigen yang perlahan menurun tanpa alasan yang jelas itu.

“Mau sampai kapan kalian berdua berdiri di tempat yang sama itu ? Cepetan ikuti aku !”

“Bah !! Bangsat bener lu !!”

Silvia seharusnya sangat membenci misi ini. Namun ia masih harus bersyukur, karena tidak ada dari mereka yang sampai di dunia ini dengan tampang seperti monster cthulhu yang mengerikan. Semuanya tampak baik-baik saja, begitu juga dengan dirinya saat ini. Dengan dengusan yang terdengar sangat jelas di telinga Silvia, Blast akhirnya berjalan mengikuti ke mana Silvia pergi, diikuti oleh Bastion yang nampaknya sangat tertarik dengan Silvia. Bisa dilihat dengan Bastion yang segera berlari menghampiri Silvia penuh dengan semangat.

Lima belas menit kemudian, dalam perjalanan penuh tanpa istirahat. Baik Silvia, Blast, maupun Bastion, masih saja tidak dapat menemukan satu darat sedikitpun di dunia ini, kecuali daerah dangkal yang mereka gunakan untuk berpijak dan berjalan. Sesekali, mereka dapat menemukan bentuk kehidupan di laut, hanya ikan seperti yang ada di laut bumi. Itu adalah sebuah catatan yang menarik untuk diingat oleh mereka bertiga, bahwa dunia ini memiliki jenis kehidupan laut yang sama dengan di bumi.

Ada koi, Nemo, bintang laut, dan beberapa ikan batu di dunia ini. Sulit dipercaya bahwa ikan-ikan di bumi bisa ada di dunia lain. Apa yang sebenarnya terjadi ?

“Hei, apa yang ada di langit itu adalah paus biru !?”

“Hah !?”

Silvia dan Blast, keduanya benar-benar kaget saat melihat ke atas langit yang ditunjukkan oleh Bastion. Seekor paus biru raksasa, yang tubuhnya sedikit tersembunyi di balik kabut putih, terlihat mematung di atas langit depan mereka, seolah-olah itu dipasang di sana oleh seseorang sebagai sebuah dekorasi dunia ini. Silvia reflek menarik pedangnya dari sarungnya, jaga-jaga kalau paus biru yang mematung tersebut seketika melakukan hal aneh yang tidak terduga.

“Apa yang kita lakukan sekarang ?”

“Entahlah. Menembak paus itu ? Meriam ku selalu siap melakukannya, tahu !!”

Di saat Silvia sedang berhati-hati dan menatap paus itu dengan tajam, Blast justru menyeringai dan meremas telapak tangannya, seolah sedang bersiap untuk menghajar seseorang di dalam ring tinju. Bastion kemudian berjalan di depan mereka, memegangi pegangan pedang besarnya dan bersiap sebagai perisai hidup bagi mereka. Perannya memang sebagai seorang tank omong-omong, jadi itu cukup biasa bagi Silvia kalau Bastion bersiap menjadi perisai hidup baginya.

“Mulai sekarang, aku yang akan berjalan di depan kalian, tante-tante.”

“Aku bukan seorang Tante, brengsek !!”

“Terserah kamu saja.” gumam Silvia.

Setelah mengamati paus biru tersebut dan tidak bergerak sama sekali selama beberapa menit, mereka memutuskan untuk lanjut berjalan kembali. Mereka secara bersamaan menghela nafas lega setelah berjalan melewati tepat di bagian bawah paus itu, dan tidak ada hal yang aneh sama sekali. Silvia sempat terkagum-kagum saat melihat paus itu dari jarak yang sangat dekat, terlihat seperti sebuah museum makhluk air di matanya. Namun seruan Blast seketika membangunkannya kembali ke realita.

“Oi, paus itu masih bernafas ternyata !!”

“Sialan, itu ternyata benar !”

Mata Silvia dapat dengan jelas melihat bahwa insang paus itu masih bergerak, menghirup oksigen. Tiba-tiba saja, alarm peringatan mereka bertiga berbunyi secara bersamaan, menyatakan bahwa oksigen mereka sedang dalam keadaan yang sangat miris.

“Apa-apaan ini !? Paus itu menghabiskan seluruh oksigen kita !?”

“Guys, kita menjauh dari ikan sialan ini sekarang juga !!” seru Bastion.

Mereka berlari secepat mungkin yang mereka bisa, melawan berat dari air yang memperlambat kaki mereka saat ini. Bagaikan melawan arus kuat, langkah mereka semakin lama semakin melambat, seolah air air yang sedang mereka lewati saat ini berusaha untuk menahan mereka menjauhi paus tersebut. Dan mereka tentu saja tidak akan menyerah dengan mudah. Setelah bergumul dengan lautan dangkal dan oksigen yang semakin menipis itu, mereka akhirnya mendapatkan kadar oksigen yang hampir mendekati normal kembali, setelah berjalan jauh dari paus melayang tersebut. Pengukur oksigen menunjukkan angka 3,5. Walaupun itu masih terbilang di bawah rata-rata, setidaknya mereka masih dapat bernafas dengan lega untuk sementara waktu.

Ada entitas seperti paus biru di dunia ini, yang mengurangi oksigen secara perlahan. Jika terlalu dekat dengannya, akan ada kemungkinan bahwa seseorang akan mati kehabisan oksigen dalam waktu 15 detik.

Tidak ada daratan terlihat juga sejauh ini. Kecocokan bahwa manusia dapat bertahan hidup di dunia ini sangatlah tidak cocok, walaupun masih ada kemungkinan bagi mereka untuk bertahan hidup di dunia ini.

Namun untuk apa ?

“Bisakah kita kembali saja sekarang ? Tidak mungkin akan ada orang yang mau tinggal di dunia semacam ini !”

“Bastion benar. Kecuali kalau orang itu selalu dehidrasi selama hidupnya.”

“Ahahaha, Silvia-chan ! Kamu lucu sekali !!”

“Diam !! Menjauhlah dari ku, bangsat !!”

Bastion hanya ingin bercanda saja dengan Silvia yang selalu terlihat murung itu, namun ia malah menerima kata-kata kejam sebagai balasan dari niat baiknya. Sungguh malang sekali nasib dia.

Sementara itu, Blast masih diam saja, dan agak memiringkan kepalanya seolah seperti sedang berusaha mendengarkan sesuatu dengan lebih jelas. Jarang-jarang dia sediam ini selama misinya.

“Oi, kalian ! Dengar suara itu ?”

“Suara apa ?”

Seketika itu juga, semuanya diam tak bersuara. Blast masih yang paling serius disini, diikuti oleh Silvia yang walaupun tidak mendengar apa-apa, ia masih berusaha menangkap suara apapun itu. Sementara Bastion ? Dia sedang bersenandung riang gembira beberapa saat kemudian, seperti tidak ada hal yang serius saat ini.

“Diamlah, Bastion !!”

“Baiklah, Silvia-sama !!”

“Cih, menyebalkan !!”

Setelah benar-benar diam beberapa saat, 'suara' yang dimaksud oleh Blast itu benar-benar muncul, walau hanya sedikit saja orang yang mungkin dapat mendengarnya, salah satu orang tersebut adalah Silvia juga.

“Itu dari si paus, kah ? Dia..... Melengking ?”

“Jujur saja, aku tidak dengar apa-apa, tapi itu.... Mungkinkah nyanyian paus seperti biasanya ?”

“Kamu pintar juga, brengsek.” gumam Silvia dan Blast secara bersamaan.

Mata Blast seketika melebar, saat kakinya yang tenggelam di se mata kaki saja merasakan getaran kecil di tanah. Silvia dan Bastion pun juga merasakan hal yang sama, dan mereka berdua sudah siap untuk berlari kembali ke tempat awal mereka sampai di dunia ini.

“Dunia ini tidak mungkin akan ditinggali oleh manusia. Kita keluar saja dan kembali ke bulwark !!”

“Silvia-chan memang selalu benar. Kenapa kita tidak balik saja ke bulwark ?”

“Hush !! Bisa kita dengerin si paus brengsek itu dulu !?”

Blarrr !!

Sebuah ledakan terdengar dari arah paus terbang tersebut, menyemburkan banyak asap putih yang bisa terlihat dengan sangat jelas dari tempat mereka bertiga saat ini sekarang. Kadar oksigen mereka naik secara tiba-tiba, menciptakan sebuah kabut yang menghalangi pandangan mereka bertiga saat ini.

“Sudah kubilang..... Sebaiknya kita kembali ke bulwark sekarang.” gumam Silvia.

...****************...

Mereka secepat mungkin berjalan kembali ke posisi awal mereka. Tidak dapat berlari, karena tingkat ketinggian laut sekarang naik hingga ke betis mereka. Sejak kapan level air dari lautan ini baik mereka tidak tahu, yang pasti, mereka hanya terus berjalan kembali ke posisi awal tersebut tanpa memedulikan apa yang ada di belakang mereka.

“Bajingan macam apa sebenarnya mereka itu !?”

“Tidak tahu. Yang pasti, siapkan saja senjata untuk menyerang mereka.”

“Tapi tidak mungkin kita bisa bertarung di level air yang setinggi ini !!” seru Bastion.

Silvia menyadari hal itu barusan saja. Terima kasih berkat perkataan Bastion, ia akhirnya mengetahui bahwa pergerakannya akan sangat terbatas dan juga lambat jika ketinggian airnya se betis mereka. Kecuali ada satu orang, yang bisa menembaki musuh dari kejauhan.

“Blast ! Meriam mu itu !! Kita butuh kekuatannya yang luar biasa saat ini !!”

“Oh !? Tentu saja ! Saatnya pesta ledakan sekarang !!”

Blast membalikkan tubuhnya ke belakang, dan ia sudah siap dengan meriamnya. Raungan dari berbagai makhluk aneh di balik kabut tebal itu dapat terdengar dengan sangat jelas, seperti memberitahu siapapun yang mendengarnya secara langsung bahwa mereka sedang kelaparan saat ini. Riak air terlihat dimana-mana, mengatakan berapa banyak jumlah mereka yang sebenarnya. Hampir ada ribuan sepertinya. Blast mengetahui itu dengan pasti, namun ia masih saja berdiri dengan tegak, tidak ketakutan sama sekali.

“Blast, apa yang kamu lakukan dengan berdiri saja di situ !?”

“Kamu bodoh, hah !? Tentu saja mengulur waktu, brengsek !! Tenang saja, aku bakal selalu hidup bersama meriam ku ini, Silvia !!”

Di saat itulah, Silvia menyadari seperti apa Blast sebenarnya. Dia adalah orang yang bodoh dan menyebalkan, namun baik hati. Seperti apa yang baru saja dibisikkan oleh Bastion.

Blast mengorbankan dirinya untuk kita. Lupakan saja, karena dia itu keras kepala.

Blast menoleh ke arah Silvia dan Bastion, memberikan senyumnya yang jarang terlihat itu. Sudah ada dua orang yang melakukan hal ini, dan semuanya selalu untuk melindungi dirinya. Apakah suatu hari nanti, ia akan mampu menjadi sekuat seperti kedua orang itu ? Exceels dan Blast ?

Aku akan selalu hidup, bersama dengan meriam ku !! Karena Blasto-blasto lah yang selalu ada di sampingku ! Dia yang selalu menyelamatkan ku dari medan perang ! Blasto.... Tidak akan pernah mengkhianati ku....

Ledakan terdengar di mana-mana, dan tawa keras Blast sudah seperti bersatu dengan ledakan-ledakan dari meriamnya tersebut.

“Blast sangat suka ledakan, huh ?”

“Begitulah, sesuai dengan namanya. Dia seperti tidak bisa hidup kalau ia tidak menciptakan ledakan sekali saja setiap harinya. Yah, setidaknya ledakan itu ia buat untuk melindungi bulwark dari ancaman luar.”

Silvia akhirnya mengingat siapa Blast itu. Nama aslinya adalah Nicolaina Serval, putri paling sulung dari keluarga Serval. Dia menyukai ledakan, karena seluruh anggota keluarga selalu bergumul dengan yang namanya ledakan. Ayahnya adalah pilot pesawat tempur yang terkenal, dan ibunya adalah mekanik meriam pertahanan bulwark yang tidak kalah hebatnya dengan sang ayah. Dan pada suatu hari, ledakan beruntun membunuh ayah dan ibunya di hari yang sama, di waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda. Para anomali yang melakukan itu. Pada akhirnya, Nicolaina memutuskan untuk menggunakan prototipe meriam peninggalan ibunya yang awalnya akan digunakan sebagai senjata pertahanan terkuat milik bulwark jika itu benar-benar berhasil. Ia mengubah prototipe itu, dan menjadikannya sebuah handheld Cannon. Dengan daya ledaknya yang besar itu, meriam handheld yang ia beri nama sebagai Blasto-blasto tersebut telah menjadi senjata utamanya selama ini saat dia bergabung menjadi seorang mechanoid. Keputusasaan dan kehilangan telah menimpanya berkali-kali, namun berkat Blasto-blasto yang ada di tangannya selalu, Blast telah memenangkan berbagai peperangan yang mengerikan melawan para anomali dari emergance event. Ia percaya, bahwa selama ia bersama dengan Blasto-blasto, kehebatan yang dimiliki oleh ibunya dan ayahnya itu akan selalu bersama dengannya, dan menyemangati dirinya. Karena para anomali menghancurkan manusia dengan ledakan, manusia pun akan bangkit kembali dan mengalahkan mereka dengan ledakan semangat yang jauh lebih besar. Itulah umat manusia. Selalu keras kepala, seperti dirinya sendiri.

“Kita sudah ada di tempat awal, tapi..... Dimana alat itu ?”

“Entahlah. Sepertinya sudah tersapu oleh laut ?”

“Sialan !! Apakah Blast mati sia-sia !?”

Silvia dan Bastion hanya berdiri diam, mengamati pemandangan biru yang indah di dunia biru ini. Penuh dengan laut yang menenangkan pikiran, sebelum akhirnya membunuh mereka secara kejam dengan gerombolan para monster itu.

Pada akhirnya, Silvia dan Bastion memulai re-boot mereka, pasrah kepada segalanya. Jika Blast masih hidup sampai saat ini, mungkin mereka haru berterimakasih kepadanya di kemudian hari, karena telah mengulur waktu sebanyak ini supaya mereka dapat mentransfer kesadaran mereka dengan aman. Dan jika tidak. Jika para monster aneh yang tidak pernah mereka ketahui wujudnya itu sampai di tempat ini dan menyerang mereka, maka keduanya hanya perlu bertarung mati-matian, bahkan jika mereka terbunuh sekalipun.

Lagipula, itulah yang selalu dilakukan oleh para manusia. Selalu menyerang balik dan berharap, di saat tidak ada yang dapat diharapkan lagi.

...****************...

Oi !! Ini aku, Blast ! Kalian dapat pesan ini !? Baguslah ! Karena aku sebenarnya masih hidup !

Dua orang brengsek itu, walaupun sepertinya sudah mati, mereka berhasil transfer kesadaran mereka. Begitulah kelihatannya. Pengorbananku sampai terjebak di dunia sialan ini sendirian kayaknya ga sia-sia.

Entah kalian mau menyelamatkan ku dari kolam renang tanpa batas ini atau tidak, yang pasti, manusia tidak bisa hidup di sini. Dengarkan itu dan camkan, brengsek ! Karena ini adalah terakhir kalinya aku bisa menghubungi antar dimensi seperti ini.

Selamat tinggal, sialan !!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!