HAI KAK, DIBERITAHUKAN
SEBELUM TERLANJUR MEMBACA NOVEL INI, SEBAIKNYA JANGAN LANJUT MEMBACA, KARENA BANYAK BAB YANG TERPOTONG DaN Hilang KARENA REVISI
MOHON MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANYA. 2/10/20
Setelah bola Jingga itu tenggelam, Alisya berjalan meninggalkan pantai. Belum jauh dia berjalan, matanya tertuju pada dua sosok bule berkacamata hitam, celana seponggol dan memakai kaus putih, sepertinya mereka akan berpapasan. Mata Alisya melirik, ia kagum pada salah satu bule itu, dalam hati dia berdoa semoga kelak berjodoh dengan bule tampan seperti dia.
Entah dari mana datangnya ke inginan itu, tiba-tiba saja ia ingin menikah dengan bule kaya dan membuat ayah bundanya bangga.
"Iya, Kamu ngapain sesore ini masih di pantai? Ayo, Mas, antar pulang!" Wahyu berjalan mendekat.
"Nggak usah, Mas, aku bisa pulang sendiri, Mas Wahyu melaut saja."
"Tapi kamu janji, langsung pulang ke rumah!"
"Siap, Komandan," ujar Alisya memberi hormat. Wahyu menarik hidungnya. Dia selalu begitu, paling suka menarik hidung Alisya. Wahyu berjalan membelakangi, bersiap melaut, bergegas Alisya melangkah pulang.
Langkahnya terhenti saat melihat mobil hitam parkir di depan rumah Pakde. 'Bukankah itu mobil Ayah? sedang apa dia ke sini? Apa ayah datang ingin mengunjungiku?' Tanya Alisya dalam hati. .
Alisya mempercepat langkahnya, Ada bahagia yang menyelinap di hati, "Assalammualaikum," ucapnya memasuki rumah, segera dia menyalami Ayah dan mencium tangannya.
"Waalaikum salam, Alisya, darimana kamu malam malam begini?" Tanya ayah membuka percakapan.
"Dari pantai, yah," jawab Ica menyalami ayahnya."Ica masuk dulu, Yah, mau mandi," lanjutnya sembari berlalu.
"Icaaa, sini dulu, Nduk, Ayahmu, kan, baru sampai, ngobrol dulu!"
"Tapi Ica mau mandi dulu, Pakde, badan Ica bau." Dia tak menghiraukan permintaan pakde, buru buru ia masuk kamar dan menutup pintu. Matanya berkaca-kaca, tenggorokan terasa kering dan perih. Didekapnya boneka twiti kesayangannya. Setetes air jatuh dari kelopak mata jernih itu, dadanya terasa berat seperti dihimpit batu besar.
Jangan tanya mengapa dia nenangis, sebab dia pun tak tahu jawabannya. Setiap kali bertemu ayah dan bunda, dadanya terasa sesak, seperti ada badai yang bergerumuh dan ingin keluar menghantam dadanya.
Alisya menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, ia harus segera mandi agar bisa menemani ayahnya ngobrol. Diraihnya handuk yang tergantung di pintu lalu pergi mandi.
Selesai mandi, buru buru ia kembali ke ruang tamu, tapi sepi, tidak ada siapa pun disana.
Alisya melangkahkan kaki keluar rumah, mencari tahu keberadaan ayah dan pakde, tapi nihil, bahkan Mobil hitam itu pun sudah tidak ada. Ia duduk di lantai teras, matanya jauh menembus langit hitam. Sepertinya ia sadar, ayah ke sini bukan untuknya tapi ada urusan lain. Alisya merasa tak punya arti apa apa dalam hidup ayahnya. Ia teringat perkataan teman-temannya, mungkin benar dia anak yang tidak diharapkan.
"Ca, kok bengong di luar sendirian? Pakdemu mana?" Suara bude mengejutkannya.
"Eh, Bude, sudah pulang? Tadi ayah datang."
"Lah terus, sekarang kemana?"
"Nggak tahu bude, waktu Ica selesai mandi, ayah dan pakde sudah pergi." Suara Alisya terdengar parau, kembali tenghorokannya terasa kering, matanya terasa menghangat. Bude mendekat dan memeluknya erat. Buliran itu kini tumpah deras membasahi pundak bude. Wanita paruh baya itu, hanya bisa menghibur Alisya, seolah bisa merasakan kegetiran keponakannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Risa Nia
ceritax ogk jls banget
2022-12-24
0
Fa Rel
woy author ceritamu campur2 jd bingung pembaca hadeh
2022-05-08
0
Endang Purwati
wweeddeehhh thoorr...jangn jadi antagonis yaa...males nneehhh...
2020-07-18
0