...***...
Budak telah bangun pagi-pagi karena ia harus mengerjakan semua pekerjaan yang ada di sana. Meskipun pada saat itu, di rumah itu ada emban Arsih yang seharusnya mengerjakan semua pekerjaan itu.
"Selamat pagi aden." Sapanya dengan ramah.
"Selamat pagi bibi." Balasnya dengan senyuman ramah.
"Aden terlihat sangat bersemangat sekali pagi ini." Ia mengambil semua beberapa peralatan yang akan digunakan untuk memasak.
"Tidak apa-apa bibi, mencoba untuk menikmati hidup yang ada di depan mata saat ini." Dengan lapang dada ia mencoba untuk tersenyum.
"Pagi ini kita akan memasak apa Aden?."
"Masak seperti biasa saja bibi. Karena setelah ini aku akan membersihkan kandang kuda."
"Baiklah kalau begitu."
Setelah itu mereka mulai melakukan semua pekerjaan yang ada di rumah itu. Namun saat itu Gayatri Sadubi hanya memperhatikan apa yang telah mereka lakukan dari jarak yang cukup jauh.
"Setiap malam dia bermimpi buruk, dan paginya dia mencoba untuk tersenyum?. Benar-benar sangat malang sekali hidupnya." Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Gayatri Sadubi. Akan tetapi pada saat itu suasana hatinya sangat buruk karena ia menikahi pemuda yang cacat, meskipun dahulunya dia adalah keturunan raja. "Rasanya aku tidak sedih menikahi keturunan Raja busuk itu." Entah bagaimana ia bisa mengalami kepahitan hidup seperti itu.
...***...
Sementara itu di istana.
Purwati Sadubi datang menemui Prabu Sigra Sadubi di ruang pribadinya. Saat itu wajahnya terlihat sangat gelisah, karena ia sedang memikirkan sesuatu.
"Raka prabu." Ia memberi hormat.
"Ada apa rayi?. Kau terlihat sangat gelisah sekali. Apakah terjadi sesuatu kepadamu?."
"Ini mengenai raden abinaya agra." Ia terlihat sedikit ragu.
"Untuk apa kau menaruh hormat kepadanya?. Untuk apa kau membahas tentangnya?." Dari suaranya terdengar sangat jelas bahwa ia sangat tidak suka mengungkit masalah apapun yang berhubungan dengan Raden Abinaya Agra.
"Tidak apa-apa. Hanya penasaran saja, jika apa yang aku lihat padanya saat ini hanyalah penderitaan. Sangat berbeda sekali dengan apa yang kita rasakan pada saat itu."
"Sudahlah rayi. Kau tidak usah mengungkit masa lalu yang menyakitkan itu. Dan kau tidak usah membandingkan penderitaan yang kita rasakan dengan penderitaan yang dia rasakan."
"Baiklah raka Prabu. Kalau begitu aku hanya ingin mengatakan jika aku ingin melatih kembali ilmu kanuragan ku. Jadi aku meminta izin kepada raka Prabu untuk pergi ke desa tambang. Aku ingin melatih kembali ilmu kanuragan yang sempat aku lupakan beberapa tahun ini."
"Kalau begitu kau akan aku antar. Aku takut terjadi sesuatu kepadamu."
"Jika masalah itu raka Prabu tidak perlu khawatir. Karena pada saat ini aku memiliki banyak pengawal yang sangat tangguh. Jadi aku akan aman karena pengawalan mereka."
"Baiklah jika memang seperti itu. Jika terjadi sesuatu kepadamu di tengah jalan segeralah menghubungi kami."
"Sandika raka Prabu."
Setelah ia memberi hormat, ia pergi meninggalkan ruang pribadi raja. Namun saat itu ia sedang menaruh curiga kepada adiknya itu. "Aku tahu kamu memiliki perasaan cinta terhadap Raden ah, maksudku terhadap budak itu. Dari pancaran matamu itu aku dapat menangkap, jika kau sangat kasihan kepadanya. Atau lebih tepatnya bisa aku sebut dengan perasaan cinta yang sangat dalam terhadap orang yang telah menyengsarakan kita selama ini." Hatinya pada saat itu masih tidak terima dengan apa yang telah terjadi. Karena itulah sebisa mungkin dia menyiksa Raden Abinaya Agra. "Bagaimana mungkin adikku bisa jatuh hati kepada keturunan bangsawan kejam itu. Tapi setidaknya aku telah menikahkan dengan adikku gayatri. Sehingga melalui adikku itu aku bisa memberikan tekanan batin yang sangat luar biasa kepadanya." Ya, Prabu Sigra Sadubi sangat mengetahui bagaimana kondisi kedua adiknya.
Sedangkan Purwati Sadubi.
Pada saat itu hatinya benar-benar sangat sedih, karena keinginannya benar-benar tidak terkabulkan. Hatinya benar-benar sangat sakit ketika ia mengingat semua yang telah terjadi.
"Aku mohon kamu sabarlah Raden. Seandainya saja aku yang menikah denganmu?. Kau pasti akan aku lindungi dengan segenap hatiku. Karena aku mengetahui jika kau tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada keluargamu." Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi pipinya. Hatinya sangat sakit mengingat bagaimana perlakuan mereka terhadap Raden Abinaya Agra. "Aku yakin kau telah menderita selama ini Raden. Aku mohon bersabarlah. Hingga suatu hari nanti aku akan membawamu pergi jauh dari hadapan mereka semua. Karena itulah aku akan melatih ilmu kanuragan ku dengan sangat baik. Sehingga suatu hari nanti aku bisa membawamu pergi dari tempat terkutuk ini." Dalam tangisnya yang penuh kepedihan itu, ia telah berjanji kepada dirinya akan melatih ilmu kanuragannya supaya bisa menandingi kakaknya suatu hari nanti. Ia telah bersumpah akan membebaskan penderitaan orang yang sangat ia cintai. "Aku mohon bersabarlah Raden. Tidak akan kubiarkan engkau menderita sendirian." Dengan perasaan yang sangat sedih dia mencoba untuk menguatkan dirinya, agar ia tidak melakukan hal-hal gila karena tidak sanggup melihat penderitaan orang yang ia cintai.
...***...
Budak atau Raden Abinaya Agra baru saja selesai membersihkan kandang kuda. Tubuhnya terasa lelah karena begitu banyak kuda yang ia mandikan hari itu. Belum lagi setelah ini ia akan mengambil rumput untuk makan kuda-kuda itu.
Duakh!.
"Kegh!."
Budak sangat terkejut ketika ada seseorang yang menendang pinggangnya dari arah belakang sehingga ia hampir saja terjajah jika ia tidak menyeimbangkan tubuhnya saat itu.
"Siapa suruh kau bersantai-santai?. Apakah kau telah mendapat izin dariku untuk beristirahat?."
"Mohon ampun Gusti putri. Hamba tidak berniat istirahat, akan tetapi hamba ingin mengambil karung bekas untuk mengambil rumput-rumput yang berada di tepian peraian sungai Gusti." Budak memberi hormat sambil menundukkan kepalanya.
"Kalau begitu lakukan dengan cepat. Karena ada beberapa pekerjaan yang harus kau selesaikan hari ini juga!. Jika kau tidak segera melakukannya maka kau akan aku cambuk!."
"Akan segera hamba laksanakan gusti putri."
Budak segera pergi sambil membawa gerobak besar itu. Gerobak yang dibuat khusus, yang memiliki pikulan pundak, supaya mudah di bawa. Karena tangan Budak hanya satu. Jadi tidak mungkin ia menyeret gerobak tempat rumput itu dengan cara orang normal. Memang sangat kejam jika dilihat dari orang yang normal.
"Dia ini memang sangat tahan banting. Hatinya masih tegar rupanya." Dalam hatinya sangat heran dengan sikap yang ditunjukkan oleh Budak atau Raden Abinaya Agra yang tidak melawan sama sekali jika diperlukan seperti itu?. "Heh!. Akan aku siksa dia sebagai tempat rasa kesalku pada raka Prabu yang telah menikahkan aku dengan orang cacat itu." Dalam hatinya sangat kesal.
Next.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments