Ayah!"
Seorang gadis muda berjalan menghampiri mereka.
Fitri menoleh ke samping dan mendapati wajah si pria menjadi pusat pasi.
"Rina, ngapain kamu malam-malam keluyuran sampai ke sini?"
Tanya pria itu dengan parau.
"Aku mencari Ayah, aku takut sendirian di rumah. Ayah sendiri ngapain sampai malam belum pulang dan malah ada di tempat seperti ini?"
"Ini berbahaya Rina, kamu kan bisa telepon Ayah saja, lagi pula Ayah juga sudah mau pulang kok!"
"Aku sudah telepon berkali-kali, tapi ponsel Ayah tidak aktif. Aku khawatir kalau Ayah kenapa-kenapa. Untung saja aku pasang alat pelacak. Dan sinyal terakhir Ayah ada disini. Jadi sebenarnya apa yang Ayah lakukan disini bersama wanita ini?"
Anak perempuan itu melirik ke arah Fitri, lalu mengamati Fitri dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan pandangan menilai. Tentu saja, seperti biasanya malam ini Fitri juga mengenalan pakaian yang sedikit seksi dan menggoda.
"Jawab Ayah! Lalu siapa perempuan ini?"
Lelaki itu terlihat akan membuka mulutnya, tapi ragu-ragu. Sepertinya dia masih bingung mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan putrinya. Jadi, akhirnya Fitri berinisiatif membantunya.
"Tenang saja dik, aku bukan siapa-siapa Ayahmu. Tadi tidak sengaja Ayahmu menabrakku di jalan, jadi ayahmu mengantarkanku ke rumah sakit terlebih dahulu baru kemudian mengantarkan aku pulang..."
Anak itu menatap Fitri dengan pandangan tidak percaya.
"Tapi sepertinya kamu tidak terlihat terluka..."
"Lukanya di bagian dalam sini, apa perlu kutunjukkan?"
Ucap Fitri sambil menunjuk bagian di sekitar tulang rusuknya.
Anak itu kemudian menggeleng.
"Sudah-sudah, ini sudah malam, sekarang lebih baik kita pulang nak...tunggu sebentar biar Ayah ambil sepeda motor dulu...."
Lelaki itu melangkah menuju parkiran, sementara Fitri masih berdiri bersama anak perempuan yang terus menatapnya dengan curiga.
Tidak lama kemudian pria itu muncul mengendarai sepeda motornya.
"Ayo cepat naik!"
Setelah putrinya naik, pria itu menyodorkan segenggam uang kepada Fitri.
"Ini uang ganti ruginya, semoga kau lekas sembuh dan aku anggap urusan kita sudah selesai..."
Fitri menerimanya, sebab itu adalah uang bayarannya setelah melayani pria itu.
Pria itu segera melaju dengan sepeda motornya. Tapi tak terlalu jauh, sebab jalanan ternyata sedang macet. Sepertinya tengah terjadi kecelakaan di depan sana.
Fitri pun tetep melangkah maju menyusuri jalanan itu.
Langkahnya terhenti saat telinganya lamat-lamat masih bisa mendengar percakapan antara Ayah dan anak di depannya.
"Ngapain sih Ayah bisa-bisanya sampai main sama perempuan murahan kayak gitu?"
"Maaf sayang, posisi Mamamu buat Ayah belum bisa tergantikan, tapi Ayah juga punya kebutuhan..."
"Kalau itu alasan Ayah, menikah dengan perempuan baik-baik jauh lebih terhormat daripada berhubungan sama wanita nakal!"
"Kamu benar sayang, maafkan Ayah...tapi pernikahan tidak sesederhana itu...banyak hal yang harus dipikirkan dan lagi pula, Ayah juga tidak punya calon..."
"Tapi bukan berarti Ayah bisa seenaknya main kotor begitu kan? Apa Ayah lupa apa yang Ayah ajarin dan gimana Ayah jaga aku selama ini?"
"Maaf...maaf, ayah tahu Nak, Ayah memang salah, tidak pantas jadi contoh buat kamu...Ayah janji akan berusaha lebih baik lagi...jangan tiru prilaku Ayah dan jangan sampai kamu terjerumus ke dalam dosa seperti Ayah nak...kamulah satu-satunya harapan Ayah saat ini..."
Mendengar percakapan itu membuat hati Fitri terenyuh. Yah, kini statusnya memang hanyalah wanita nakal yang pantas direndahkan oleh semua orang. Fitri sudah berdamai dan mulai terbiasa dengan hal itu meski hatinya tetap terasa perih.
Tapi melihat interaksi Ayah dan anak itu membuat Fitri teringat pada sosok lelaki yang amat dikagumi dan dicintainya. Ayahnya yang telah tiada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments